18. Di kolam renang

578 11 0
                                    

Kursi santai kolam renang bermaterial kayu jati premium menjadi saksi atas kesantaian Klarybel. Membuka majalah mode serta pijatan halus pada kedua kaki di sore hari. Oleh Maid yang ia perintah secara asal. Tidak memanggil ahlinya sebab memijat kakinya pelan semata.

Klarybel mengombinasikan antara atasan tank top dan bawahan celana pendek elastis motif. Memadukan warna hitam keseluruhan. Bantal tebal di kursi bagian punggung itu membikin ia embuh berlama-lama. Menjumpai fajar baru menyudahi. Baru berencana demikian, Sulis yang berjaga di pintu sejak tadi datang menghampiri Klarybel. Mengisyaratkan ia hendak menggagalkan perencanaannya.

"Nyonya, Tuan sudah pulang."

Buku majalah ia tutup. "Stop." Titah Klarybel kemudian tangan Maid yang memijatkan kakinya berhenti. Berdiri di samping Sulis dan Klarybel melekatkan kargidan di kala yang bersamaan. "Pekerjaan kalian selesai. Per-silakan Albar ke sini."

"Baik, Nyonya." Jawab mereka serentak.

Jadi, tugas Sulis sebelumnya ialah menunggu wujud Albar tiba di dalam rumah sekaligus menjaga pintu yang terletak di ruang keluarga dari sang pria. Tentu perihal pakaian seksi yang Klarybel lekatkan pada tubuhnya. Dan tiada drama meskipun ia berkehendak berlama di situ sebab bertemu Albar merupakan ihwal yang ia perkenanan.

"Kenapa kau tidak bilang padaku dulu jika membuat jumpa pers?" Sewot Klarybel seraya berdiri di sebelah kursi panjangnya. Sedangkan Albar, dekat kursi panjang pula yang membatasi mereka.

"Biar apa bilang padamu?"

Klarybel membelalakan sedikit mata. "Karena menyangkutku! Aku punya modus supaya nama Rasti jelek. Makanya aku tidak membungkam media kecuali CIZ."

"Apa pun rencanamu, jumpa pers tetap ku adakan."

"Kau merusaknya." Sinis Klarybel.

"Kapan kau berhenti mencari masalah?"

"Bukan aku yang mulai! Semua foto sudah direkayasa."

"Aku percaya jika kau mengatakan itu sedang terhipnotis."

Keduanya saling beradu tatapan sengit dalam waktu yang cukup lama. Hingga usai kala Albar mendobrak kelengangan, "Kekacauanmu sudah ku bereskan. Jangan lagi memancing masalah di luar." Tubuhnya baru menyerong ke samping hendak berlalu, kaki masih di tempat belum bergerak akan tetapi ujaran Klarybel membatalkannya yakni,

"Aku akan klarifikasi." Alis mengernyit Albar membikin Klarybel melanjutkan tafsirannya. "Mengklarifikasi kalau keributan di kelab karena Rasti yang mencari keonaran duluan ke Moon."

"Kau tidak dengar perkataan terakhirku?" Albar memiringkan kepala. "Atau tidak mengerti?"

"Dengar lalu mengerti. Aku cuma ingin membela diri. Di mana salahnya?"

"Percuma. Tidak ada yang percaya."

Jleb. "Termasuk kau, kan?" Klarybel berjalan pelan ke arah Albar. "Ini semua gara-gara kau terlalu ikut campur."

"Aku tidak akan diam selama itu mengenai Perusahaan."

"Ku bilang kau 'terlalu' masuk. Bukan tidak berhak." Klarybel berdiri di samping Albar lantas pria itu memutari kakinya. "Jika jumpa pers satu-satunya penyelesaian masalah menurutmu, harusnya kau bilang dulu padaku tentang apa-apa saja yang dibicarakan di depan kamera. Dengan seperti itu, aku tidak mungkin menyalahkanmu." Ujarnya setelahnya melipat kedua tangan.

"Aku masih membencimu yang mengadakan perjumpaan pers. Lagipula, aku bisa menyelesaikan masalahku sendirian. Tapi kau cepat sekali sampai perlu mengundang wartawan. Kau merasa paling cerdas sedunia kan makanya melakukan itu? Setiap kita bertengkar kau juga sering menamparku dengan kalimat kebodohan." Klarybel berapi-api.

Marriage For Business Purposes [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang