Jangan melukai dia

29 9 0
                                    

Di tempat lain, seorang gadis menatap dingin pada ketiga pria di depannya. Mereka berlutut, dan menunduk takut pada seseorang di depannya. Gadis itu seperti sedang dimakan api amarah. Ia tak lagi peduli dengan sekitarnya, hanya fokus pada orang-orang di depannya.

Gadis itu bangkit dari duduknya, tubuhnya gemetar menahan amarah yang meluap-luap. Dengan gerakan cepat, ia meraih vas itu dan membantingnya ke tanah. Suara pecah yang keras menggema di taman yang sunyi, membuat ketiga pria di depannya berjingkrak kaget.

Audrey mengepalkan tangannya, matanya menyipit tajam.  "Jadi ... kalian kalah oleh bocah ingusan?!"  suaranya berdesis, penuh amarah. 

"Kalian gak becus, masa buat cewek babak belur aja gak bisa! Ini malah kalian yang babak belur! Enggak malu sama umur kalian?" omel Audrey dengan emosi.

Melihat orang-orang suruhannya untuk mencelakai Shanza malah mereka yang berakhir. Audrey pun tahu, ciri-ciri fisik lelaki yang menghajar ketiga pria ini.

Ardhan, gue enggak bakalan biarin lo gabung sama mereka. batin gadis itu.

Ketiga pria itu tertunduk, wajah mereka lebam dan penuh luka. Mereka tahu mereka telah gagal, dan Audrey tidak akan segan-segan untuk menghukum mereka.

"Bayaran kalian cuman segini," Audrey melemparkan segenggam uang ke meja, mata mereka terbelalak. "Karena cewek itu ada yang selamatin." lanjutnya, dengan nada ketus.

"Bos, ini ... gak cukup untuk kita bertiga," salah satu pria mencoba protes, tetapi Audrey langsung memotongnya.

"Kalian terima atau mau anak buah gue siksa lagi?" ancam nya dengan tatapan tajam.

Ketiga pria itu langsung terdiam, ketakutan. Mereka tahu Audrey tidak main-main.

"Iya ampun bos, maaf! Makasih uangnya, kita pergi!" Mereka beringsut, buru-buru mengambil uang dan menghilang dari hadapan Audrey.

Audrey duduk di kursinya, wajahnya masih dipenuhi amarah. Rencananya gagal, tetapi dia tidak akan menyerah. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Nayyara, pion yang dia gunakan untuk membalaskan dendam.

"Nay, rencana selanjutnya gue serahin sama lo. Gue mau buat rencana baru buat hancurin cowok itu. Dan lo fokus aja buat hancurin cewek itu. Paham?"

Nayyara, yang berada di ujung telepon, hanya menjawab dengan suara dingin.

"Gagal? Oke, Audrey. Gue akan urus semuanya."

Audrey tersenyum sinis. Dia tahu Nayyara akan menyelesaikan tugasnya dengan baik.  Dia akan membuat gadis itu menderita, dan dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Menderita lah, dengan bermain cantik kita pasti bisa membunuh mentalnya." gumam gadis itu, dengan sorot mata penuh dendam dan kebencian.

***

"Jadi, psikopat itu abang kamu sendiri?" tanya Ardhan dengan suara berbisik, tatapan tajam mengarah pada Shanza.

Shanza mengangguk perlahan, ekspresinya penuh ketakutan. Dia merasa takut mengakui kenyataan ini, khawatir bahwa Renald dapat mencelakainya kapan saja. Karena, saat ini waktunya untuk berbicara jujur.

"Sejujurnya, bang Renald itu gak satu kerja part time sama gue," jelas Dean, suaranya penuh dengan kecurigaan.

Shanza melirik terkejut ke arah lekaki itu. "Sejak awal dia tahu nama gue, disitu gue curiga dan terkejut. Kok bisa dia tau nama gue, dan seakan-akan akrab banget sama gue." jelas Dean.

"Gue rasa, dia pura-pura baik buat menjalankan rencana jahatnya," tambah Ardhan, matanya memandang tajam ke arah Shanza.

"Kok bisa? Jadi, selama ini kak Renald ke mana dong? Dia sering menghilang beberapa hari. Tapi, enggak lama dia kembali lagi." Shanza terdiam, pikirannya terus menerawang kemana Renald selalu pergi.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang