Guys, ada kabar gembira buat kalian yang gasuka scene pembahasan bisnis, karna mulai chap 37 ini, scene pembahasan bisnis udah gak ada lagi.. kalau pun ada cuma selipan pas ngobrol doang aka tipiss bangett. Jadi, kita udah masuk nih ke konflik yang sesungguhnya, serta bagaimana hubungan Albar and Klarybel yang baru berlayar.
Btw chap 36 belom capai target loh guysss tapi aku gak sabar up :"D ayolah please, tinggalkan vote dan komentar, biar aku gak asik sendiri 🥲 aku pun pengen balas komentar kalian, tapi kalau udah capai target yaa hihi
Versi lengkapnya ada di ig wisruby_ (tidak wajib dibaca)
●●●
I'm waiting for 40 votes and 50 comments. Thank you 💐
●●●
Hari ke-32 setelah meninggalnya Khaleed.
Duka tak kunjung surut. Air mata awan kelabu serta lengkungan bibir ke bawah masih bersemayam. Lamun, membenarkan frasa life must go on, Klarybel pun mulai menjalani rutinitasnya kembali.
Tak terasa pukul 16.40 WIB. Diselenggarakannya Upacara Penurunan Bendera Negara Sang Merah Putih, sebagai peringatan 17 Agustus 1945.
Konglomerat di Indonesia diundang menghadiri HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Di Istana Negara, Direktur Perusahaan Moon yang menjadi bagian dari oligarki tersebut duduk terdepan bersejajaran dengan konglomerat lainnya. Mereka adalah oligarki yang mengendalikan perekonomian Negara.
Berlatar belakang yang berbeda, para konglomerat tersebut ada yang berbasis di industri pertambangan batu bara, petrokimia dan tekstil, media, elektronik, perbankan serta properti. Terdiri dari sepuluh orang, Albar tergolong yang paling muda. Kendati demikian, tiada kebanggaan dalam dirinya. Ia tak pernah merasa lebih hebat dari siapa pun.
Akibat duduk terpisah dengan Albar, tata letak kursi Klarybel lumayan berjauhan. Wanita berbalut kebaya ini duduk bersampingan dengan Rasti. Tidak secara kebetulan melainkan memang aturannya. Menyatukan dari apa yang menjadi latar belakang tamu. Semacam para jenderal yang duduk berderet di kursinya, Klarybel dan Rasti pun serupa. Sebab keduanya berasal dari Perusahaan yang bergerak di bidang teknologi.
Wajahnya menatap lurus lamun tubuh si wanita bergerak menyamping ke Klarybel. "Anak lo mati, ya?" Rasti membuka percakapan.
"Are you mocking me?" Jujur saja Klarybel tidak tahu itu sebuah pertanyaan atau hinaan.
"Kudos. Oops." Kemudian Rasti kembali ke posisi semula.
"Watch your mouth."
"I'm joking."
Klarybel memutar maniknya malas. "Here we go again."
Tiap satu kursi yang berjarak satu jengkal, serta riuhnya suasana peringatan kemerdekaan Indonesia, tidak menjadikan telinga orang lain mampu mendengar ujaran Klarybel dan Rasti. Terlebih lagi, keduanya bertutur kata dengan nada mirip berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage For Business Purposes [On Going]
RomanceDemi terstrukturnya perusahaan keluarga yang berdiri di bidang smartphone, Albar dan Klarybel bersedia menerima perjodohan yang diselenggarakan oleh kedua orang tua mereka. Baik Albar dan Klarybel tidak pernah berat hati serta santai akan pernikahan...