Sahabat kecil

45 16 23
                                    

"Sahabat lama adalah pemenang sejati; kebersamaan dan keikhlasan terjalin dalam waktu, tak tergantikan oleh sahabat di masa  baru."

-Prakasa Ardhaniswhara-

"Ada banyak hal terindah dalam hidup yang terjadi begitu singkat. Kita tak bisa berputar ke waktu itu, meski kita mengulangnya kembali."

-Deandra Argandrava -

Unknown

[Lihat lo menderita itu bikin gue bahagia. Gue harap lo terus begitu selamanya, Shanza. Setelah lo hancur, adik lo gilirannya.]

“Enggak, Rezfan gak boleh terluka!” gumam gadis itu. Dia terbangun dari ranjang dengan pergerakan yang masih terbatas. Kedua kaki nya masih terasa sakit saat dia gerakkan.

Shanza tak bisa diam saja. Teror yang akhir-akhir ini sering mengirimnya pesan ancaman. Membuat perasaan Shanza tidak tenang.

Dengan langkah pincang dan tertatih-tatih. Shanza terus melangkah, membuka pintu kamar secara perlahan-lahan. Matanya melirik ke sekeliling ruang tamu rumah Damian. Dia tak melihat siapapun di sana.

“Gue harus pulang, gue gak mau Rezfan kenapa-napa.” gumam Shanza. Saat ia berhasil keluar rumah. Gadis itu membuka ponsel nya, melihat waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dengan mata was-was penuh ketakutan, Shanza memaksa diri untuk pulang tanpa diketahui siapapun.

Gadis itu melangkah perlahan di tengah kegelapan malam, langkahnya seolah hanya diiringi oleh gemerisik daun dan angin sepoi-sepoi. Namun, tiba-tiba bayangan gelap mendekatinya. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, sekelompok pria muncul dari kegelapan dan mulai menyerangnya dengan kekerasan yang tidak manusiawi. Teriakan putus asa bergema di malam yang sunyi, menciptakan bayangan ketakutan yang menggelayuti keheningan malam.

“Lepasin! Kalian siapa hah?!” Shanza terus memberontak ketika beberapa pria itu mencekal kedua tangannya. Gadis itu berusaha melepaskan diri, ketika merasakan kaki nya kesakitan.

“Cepat, bantuin gue bawa cewek ini! Jangan sampai rencana kita gagal!” seru pria itu, meminta teman lainnya.

Shanza tak bisa menahan air matanya. Dia berusaha melepaskan diri di sisa tenaganya yang masih lemah itu. Kepalanya terasa berkunang-kunang, ketika salah satu pria lainnya memukul rahangnya.

Tanpa merasa kasihan, pria itu menendang perut Shanza, hingga gadis itu terlepas dari cekalan pria satu nya. Dia terbatuk-batuk, merasakan sesak bercampur nyeri dengan satu tendangan itu. Shanza tak ingin kalah, tak ingin menyerah. Meski tubuhnya terhuyung saat berdiri, dia tetap memaksakan bangun.

Para pria yang melihat itu tersenyum mengejek. Saling pandang. Melihat perjuangan Shanza yang sekali hantam langsung tumbang.

“Kita suruh habisin cewek ini?” bisik salah satu pria, berambut gaya mullet itu.

“Kata si Bos enggak perlu. Cukup bikin dia babak belur aja,” jawab pria satu nya.

“Maksain bener lu. Gitu aja dah tumbang!” ledek pria yang sebagai ketua itu. Dia kembali menghampiri Shanza yang memegang perutnya. Saat matanya bertemu, pria itu kembali menyeringai.

Satu tendangan kembali mendarat, pada pundak nya Shanza. Gadis itu mundur beberapa meter, dengan tendangan yang kuat itu.

“Cukup! G-gue … G-gak … K-kuat!” teriak nya dengan suara putus-putus. Shanza merangkak, berusaha kabur dari pria itu. Tangannya dengan gemetar dan lemas, berusaha menghubungi salah satu orang.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang