Menggenggam air mata

8 4 0
                                    

Suasana di ruang sidang terasa tegang. Kerumunan masyarakat memenuhi bangku-bangku, menunggu momen yang dinanti: vonis akhir untuk Januar Gabriliam, seorang penjahat yang selama ini mengintimidasi dan merusak banyak kehidupan.

Januar, dengan wajah dingin dan tajam, duduk di kursi terdakwa. Dia mengenakan pakaian tahanan berwarna oranye, matanya menyiratkan kemarahan dan kebencian. Di layar besar di depan, video bukti kejahatannya diputar. Gambar-gambar mengerikan dari aksi brutalnya menghantui penonton: kekerasan, penipuan, dan pengkhianatan yang tak terhitung jumlahnya.

Setelah video selesai, hakim mulai membacakan putusan. Suara hakim yang tegas menggema di ruangan. "Januar Gabriliam, kamu dijatuhi hukuman mati atas kejahatan berat yang telah kamu lakukan. Keputusan ini diambil demi keadilan bagi semua korban dan untuk mencegah tindakan serupa di masa depan."

Mendengar vonis itu, Januar hanya tersenyum sinis. Saat pengacara dan jaksa berbicara, dia menunggu saatnya untuk mengeluarkan pernyataan terakhir.

Ketika waktu itu tiba, Januar berdiri dan menatap kerumunan. Suaranya menggema, penuh keyakinan. "Kalian semua bisa menganggapku penjahat, tetapi aku hanya melakukannya untuk kekuasaan dan keadilan menurut pandanganku. Jika ada yang harus disalahkan, itu adalah sistem yang korup dan mereka yang takut menghadapi kebenaran. Kematianku tidak akan menghentikan kejahatan, hanya akan melahirkan lebih banyak dendam."

Dia menoleh ke arah kamera, seolah berbicara langsung kepada para penggemar dan musuhnya. "Ingatlah, setiap kejahatan yang dilakukan di dunia ini akan selalu ada yang menyaksikan. Aku mungkin pergi, tetapi warisanku akan hidup selamanya. Teruslah berjuang dan buktikan bahwa aku bukan satu-satunya."

Dengan ucapan terakhirnya, Januar tersenyum sinis dan berkata, "Hidup ini hanyalah permainan, dan aku adalah pemain yang tak terkalahkan. Sampai jumpa di sisi lain."

Hari ini eksekusi tiba, dan suasana di penjara dipenuhi ketegangan. Januar Gabriliam, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang menakutkan, berjalan menuju halaman eksekusi dengan langkah tenang.

Kerumunan orang berkumpul, menunggu momen yang ditunggu-tunggu.Di halaman, sebuah tiang gantungan berdiri tegak, siap untuk menghukum. Januar diposisikan di bawah tali, dan petugas penjara mempersiapkan prosedur dengan hati-hati.

Suara gemuruh kerumunan membuat suasana semakin menegangkan..Ketika semua siap, Januar diberi kesempatan untuk memberikan pernyataan terakhir.

Dengan nada yang tenang, ia menatap kerumunan dan berkata, "Kalian mungkin menganggap ini akhirku, tetapi ingatlah, warisanku akan terus hidup dalam setiap tindakan yang kalian lakukan." Setelah pernyataannya, tali diikatkan dengan hati-hati di lehernya. Petugas mundur, dan dalam hitungan detik, tuas ditarik. Suasana hening menyelimuti tempat itu saat tubuh Januar terjatuh.

Petugas medis segera memeriksa dan memastikan bahwa eksekusi telah selesai. Dengan keputusan ini, banyak yang merasa lega, mengingat semua penderitaan yang ditimbulkan oleh tindakannya. Momen itu menjadi simbol akhir dari ketakutan dan kekejaman yang pernah ada.

***

Dean membuka matanya perlahan, seakan baru saja terbangun dari mimpi panjang yang penuh kegelapan. Cahaya di ruangan rumah sakit menyilaukan matanya, membuatnya perlu beberapa detik untuk menyesuaikan diri. Ketika pandangannya mulai jelas, yang pertama kali ia lihat adalah kakaknya berdiri di samping ranjang, wajahnya dipenuhi air mata, namun dengan senyum lega.

"Kak ...." suara Dean parau, nyaris tak terdengar.

Kakaknya tersentak, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Dia langsung mendekat, menggenggam tangan Dean, tubuhnya bergetar karena emosi yang meluap-luap.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang