Rahasia yang diungkap

18 5 4
                                    

Langkah Shanza terasa berat, seakan menjejakkan kaki di atas hamparan awan tebal. Pintu gerbang Moonlight School, sekolah yang menyembunyikan kasus kriminal. Udara dingin terasa menyapa wajahnya, bercampur aroma tanah dan dedaunan kering yang aneh. Shanna merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.

"Ar, gue gak siap buat ketemu mereka." ucap Shanza khawatir.

Ardhan, lelaki selalu setia, merangkul pelan bahu Shanza. "Aku tau, ini pasti sulit. Kamu perlahan aja jauhin mereka. Ayo, nanti satu bangku sama aku." ajak nya, yang membuat Shanza perlahan tenang.

Ardhan tahu, rasa takut dan kekhawatiran menyelimuti hati Shanza. Sekolah ini, Moonlight School, terkenal dengan misteri kriminal yang begitu sulit dipecahkan. Kisah-kisah tentang penghuni sekolah yang menghilang, kasus pembunuhan yang tak terungkap, dan berbagai kejadian aneh lainnya.

Shanza mengikuti Ardhan memasuki halaman sekolah. Mata Shanza menangkap deretan bangunan tua yang menjulang tinggi. Jendela-jendela berdebu, cat mengelupas, dan taman yang terbengkalai, seakan menjadi saksi bisu dari masa lalu yang kelam. Sudah lama ia tak menginjakkan diri di sini.

"Ar, setelah sekian lama gue gak ke sini. Kok sekolahnya makin seram?" tanya nya, merasakan ada perubahan drastis di Moonlight school.

Ardhan menggenggam tangan Shanza erat. Mereka melangkah bersama, memasuki dunia baru yang penuh misteri dan bahaya

Mereka berdua berjalan menuju kelas, melewati koridor yang sunyi dan sepi. Biasanya, akan ada murid-murid yang bermain du koridor. Namun, sekarang hal itu lenyap. Shanza merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia merasa diawasi oleh sesuatu yang tak terlihat.

"Shanna, lo gak papa?" tanya Ardhan, melihat wajah Shanza yang pucat.

Shanna menggeleng pelan, dia mendekat pada Ardhan dan berbisik. "Gue ... gue ngerasa ada yang ngawasin. Coba lo lihat di sudut atas, apa ada Cctv?"

Pandangan Ardhan langsung melihat ke arah lain, dia pura-pura tengah melihat sesuatu. Lelaki itu melihat dengan jelas, Cctv itu berkedip. Ardhan mengerti, Cctv ini aktif dan tengah mengawasi nya.

Ardhan tertawa, sambil melirik pada Shanza. "Kamu ada-ada aja. Enggak ada kok. Yuk, masuk kelas!" ajak Ardhan, dan langsung menarik tangan Shanza.

Mereka tiba di kelas. Shanza kembali melihat sosok Zara. Tengah mengobrol dengan wajah antusias bersama Alea. Ketika Zara menoleh, dan melihatnya. Dia langsung tersenyum lebar dan melambaikan tangan ke arah Shanza.

"Hai, Za! Seneng banget bisa ketemu kamu lagi!" seru Zara.

Shanna hanya diam, matanya menatap Zara dengan tatapan dingin. Ia berusaha menjauhkan diri dari Zara, yang selama ini selalu bersikap baik padanya. Namun, Shanza sudah terlalu kecewa dengan Zara.

"Za! Gue mau tepati janji waktu itu. Kita jalan-jalan ya abis pulang sekolah!" seru Zara, suaranya riang seperti biasanya.

Ardhan yang mendengar itu langsung menjawab, "Maaf, Kak Damian larang Shanza buat pergi jauh. Shanza masih belum sehat sepenuhnya."

Shanna hanya diam, pandangannya tertuju ke arah lain. Ia tak ingin melihat kesedihan wajah Zara. Ia muak melihat wajah Zara yang selalu ceria, seolah memasang wajah berbeda saat foto nya bersama Vano.

Zara terlihat murung. Tatapannya tak lepas dari Shanza. Ia memperhatikan perubahan pada Shanza, yang terlihat berbeda dari biasanya. Shanza, yang biasanya ceria dan ramah, kini terlihat cuek.

Shanna berjalan pelan-pelan ke arah kursi Ardhan yang kosong. Ia memilih duduk di dekat Ardhan, mencari sedikit ketenangan di tengah hiruk pikuk kelas.

"Zel, kenapa lo pindah?" tanya Dean, ia terkejut saat melihat Shanza duduk di kursi dekat Ardhan.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang