Sembunyikan Identitas ku

13 6 0
                                    

Di tempat yang sepi, seorang gadis bernama Dwi menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dia duduk di bangku  taman, tangannya mengepal erat. Pandangannya tertuju pada jam tangan di pergelangan tangannya. Sudah hampir setengah jam dia menunggu, namun Shanza, kakak kelasnya yang dia tunggu, belum juga datang.

"Apa dia lupa?" gumam Dwi, suaranya nyaris tak terdengar.

Dia kembali melirik ke sekeliling, berharap bisa menemukan Shanza di antara orang-orang yang lalu lalang. Namun, sosok yang dia tunggu tak kunjung muncul. Rasa gelisah itu kembali menyergapnya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Gak mungkin kak Shanza bohong, pasti dia mau bantu aku. batinnya.

Dia mencoba mengingat kembali pesan yang dikirim Shanza. Kakak kelasnya itu tidak aktif, dan Dwi berusaha menghubunginya. Gadis itu tak pernah merasakan tenang. Dia sering diteror oleh Azaren.

"Kayaknya, aku harus telepon dia," pikir Dwi, akhirnya memutuskan untuk menghubungi Shanza.

Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, jari-jarinya gemetar saat menekan tombol panggilan. Namun, sebelum dia berhasil menekan nomor Shanza, sebuah bayangan gelap muncul di hadapannya. Dwi tersentak, tubuhnya menegang. Dia mengangkat kepalanya, jantungnya berdebar kencang.

"S-siapa kau?" tanya Dwi, suaranya bergetar.

"Kebenaran tidak akan pernah menang. Kejahatan akan terus merajalela. Keadilan bagi mereka tidak akan pernah berdiri tegak," ucap sosok itu. Matanya yang berkilat tajam terus memandangi wajah Dwi yang sudah pucat pasi.

Dwi terdiam, matanya tak berani menatap sosok itu. Dia hanya bisa merasakan hawa dingin yang menusuk tulang. Sosok itu hanya tersenyum sinis, matanya menatap Dwi dengan tajam.

"Kapan aku harus memutus urat nadimu, hm?" tanya nya, yang membuat bulu kuduk Dwi berdiri.

Dwi terpaku di tempatnya, tubuhnya gemetar hebat. Dia mencengkeram erat, tas yang di pegangnya. Nafasnya terasa sesak, ketika mendengar ucapan sosok itu. Dwi terus menundukkan kepalanya, dengan tubuh gemetaran hebat.

Shanza tengah berjalan menelusuri taman yang ramai, matanya mencari sosok Dwi.  Sinar mentari sore menyinari taman, membuat dedaunan hijau tampak berkilauan.  Shanza tersenyum ketika melihat Dwi duduk di sebuah bangku taman, wajahnya pucat dan matanya berkaca-kaca.  Shanza hari ini mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan motif bunga-bunga kecil berwarna biru muda.  Celananya jeans biru tua yang dipadukan dengan sepatu kets putih.

"Dwi," panggil Shqnza, suaranya lembut.

Dwi langsung berbalik dan memeluk Shanza erat-erat, tubuhnya gemetaran hebat.

"Kak, aku kira kamu gak bakalan datang!"  seru nya, dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kenapa emang nya, Dwi? Dia mengikuti kamu?" tanya Shanza, wajahnya berubah serius. Matanya mengawasi keadaan sekitar yang ramai oleh orang-orang.

"I-iya kak.  Tolong aku ... tadi dia ada di sini.  Tapi, pas kakak datang panggil aku dia hilang.  Dia ancam aku kak, aku takut ... aku takut dia bunuh aku."  Dwi semakin gemetar, air matanya mengalir deras.

Shanza memeluk Dwi lebih erat, berusaha menenangkannya.  "Tenang, Dwi. Kakak di sini sekarang.  Ceritakan semuanya padaku.  Siapa yang mengancam kamu?"

Dwi menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.  Dia mengajak Sshanzi ke tempat yang lebih sepi di taman.  Dwi mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya dan memberikannya kepada Shanza

"Kak, tolong, ngerti aku ya? Aku pakai cara ini karena keadaan aku gak aman kak. Aku udah ditarget untuk dibunuh sama Azaren. Aku harap, kakak cepat pecahkan teka teki itu. Terus, kakak buktikan semua kejahatannya. Dua orang itu kak, dua orang di dekat kakak dan kak Dean. Mereka kelihatan baik kak, tapi mereka punya sisi lain."  Dwi berkata dengan suara gemetar.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang