Kekecewaan Deandra

14 6 0
                                    

"Kepercayaan adalah seperti kaca yang pecah. Kamu memang bisa menempelkannya kembali, tetapi retakannya akan selalu ada."

-Enigma of Damaged Love-

"Lebih baik tidak pernah mempercayai siapapun, daripada mempercayai seseorang dan kemudian dikhianati."

-Shanzara Grazeeliam-

***

Raut wajah Dean terlihat memerah, urat-urat di lehernya menonjol. Nafasnya memburu, dadanya bergemuruh seperti badai. Tangannya mengepal erat, matanya melotot tajam ke arah Ardhan yang terduduk di lantai, wajahnya babak belur.

"Brengsek! Lo jangan seenaknya tuduh mereka bangsat!" teriak Dean, suaranya bergetar menahan amarah. "Mereka sahabat gue, dan selama ini mereka selalu ada buat gue! Mereka selalu bantu gue dalam keadaan apapun! Kenapa lo nuduh mereka seenaknya, Dhan!"

Amarah Dean meledak. Ardhan, yang selama ini dianggap sahabat, telah menuduh sahabat-sahabat lain Dean melakukan kejahatan. Padahal, Dean tahu betul bagaimana kesetiaan dan dukungan yang selalu diberikan oleh sahabat-sahabatnya. Mereka selalu ada untuknya, menemani dalam suka dan duka, tanpa pernah meninggalkan sisinya.

"Mereka selalu ada buat gue, Dhan! Mereka selalu bantu gue! Kenapa lo tega menuduh mereka?"  Dean berteriak, air matanya mulai menetes. Rasa sakit dan kekecewaan bercampur aduk dalam dirinya.

"Dean, percaya sama gue. Mereka khianatin lo dari belakang! Mereka gak sebaik yang lo kira!" Ardhan mencoba menahan emosinya, namun suaranya tetap bergetar.

"Lo tahu dua orang itu kemarin kemana? Mereka yang sembunyikan Nayyara! Mereka sahabat lo, tapi mereka menyembunyikan Nayyara dari polisi! Jangan buta Dean! Gue punya buktinya secara langsung! Ngapain gue nuduh mereka tanpa bukti?"

Ardhan menatap Dean dengan tatapan kecewa. Dia berharap Dean tidak buta, tidak terbutakan oleh kesetiaan yang selama ini diyakininya. Ardhan ingin Dean melihat kenyataan yang pahit, bahwa dua orang yang selama ini dianggap sahabat, ternyata menyimpan rahasia gelap.

"Mereka menyembunyikan Nayyara dari polisi, Dean! Mereka terlibat dalam kejahatan ini!" Ardhan menekankan setiap kata, berharap Dean mau membuka matanya.

"Gue gak percaya! Mereka gak mungkin ngelakuin itu!" Dean masih menolak untuk percaya.

"Dean, gue tahu lo sayang banget sama mereka, tapi lo harus buka mata! Mereka gak sebaik yang lo kira!" Ardhan berusaha meyakinkan Dean, namun raut wajah Dean masih dipenuhi keraguan.

"Mereka sahabat gue, Dhan! Gue percaya mereka!" Dean bersikukuh pada pendiriannya.

"Dean, gue punya buktinya! Gue lihat sendiri mereka ngebawa Nayyara ke tempat persembunyian!" Ardhan mengeluarkan sebuah foto dari sakunya. Foto itu memperlihatkan dua sahabat Dean sedang membawa Nayyara ke sebuah mobil.

Dean terdiam, matanya terpaku pada foto itu. Jantungnya berdebar kencang, tubuhnya gemetar.

"Ini ... ini ..." Dean terbata-bata, sulit untuk menerima kenyataan yang ada di hadapannya. Hati Dean tidak bisa menerima kenyataan itu. Selama bertahun-tahun, mereka bersahabat. Dan melihat hal ini, dia seakan tidak percaya apapun.

"Ini buktinya, Dean. Lo harus percaya sama gue!" Ardhan menatap Dean dengan penuh harap. Tangannya bergetar, dia berharap Dean mempercayai nya.

Gue ada di sini buat bantu lo. Gue datang buat buka kejahatan para manusia itu. Bahkan, mereka tidak pantas disebut manusia. Mereka iblis! batin Ardhan, dengan mata terpejam.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang