Pesan terakhir

16 6 0
                                    

Mentari sore menyinari lapangan sekolah yang ramai. Para siswa berlatih dengan semangat untuk acara olahraga yang akan datang. Tawa dan teriakan bergema di udara, menciptakan suasana penuh keceriaan. Namun, suasana itu berubah drastis dalam sekejap.

Sebuah keheningan mencekam menyelimuti lapangan.  Semua mata tertuju pada sosok yang diseret paksa oleh beberapa orang berpakaian hitam.  Sosok itu adalah Nayyara, gadis yang menjadi tersangka kejahatan kriminal itu. Namun, Nayyara yang mereka lihat sekarang jauh berbeda.

Wajahnya pucat pasi, matanya berkaca-kaca, dan tubuhnya dipenuhi luka.  Darah mengering di beberapa bagian, meninggalkan bekas yang mengerikan.  Nayyara meronta, namun para penculiknya tak bergeming.  Mereka menyeretnya dengan kasar, tak peduli dengan tangisannya yang terisak.

"Nayyara!" Seorang siswa berteriak, namun suaranya teredam oleh keheningan yang mencengkeram.  Semua orang terbelalak, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.  Di mana Nayyara menghilang? Bagaimana bisa ia muncul kembali dalam keadaan mengenaskan seperti ini?

Para penculik itu akhirnya meninggalkan Nayyara di tengah lapangan.  Mereka menghilang begitu cepat, seakan-akan muncul dari udara tipis.  Nayyara terbaring lemah, tubuhnya gemetar, matanya menatap kosong ke langit.

Para murid satu persatu menghampiri Nayyara. Mereka bertanya-tanya keadaan gadis itu. Namun, Nayyara terus menyebutkan nama Shanza dengan lirih.

Seorang pria bernama Januar, dengan wajah dingin dan tatapan tajam, Ia mengenakan jas hitam yang elegan, namun aura yang terpancar dari dirinya terasa dingin dan menakutkan.  Ia menatap Nayyara dengan sorot mata yang sulit diartikan, seakan-akan membaca pikirannya.

"Kamu, bisa panggilkan siswi bernama Shanza ke sini?"  Januar berkata dengan suara dingin, dia menyuruh salah satu siswi kelas 10 itu.

Seorang siswi, dengan wajah pucat pasi, mengangguk gugup.  Ia berlari cepat menuju kelas, kakinya gemetar, jantungnya berdebar kencang. Tatapan Januar langsung mengintimidasi nya dalam sekejap.

Kejadian ini telah mengguncang sekolah.  Desas-desus beredar cepat, menciptakan gelombang ketakutan dan keingintahuan.  Siapa yang melakukan ini pada Nayyara?  Apa motif di balik penculikan dan penganiayaan ini?  Dan apa yang akan terjadi selanjutnya?

Semua pertanyaan itu membayangi pikiran para siswa.  Mereka terdiam, tak berani berbisik, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya.  Kejadian ini telah mengubah suasana sekolah mencekam dan penuh teka-teki.

Sementara itu, Nayyara masih terbaring lemah di tengah lapangan, matanya menatap kosong ke langit, berharap seseorang akan datang menolongnya. Ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun satu hal yang pasti:  hidupnya telah berubah selamanya.

Gue nyesel ngelakuin hal itu. Maafin gue Shanza. batin Nayyara penuh penyesalan.

Nayyara pikir, setelah dia dibebaskan di ruangan neraka itu dia bisa bertemu dengan Shanza. Dia ingin meminta maaf, dia menyesal telah benci gadis itu. Sekarang, tak ada waktu selain berakhir dalam jeruji besi.

Di kelas sebelas, suasana kelas terasa tegang, namun tetap tenang.  Shanza  tengah bergelut dengan soal-soal remidial yang terhampar di mejanya. Keringat dingin menetes di dahinya, jari-jarinya bergerak cepat di atas kertas, berusaha memecahkan setiap soal dengan tepat.

Sekolah masih beraktivitas normal, meskipun baru saja melewati masa ujian.  Banyak siswa yang harus mengikuti remidial untuk memperbaiki nilai mereka yang kurang memuaskan.  Shanza adalah salah satu dari mereka.  Ia merasa terbebani dengan tekanan untuk meraih nilai yang baik, terutama setelah kejadian yang menimpa Nayyara..

"Ssst, neng Shanza. Soal nomor 16 gimana caranya? Al enggak tau," bisik Algara yang duduk di depannya.

Nasibnya sungguh sial, hanya Algara dan dirinya saja yang harus mengikuti remedial nilai. Dean, apalagi kekasihnya itu, tak perlu ikut remidial, dia sudah mendapat juara satu.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang