Siapa dia sebenarnya?

70 16 6
                                    

"Di dunia ini, kejahatan dan kebenaran berperang. Yang seperti pemata dua. Memiliki kekuatan untuk membeli kebaikan. Namun, bisa juga untuk membungkam kejahatan."

-Enigma of Damaged Love-

Setelah pelajaran terakhir yang singkat, para murid segera pulang sekolah pada jam 2 siang. Hari Rabu yang istimewa dengan fenomena jam menghilang membuat waktu terasa semakin cepat berlalu. Para murid pun tahu bahwa malam itu mereka akan memiliki tugas yang harus dikerjakan mulai dari jam 10 malam hingga 2 pagi. Suasana sekolah terasa berbeda, dengan para murid sibuk mempersiapkan diri untuk tugas malam itu.

Saat bel pulang telah berbunyi. Zara tergesa-gesa menggantungkan tas nya di salah satu tangan. Dia menghampiri meja Ardhan, tampaknya lelaki itu sedang sibuk membereskan buku-buku nya.

"Ardhan, lo lihat Shanza gak?" desis Zara pelan, dengan wajah kegelisahannya. "Dia tadi pergi, tapi gak bilang kemana."

Ardhan, yang tengah menyusun buku-buku pelajaran di dalam tasnya, mengangkat kepala dengan ekspresi heran.

"Tadi, gue sempat lihat dia. Pas istirahat. Dia tadi pergi enggak tau kemana. Wajahnya kayak habis nangis, gue gak tau kenapa. Shanza juga sempat marah sama gue. Gue santai, karena gue kira dia pergi ke kelas," jelas Ardhan dengan jujur.

Zara dan Alea saling bertatapan khawatir. Sejak tahu Shanza dibully hingga terluka, mereka tidak bisa tenang.

"Emangnya Shanza kemana? Kok bisa hilang?" tanya Algara, wajahnya khawatir berdampingan terkejut.

Zara menggenggam ponselnya erat, berusaha menghubungi Shanza. Tapi, tak ada kabar apapun. "Enggak tahu. Pas pagi sehabis Shanza dibully, dia jadi banyak diem. Gue takut dia kenapa-kenapa. Kita itu udah janji loh sama Dean, buat jaga dia."

Algara menepuk jidatnya keras. Dia melangkah cepat pada Reiga dan Vano, yang sedang membereskan buku juga.

"Van, Rei. Gawat, tuan putri hilang. Ayo kita cari!" lapornya dengan panik. Mata dan pupil kedua lelaki itu melebar, disertai rahangnya menganga.

"Napa baru bilang! Ayo buruan!" seru Vano, yang segera melangkah dengan tergesa-gesa. Zara dan Alea langsung mengikuti langkah-langkah para lelaki itu.

Tiba-tiba sebuah tangan menghentikan Zara. Dia terkejut ketika tangannya dipegang.

"Em, gua boleh ikut cari Shanza gak?" tanya Ardhan, penuh harap.

Zara gelagapan melihat lelaki tampan menatapnya. Dia mengangguk patah-patah, sambil tersenyum kaku. "Boleh, ayo."

Ardhan tersenyum saat diperbolehkan ikut. Jantung Zara serasa meleleh melihat senyuman itu. Begitu memesona.

***

Gadis yang sudah membuat orang-orang panik tengah duduk di bangku depan minimarket, menyantap semangkuk mie instan pedas dengan rakus. Aroma cabai yang menyengat memenuhi hidungnya, bercampur dengan bau makanan pedas lainnya yang ia beli: keripik pedas, minuman soda bersoda tinggi, dan permen asam.

Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha menahannya. Pikirannya kacau, hatinya seperti tercabik-cabik. Rasa sakit yang ia rasakan seakan-akan tertuang dalam setiap gigitan mie pedas yang ia makan. Rasa pedas yang menusuk lidahnya, membuatnya lupa akan masalah tadi.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang