Ancaman Sang Psycho

76 14 11
                                    

"Kepercayaan kalian akan dipermainkan dalam alur cerita ini."

-Enigma of Damaged love

Malam telah menyelimuti bumi dengan selimut gelapnya. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, saat di mana dunia mulai hening. Lampu-lampu jalanan menerangi jalanan yang sepi, menyapa para pejalan kaki yang terlambat pulang.

Angin sepoi-sepoi berbisik lembut di antara dedaunan, membawa aroma tanah basah dan bunga-bunga yang mulai layu. Suara jangkrik bergema di kejauhan, seolah mengiringi lagu malam yang syahdu.

Shanza duduk di teras rumahnya, mengamati lalu lalang kendaraan di depan komplek. Gadis itu sudah rapi, memakai seragam khas Sma Moonlight school lengkap dengan sepatu Oxford nya. Malam ini, Algara berjanji akan menjemputnya untuk berangkat ke sekolah.

Tubuhnya sedikit merinding, saat merasakan angin bertiup menyapu kulitnya. Hawa pun terasa berbeda tengah malam ini. Sekolah mana yang harus datang tengah malam?

Moonlight school tentunya. Dengan segudang misteri nya.

Sebelum Algara datang, sebuah bayangan hitam melintas di depan pagar komplek. Shanza tersentak, matanya membulat. Sosok itu bergerak cepat, menghilang di balik rimbunnya pohon palem. Seketika, rasa takut merayap di hatinya.

"Cuman bayangan aja," gumamnya, berusaha menenangkan diri. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengabaikan rasa gelisah yang mulai menggerogoti hatinya.

Sambil menunggu Algara, Shanza sibuk memainkan ponselnya. Namun, matanya sesekali melirik ke arah jalan, berharap sosok Algara segera muncul.  Ia berharap Algara datang cepat, agar rasa takutnya sirna.

Motor hitam berhenti tepat di depan rumah Shanza, dan dari dalam helmnya muncul wajah cemas Algara.

"Shanza, lo gapapa kan? Gue panik banget sumpah, untung aja dengar dari Ardhan lo udah balik," ujar Algara dengan suara terengah-engah.

Shanza tercengang mendengar ucapan Algara.  "Al, gue gak ketemu Ardhan sama sekali, kok. Kok bisa dia tahu gue pulang?" tanya nya kembali.

Algara memandangnya dengan tatapan bingung, "Seriusan?" tanyanya mencari kepastian.

Shanza mengangguk cepat, "Iya, gue pulang diantar Om Januar pas siang, kebetulan ketemu," paparnya dengan jelas.

Algara menarik napas dalam, keningnya mengerut dalam. "Gue bukannya nuduh atau curiga, Ardhan kesannya kayak mata-mata ya? Padahal, tadi udah dikasih alamat lo juga. Kalo dia enggak datang ke rumah lo, kenapa harus tau lo udah pulang ya?" tambahnya, juga merasa heran dengan kejadian yang menggelitik tersebut.

Shanza hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Dia malah semakin penasaran dengan sosok Ardhan. Sudah dua kali Ardhan mengatakan bahwa dia dengan dirinya pernah saling mengenal di masa lalu.

Gue gak ingat apapun tentang masa kecil. Kok bisa Ardhan tau semuanya? Siapa dia sebenarnya?

"Ya udah, ayok lah ke sekolah," ajak Algara, mengalihkan topik pembicaraan. Ia menarik helm satunya, dan memberikannya pada Shanza.

Shanza mengangguk, mengambil itu. "Oke, tapi gue penasaran kenapa Ardhan bisa tahu gue udah pulang," gumamnya, masih menyimpan rasa penasaran.

Algara hanya tersenyum, "Nanti kita tanya aja ke Ardhan. Yang penting, sekarang kita ke sekolah dulu."

Motor hitam melaju kembali, membelah jalanan kota yang mulai ramai.  Mereka menuju SMA Moonlight School, tempat dimana keduanya menimba ilmu.

"Al, nanti kita bakal ngapain aja di sekolah?" tanya Shanza, memecah keheningan.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang