Please vote and leave a comment! Thank you 💐
***
Klarybel menjulurkan kedua tangan meraih jaket. "Ketika gue kedinginan nanti, jaket oleh-oleh lo yang pasti gue pakai." Ia memeluk jaket sejenak lantas melabuhkannya di atas meja tanpa melipat.
"Terakhir! Gelang emas rose gold!" Antusias Cia. "Please read." Titahnya yang tersenyum lebar selagi mendekatkan gelang di sebelah pipi.
Dalam kesenangan berulang, Klarybel memajukan tubuh kemudian tangan kiri ke Cia. "Pakaikan." Pintanya. "I'm not interested in any more jewelry. Why did you go out of your way to buy it?"
Gelang ukiran nama Klarybel mulai Cia pasang di tangan sahabatnya itu. "Iya, ya? Kenapa I beli? Mmm sepertinya karena you suka ingin tahu model perhiasan di setiap di Negara."
Sepuluh banjaran tas belanja yang telah berpindah letak tersebut bukanlah kepunyaan Cia dan Vivi belaka. Akan tetapi jua Klarybel. Hingga sibuknya membuka barang-barang membikin mereka belum menyentuh makanan ringan beserta minuman di atas meja.
"We almost forgot something!" Seru Cia menoleh ke Vivi. Ditanya Vivi lewat raut bingung seraya berpikir. "Kami bawa kado pernikahan you." Ia mencari-cari yang mana tas belanja berisikan sebuah kado. Menjauhkan dua sisi bagian atas tas agar kedalaman benda dapat terlihat.
"Kalian kan udah beri gue lingerie." Klarybel kebingungan.
"Kami hanya main-main menghadiakan you lingerie." Ujar Vivi sambilan merapikan poni rambut sebab semilir angin sepoi-sepoi.
"Ini dia! Lo mau membukanya sendiri atau gue?" Tanya Cia.
"Lo aja."
"Okelah," Cia melambatkan gerakan tangan berkat pembukaan ala-ala sulap olehnya sendiri. "Tas!" Setelahnya raut sumringat beralih kesal. "Gak istimewa sih sebenarnya. Gue gak tau mau beri kado apa. Lo menikah gak karena cinta, rumah kalian gak kekurangan furniture. So, my gift is just a bag."
Klarybel menatap tas tenteng mungil berlapis batu permata putih. Manakala tiap pergerakan tas tersebut menghasilkan kilauan warna-warni. Mengundang kejahatan. Terlampau layak bila dijinjing di acara bertema pesta. "Semua barang dari kalian istimewa bagi gue. Sungguh." Pujinya menaruh kedua tangan di dengkul kaki yang tengah bersilang.
"Gue cuma merasa kurang berkesan karena gak ada hubungannya sama pernikahan." Ujar Cia.
"Don't cry, Cia." Guyonan Klarybel akibat keseriusan Cia.
"Gue gak nangis, ih." Cia mendelikkan mata sipitnya.
"Jaket gue sebagai kado pernikahan." Sergah Vivi. "Untung lo ingat." Ia menyenggol sikut Cia. "Hampir gue lupa mengatakannya."
"Part II. Oleh-oleh gue. Shopping bag itu untuk, elo." Klarybel melirik ke Cia. "Shopping bag lo, tuh." Kemudian melirik ke Vivi. "Buka cepet." Titah Klarybel sebab menyukai senyum kebahagiaan sahabatnya.
"Oh wow! Jam tangan." Antusias Cia.
"Oh my God! Kacamata." Seru Vivi. Klarybel memandang Vivi yang fashionable jadilah memberikan sesuai porsi.
"What is this? Vivi, punya lo boleh gue buka juga kah?" Tanya Cia seraya melayangkan kedua tangan pada utas tas belanja.
"Go ahead." Jawab Vivi selagi bercermin di kacamatanya.
"Ah, gelang! You made my day." Seru Cia. "Semua wanita memang suka perhiasan." Ia kemudian meletakkan kotak gelang emas Vivi di atas meja. Sejenak belaka melihat punya Vivi sebab gelang tersebut nyaris kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage For Business Purposes [On Going]
RomanceDemi terstrukturnya perusahaan keluarga yang berdiri di bidang smartphone, Albar dan Klarybel bersedia menerima perjodohan yang diselenggarakan oleh kedua orang tua mereka. Baik Albar dan Klarybel tidak pernah berat hati serta santai akan pernikahan...