Dalang di balik layar

93 23 20
                                    

Seorang lelaki yang sedang sakit demam terbaring lemah di atas tempat tidur, wajahnya pucat dan mata yang sayu mencerminkan rasa tidak nyaman yang dirasakannya. Tubuhnya terasa panas dan gemetar, menunjukkan gejala demam yang sedang melanda. Napasnya terengah-engah dan suara batuk yang lemah ditambah demam yang tinggi.

Di tengah kondisi demamnya, orang itu mulai mengigau. Bayangan-bayangan masa lalu yang mencekam mulai muncul, membingungkan pikirannya yang sudah rapuh akibat penyakit dan kondisi mental yang tidak stabil.

"Gue ... gue nggak mau lagi ... jangan tinggalkan gue ...." gumam lelaki itu dengan suara gemetar, bayangan masa lalunya sangat menghantui dirinya hingga remaja.


Dean saat ini terbaring lemah di sofa rumah Shanza. Kejadian kehujanan itu tentu membuat Dean langsung jatuh sakit. Beruntung saja, saat tadi sore menjelang malam. Ada seseorang yang mengantar mereka. Ayahnya Vano, Januar mengantarkan Shanza adanya Dean sampai tujuan.

"Beruntung ada om Januar. Tadinya, kita mau cari kalian. Bebal banget, ketua kita satu ini, udah dibilangin jangan ke sana!" omel Algara pada sahabatnya yang tengah sakit itu. Dean dalam keadaan nya yang lemah itu hanya bisa tersenyum tipis saja.

"Reiga mana? Tumben banget, gue lagi sakit enggak ke sini?" tanya Dean begitu pelan. Sambil terbatuk-batuk dan pilek juga.

Shanza yang di sampingnya memberi lelaki itu secangkir air hangat. Guna meredakan batuknya.

"Enggak ada Reiga. Dia lagi sibuk, katanya mau bikin konten," sahut Alea, yang tahu-menahu tentang Reiga.

Dean sedikit mencebik, dengan wajah kesal juga. Biasanya, saat ia sedang sakit selalu ada Reiga yang merawatnya di kost-an.

"Dean kalo udah demam, jangan ditinggalin. Kalo lagi kayak gini tuh, yang paling repot Reiga," jelas Algara yang membuat Shanza mengernyitkan heran.

"Maksudnya? Kok cuman Reiga?" tanya Shanza dengan ekspresi penasaran.

Algara menjawab, "Karena Dean tuh selalu jadi yang paling bandel kalo udah sakit. Dia tuh kayak anak kecil yang butuh perhatian ekstra. Dan siapa yang selalu sabar dan repotin dia? Ya, Reiga lah. Makanya, kalo Dean demam, siap-siap aja jadi babysitter-nya."

Shanza tersenyum disertai tawa kecil. Dia mengerti mendengar penjelasan dari Algara, sementara Dean yang sedang demam terlihat agak kesal namun juga tersenyum kecut.

"Reiga, mana?" Sekali lagi, Algara menghela nafas panjang mendengar pertanyaan itu. Sedikit agak lain, ketika Dean sakit itu. Dia hanya bisa memaklumi saja, karena Dean memang kekurangan kasih sayang orang tuanya.

"Tuh, baru aja dibilangin. Heran gue, yang jadi bapaknya itu si Juna. Ini mah malah jadi Reiga," kata Algara.

Shanza menghampiri Dean yang sedang dikompres itu. Menatapnya dengan tatapan dalam, sambil mengusap rambutnya pelan.
"Sekarang ada gue, lo gak usah manja lagi sama Reiga, ya?" ujar Shanza pada Dean dengan senyum lembut. Dean yang masih sedang demam hanya mampu mengangguk pelan sebagai tanda pengertiannya.

"Reiga selalu usap kepalanya dia. Kalo enggak, dia bakalan mengigau lagi. Cewek juga harus tau, rasanya demam itu kek mau sekarat. Tubuh sama sekali enggak ada tenaga, ditambah pusing banget. Pokoknya, pas demam itu gak bisa bangun sama sekali." jelas Algara, sambil mengelilingi cemilan dia tak berhenti mengoceh tentang Dean dan Reiga.

Enigma of Damaged Love (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang