33. Air mata di pipi bersemayam

400 65 44
                                    

Please vote and leave a comment! Thank you 💐

●●●

⚠️ TRIGGER WARNING ⚠️

Mengandung tema/adegan self-injury dan suicidal.

●●●

Proses mendoakan Khaleed diadakan di rumah duka Grand Heaven. Berjenis President Suite Room. Pemilihan mereka tentu yang terbaik dan terbesar di Indonesia. Meski rumah duka, tidak memberikan kesan seram. Lantaran berkonsep eksterior Neo-Classic.

Segala bunga papan duka cita terbentang sedari pagi pukul tujuh. Area parkir roda empat pun penuh tak bersisa. Keseluruhan tersebut tak lain sebab keluarga dan para tamu datang berbelasungkawa. Di samping itu, fasilitas yang sempurna di Grand Heaven membikin keluarga duka dan tamu tak ragu menghadirkan diri di sana.

Lantaran dapat dipergunakan bagi seluruh agama dan suku, memandikan jenazah Khaleed, memakaikan kain kafan, menyolatkan serta lainnya diikutsertakan di sana.

Kaki berdiam, bibir terbungkam, dan air mata di pipi bersemayam. Ialah Klarybel masa kini semenjak mendengar kabar bahwasanya Khaleed telah berpulang ke pangkuan Tuhan. Klarybel tak mengantar Khaleed ke tempat peristirahatan terakhir bersebab belum pulih sepenuhnya. Tenaganya masih pada tahap lemah serta jiwanya terpukul.

Sebelum pemboyongan Khaleed dari rumah duka ke tempat makam, yang mana selama momen doa berlangsung, Klarybel terus berada di samping jenazah si buah hati. Hanyalah sekelumit waktu tersebut yang dapat ia gunakan dalam melepas kerinduan.

Ditemani kerabat dekat yakni Cia, Vivi dan satu sepupu kala seluruh orang bertolak ke tempat pemakaman, nyatanya tidak mampu menyejukkan hati Klarybel yang tengah gundah gulana. Hingga situasi manakala proses penguburan Khaleed nyaris selesai di sana, Klarybel malar memilih ditemani kesunyian di ranjang itu ketimbang sebanyak orang pun.

Klarybel amat berkehendak menggendong Khaleed atau paling tidak menyentuh tangannya. Ia telah berhasil mencapai itu. Tetapi, pada kala si buah hati telah menjadi jenazah. Ia menitikkan air mata kemudian. Sebab bukan momen tersebut yang diharapkan.

Tidur miring ke kanan serta membelakangi pintu masuk menjadikan Klarybel tidak tahu siapa yang kini berjalan ke dalam kamarnya. Kaki sosok tersebut melangkah memerlahan. Terkadang pula berhenti sembari menyapu pandangan ke tiap sudut. Dirinya, memikul perasaan bersalah.

Ruang istirahat bakal keluarga yang mereka pergunakan di Grand heaven berbintang lima. Di dalamnya terdapat televisi full HD, lemari penyimpanan yang besar, ruang makan, dua king-size bed dan kamar mandi yang dilengkapi perlengkapan mandi serta bathtub. Dan Reno telah berpijak di ruangan tempat Klarybel berbaring miring itu.

Sembari sesekali memandangi raut haru Klarybel, Reno menduduki ujung ranjang. Di sebelah kaki si kakak, ia kemudian bertutur. "Aku turut sedih dan berduka." Membungkukkan tubuh, Reno lantas melihat kakinya. Terbalut kaus kaki bekas menapaki tanah kuburan Khaleed.

Reno menarik napas panjang. "Aku udah tinggalkan Perusahaan startup-ku, kak. Dan siap bergabung lagi sama kalian ... my bad, tiba-tiba bicara gini. Maaf kalau waktunya kurang tepat. Aku mau mengurangi duka kakak yang pasti gak bisa hilang sampai akhir pun."

"Awal mula kehadiran Khaleed, karena aku mengundurkan diri dari Moon. Walaupun begitu, alasan dasar menyayangi Khaleed dari kita semua teteplah tanpa batas. Kayak Nenek ke Cucunya, Ibu ke Anaknya, dan Paman ke Keponakannya."

Reno menatap lurus yakni ke jendela lebar serta tinggi. "Kak, aku udah sampaikan tentang kepindahanku ke Moon ke Bang Albar. Beliau terlihat hangat meresponsku. Siap merangkul lagi walau di sini aku yang salah."

Marriage For Business Purposes [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang