05. Jiji nakal II

9.4K 479 7
                                    

"Park Jisung!"

Jisung menundukkan kepalanya dalam, terlalu takut untuk menatap kedepan dimana semua hyungnya berada. Jisung meremas celananya erat, merasa menyesal sudah membentak seseorang yang paling disayanginya, Jisung tidak sadar meninggikan suaranya tadi. Apalagi tadi tatapan sedih dan kecewa yang diberikan Haechan padanya, membuat Jisung ingin menangis.

"Sudah berani membentak kekasih ku, sudah hebat sekarang."

Suara berat Jaemin mengisi keheningan ruang tengah. Tadi member yang siap tertidur terkejut mendengar suara tinggi Jaemin, tak biasanya Jaemin meninggikan suaranya jika tidak ada yang membuatnya benar-benar marah.

Dan saat tau alasan Jaemin berteriak mereka ikut marah tentu saja. Anak ayam kesayangan kekasih mereka bisa berbuat seperti itu.

"Jawab Park Jisung."

Jisung menggeleng air matanya sudah membasahi pipinya ketakutan, suara Jaemin benar-benar menyeramkan.

Mark menahan bahu Jaemin dan mengusapnya agar tenang, leader dream itu takut Jaemin hilang kendali dan memukul bungsu mereka.

Chenle sudah memeluk Haechan yang duduk tak jauh dari kelima orang itu. Suasana disekitar benar-benar menyeramkan, jika ia menjadi Jisung mungkin tidak akan sanggup. Chenle merasa heran kenapa Jisung bisa membentak Haechan yang begitu menyayangi mereka.

"Tenanglah Jaemin." Renjun mendudukkan Jaemin untuk menenangkan dirinya.

Mark maju selangkah menatap adiknya.
"Aku tidak tau apa alasan mu membentak Haechan Jisung. Tapi yang kau lakukan sudah melewati batas, kau membentak nya membuatnya sedih itu artinya kau berhadapan dengan kami."

"Tatap aku Jisung, tatap orang yang bicara dengan mu. Tunjukan attitude mu."

Suara tegas Mark membuat Jisung mendongakkan wajahnya yang sudah basah oleh air mata.

"Ma-af Hyung...."

"Ini soal game itu kan. Jisung-ah aku dan semua Hyung yang lain tau kau sering bergadang hanya untuk bermain game. Kami sering membiarkan mu karena kau sudah dewasa tapi ternyata kau melunjak." Renjun ikut bersuara tak bisa menahan diri.

Jisung kembali menundukkan kepalanya, tangisnya semakin kencang hingga terdengar isakan beratnya.

Renjun menarik nafas panjang agar tak meledak-ledak. "Aku yakin Haechan hanya meminta mu beristirahat dan itu untuk kebaikan mu, dia tak ingin kau sakit. Jika kau tidak mau diurus lagi katakan lah, kami tidak akan menganggu mu."

"Tidak Hyung, jangannn- maaf kan aku..." Tangis Jisung semakin histeris dirinya benar-benar merasa ketakutan sekarang. Jisung sungguh-sungguh menyesal.

Jeno yang sedari tadi diam berjongkok didepan Jisung yang menangis tersedu-sedu. Tangan besarnya mengusap bahu bergetar itu.

"Hyung, maafkan aku- aku menyesal, hyung..." Suara Jisung bener-bener bergetar hingga tak terlalu jelas.

"Syutt~ tenanglah."

Jeno semakin mendekatkan dirinya pada Jisung, membiarkan sibungsu memeluk nya hingga Jeno bisa merasakan tubuh Jisung bergetar, adiknya pasti ketakutan. Tangan Jeno mengusap-usap punggung Jisung, suara tangis menyedihkan Jisung mengisi ruang tengah ini.

Haechan memeluk Chenle semakin erat menyembunyikan wajahnya didada si pucat, air matanya ikut menetes mendengar tangis histeris bayinya. Hatinya merasakan sakit mendengar Jisung menangis dari pada Jisung membentaknya tadi.

"Bibu... Adek maaf, adek sudah nakal." Nafas berat Jisung keluar kan, isakan nya tidak bisa ditahan karena merasa menyesal.

Jisung duduk didekat kaki Haechan, tangannya menggenggam tangan Haechan yang masih belum melihatnya. "Adek menyesal Bibu, maafin adek. Jangan benci adek ya."

Dreamies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang