12. Undur diri

517 9 0
                                    

Dibalik tekukan wajahnya, ada satu pertanyaan menggiring ke benak. Mobil yang baru pertama ia lihat di pekarangan rumah. Terparkir larut malam, menghasilkan aroma pria bukannya wanita, serta plat nomor kendaraan bernama pria apabila dirangkai.

Tapak kaki sepatu Albar telah hinggap di teras rumah. Berjalan seraya menggulung kemeja sampai sikut. Ia memang kerap menyambi. Jas beserta rompi terbiasa ia buka kancingnya selagi turun dari mobil menuju kamar tidur.

Lantaran sempitnya waktu. Dan tiba di kamar tidur menyisakan kemeja yang tinggal terlucut. Sebetulnya, waktu untuk melepaskan jas dan rompi ada walau tidak banyak. Tetapi Albar, tipe yang beranggapan; bila kini dapat dilakukan, kenapa harus ditunda?

Kedua kemeja di tangan sukses tergulung kala kakinya di berantara ruang keluarga dan dapur bersih. Bunga tulip putih di atas meja bulat menutupi wajah seseorang di hadapan Klarybel. Tampak nyata dua orang tengah bermesraan di ruang keluarga. Tidak selayak kegiatan yang semestinya dilakukan di atas ranjang. Melainkan bersandar di bahu Klarybel dan Klarybel pula menyentuh pipi seseorang itu.

Melangkah santai namun garang, Albar berdeham kemudian menenggelamkan kedua tangan beruratnya ke saku celana. Mengartikan kepada dua orang yang termangu itu bahwasanya ia tidak berkehendak berkelahi. Berdiri di belakang sofa ruang keluarga.

"Egi, kau pulanglah." Ujar Klarybel pelan. Tatapan Egi kepada Albar hanya tatkala Albar berdeham. Selain itu bereaksi kaku lantas mengindahkan permintaan Klarybel.

"Kenapa?" Tanya Klarybel kala Egi membalikan badan.

"Dompetku." Jawab Egi menuju ke meja seusainya lanjut mengangkat kaki.

"Kau melanggar aturan." Ujar Albar kala merasakan telah mereka berdua di situ.

Klarybel pun berjalan ke arah Albar. "Cuma 1x."

"Maksudmu wajar?"

Tidak mengiyakan pertanyaan Albar, tidak pula membantah. Namun, tetap berlagak angkuh meskipun ia sadar melakukan kesalahan.

"Tidak boleh membawa laki-laki lain ke dalam rumah. Walau saat aku tidak ada." Tekan Albar.

"Cuma 1x." Ulang Klarybel meleceh.

"Kenapa kau membawanya kemari? Apa kamar hotel di seluruh Negara penuh?"

Klarybel memandang marah dari yang semula menatap lain. "Pikiranmu salah."

"Beri data jika aku salah." Mulut Klarybel yang tertutup menghasilkan tambahan sebongkah ujaran yang tidak dapat Albar cegah. "Kau bebas tidur dengan 1 laki-laki atau 5 sekaligus, tapi jangan di rumah."

Plak. Klarybel menampar pipi Albar. Bila Albar tidak dapat mencegah ujarannya, Klarybel pula tidak dapat mencegah tangannya. Sebab ia tidak berbohong. Ia bersama Egi mengobrol semata. Tidak melakukan selayak pikiran Albar. Akan tetapi alasan ia bungkam tatkala diminta data lantaran ia pun bingung hendak menyampaikan apa. Sedang orang yang ia tampar barusan tidak mudah percaya pada apapun.

Albar mengembalikan wajahnya ke semula yakni ke depan secara perlahan. Bekas pukulan Klarybel sejurus memerihkan baginya. Namun, tamparan tangan Klarybel malar membikin ia makin percaya pada dugaannya.

"Laki-laki dengan tiga kancing teratas terbuka sedangkan suhu ruangan dingin. Dan wanita dengan pakaian tidurnya yang terbuka. Menurutmu aku salah?" Albar menaikkan kedua alis.

"Kaulah," Klarybel menusuk dada Albar lewat telunjuknya. "Manusia paling sempurna di muka bumi. Tidak pernah melakukan kesalahan sama selalu menyangka jika semua orang tidak se-benar, kau."

"Terima kasih. Pujianmu karena aku tidak pernah melanggar perjanjian pra nikah, bukan?" Klarybel mengerutkan alis serta garis mulut melengkung jijik. "Tidak seperti kau yang sudah melanggar." Ungkit Albar menyengaja agar Klarybel malu terhadap dirinya sendiri juga Albar. Sekalian menanti wanita ini meminta maaf, maka ia rampungkan drama itu.

Marriage For Business Purposes [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang