4. <Flashback off>

651 12 0
                                    

"Makanan apa ini?" Klarybel membekap mulutnya dengan tisu, memuntahkan nasi putih yang baru lolos satu sendok ke dalam mulutnya ke lantai marmer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makanan apa ini?" Klarybel membekap mulutnya dengan tisu, memuntahkan nasi putih yang baru lolos satu sendok ke dalam mulutnya ke lantai marmer.

Wati bergidik ngerih di sebelah meja makan. Bahunya bergerak terkejut. Piring nasi putih beserta lauk di dalamnya digeser Klarybel lewat sebelah punggung tangannya. Satunya lagi seraya meraih gelas air putih. Minum membawa raut wajah masam.

"Aku tidak suka nasi hangat." Intonasi Klarybel cukup tinggi. "Apa kau memasaknya di neraka?"

Jawaban bungkam adalah terbaik dari segi kemarahan oleh seorang majikan. Semacam kini dilakukan Wati. Buah-buahan di atas meja makan berupa mangga, apel dan anggur dilirik Klarybel seakan buah-buahan itu jua mempunyai kesalahan.

Kemudian Klarybel meraih piring mungil berisi potongan apel. Sepotong apel diamatinya dengan mata sinis. "Kenapa kulitnya dikupas?" Tanyanya tanpa mengindahkan pandangan dari apel. Klarybel melantas mencampakkan apel tersebut beserta piringnya.

"Petikkan aku anggur." Terdapat piring mungil untuk buah. Wati memetik anggur itu dengan sarung tangan yang sudah dipakai khusus mengambil anggur.

Dengusan timbul, pertanda kemarahan Klarybel hendak menyala. "Anggur ini asam! Kenapa membelinya?! Apakah uangnya kurang untuk mendapatkan kualitas yang ku mau?! Atau kau menelan uang yang harusnya dibeli untuk dapur?"

Klang.

Albar menjatuhkan sendok garpu di piring makannya lantas menuangkan air putih ke dalam gelas yang tinggal setengah itu. Ia tidak pernah nyaman alami momen ini. Tetapi, telah terbiasa. Satu tahun lebih satu bulan mereka pernah tinggal satu atap. Lantas Klarybel ke Rusia guna melanjutkan pendidikan dua tahunnya. Dan kini, telah pulang.

Selama rumah dua tahun tidak terinjak Klarybel, momen menyebalkan semacam hal sekarang tidak pernah terjadi. Albar mengetahui sisi buruk Klarybel bagian ini ketika beberapa jam setelah mereka menikah. Kala itu, ia tidak sengaja masuk ke kamar Klarybel guna menaruh kado.

Luas bangunan rumah berukuran lebih 2.000 m². Lamun tampak nyata, kesunyian tidak berkuasa bila Klarybel yang menghuni. Selain para ART, hanya Albar dan Klarybel sebagai tuan rumah itu. Sebelum menghuni rumah, sebetulnya ia sempat mengira bahwa sunyi akan bertempat di dalam rumah mereka.

"Tuangkan jus jeruk." Ketus Klarybel lantas Wati berkutik gesit. "Stok jeruk di dapur masih banyak?" Tanyanya tatkala Wati menuang jus jeruk.

"Masih, Nyonya." Jawab Wati bernada gemetar.

"Tahu kenapa aku selalu menstok jeruk?"

"Nyonya lebih suka jeruk hasil peras sendiri. Karena bisa mengatur sesuai selera."

Albar tidak menghabiskan makanan utamanya. Sebab ia ingin lekas beranjak dari meja makan. Penyebabnya jelas kicauan Klarybel. Dan, sesudah Wati menjawab alasan dapur kerap menstok jeruk, Albar meraih hidangan penutup yakni, pudding. Berjenis boiled pudding. Berbahan dari pati jagung nan direbus hingga mengental.

Marriage For Business Purposes [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang