Kepercayaan yang dipermainkan

14 6 0
                                    

"Tidak ada yang terlahir sebagai penjahat. Mereka adalah jiwa-jiwa yang terluka, yang terluka oleh rasa sakit yang mendalam, yang mencari penghiburan di balik topeng kejahatan, untuk menutupi luka yang tak terobati."

- Az secret -

Mentari sore yang tadinya masih menyapa dengan hangat, kini tergantikan oleh langit mendung kelabu yang menyelimuti Jakarta Selatan. Tak lama kemudian, rintik-rintik hujan mulai jatuh, perlahan tapi pasti. Seiring berjalannya waktu, rintikan itu berubah menjadi deras, membasahi jalanan dan menghantam atap-atap rumah dengan kencang.

Suara hujan yang gemuruh seperti simfoni alam, mengiringi dentuman petir yang menggelegar di kejauhan.

Hujan mengguyur pemakaman dengan derasnya. Angin bertiup kencang, menggoyang pepohonan dan menerbangkan dedaunan kering. Di tengah derasnya hujan, Dean duduk terdiam di sebuah makam, makam Azura, kakaknya.

Dean meremas kepalanya, mencoba meredakan kepedihan yang mencengkeram hatinya.

"Kak Azura, kakak masih hidup kan? Kak... Dean gak halusinasi, itu benar kakak kan? Kakak sebenarnya masih hidup?" Dean terisak, air matanya bercampur dengan air hujan yang membasahi wajahnya. Sejak kejadian itu, Dean sering melihat sosok Azura, kakaknya yang telah tiada. Dia tak tahu apakah itu hanya halusinasi atau kenyataan.

Di balik tembok pemakaman, seorang lelaki berdiri dengan senyum menyeringai. Merasa rencana nya berjalan mulus. Dia mengamati Dean dari kejauhan, matanya berkilat tajam. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.

"Drey, kita berhasil. Dia kembali menderita dan menyangka kakaknya masih hidup." Suara lelaki itu dingin, penuh kepuasan.

Dean terus terisak, tubuhnya gemetar. Dia terpuruk dalam kesedihan, di tengah hujan yang tak kunjung reda. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia benar-benar melihat Azura? Atau hanya bayangan masa lalu yang terus menghantuinya?

Tiba-tiba, sebuah payung berwarna hitam terbentang di atas kepala Dean. Dean mendongak, matanya terbelalak melihat Algara, sahabatnya, berdiri di hadapannya.

"Al? Lo ngapain di sini?"

Algara tersenyum tipis, "Lo yang ngapain di sini? Yok pulang, ntar lo sakit lagi." Hujan itu saking dersasnya membuat rambut dan Hoodie Algara basah kuyup, meskipun memakai payung.

"Enggak. Gue gak mau pulang sebelum tau kak Azura masih hidup atau enggak!" Dean bersikukuh tak mau mendengarkan ajakan sahabatnya itu.

"Dia masih hidup." ucap Algara dingin, sontak saja Dean langsung berdiri.

"Apa Al?"

"Pasti yang lo lihat itu cuman mirip kak Azura. Gue menyangka, jika mereka cuman pengen buat lo menderita dan terbayang akan kesalahan masa lalu." lanjut Algara, dengan wajah yang berbeda. Dia tampak menjelma jadi diri lain. Tatapannya juga berubah.

Dean terpaku, matanya membulat tak percaya. Dia merasa heran, melihat Algara yang tampak berbeda.

"Maksud lo apa Al? Lo ngomong apa, Al?"

Ingatan masa lalu kembali menghantuinya. Saat itu, Dean melihat seekor kucing menggemaskan tengah berlarian di tengah jalan. Karena Dean memang menyukai kucing, dan tentu takut kucing itu tertabrak. Ketika Dean sudah menghampiri kucing itu, sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi.

Dean tidak menyadarinya, sedangkan Azura di seberang jalan terbelalak melihat Dean tidak ada di tempatnya. Azura berlarian, menjatuhkan es krim yang baru saja ia beli, meninggalkan seorang gadis kecil

"Dean! Awas!" Teriakan kakaknya itu seakan melekat di ingatannya. Seiring rasa sakit di kepalanya. Tragedi itu membuat Azura tertabrak dan bersimbah darah Sedangkan, Dean yang didorong hanya terluka ringan.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang