13. Markhyuck, Bubu dan semesta

8K 504 12
                                    

Pagi-pagi sekali Mark dan Haechan sudah berada di bandara untuk kembali ke Korea Selatan. Bukan tanpa sebab tapi keduanya mengejar waktu untuk bisa mengantar Kakak mereka Taeyong untuk wamil. Sedari tadi Haechan sudah gelisah takut-takut tidak sampai tepat waktu. Mark juga sama gelisah nya tapi mencoba untuk tenang.

"Tenang babe kita pasti bertemu Bubu." Bisik Mark menenangkan Haechan.

Namun nyatanya semesta tak mengijinkan keduanya bertemu dengan Hyung mereka. Cuaca buruk yang tidak seorangpun tau membuat pesawat delay dan keduanya harus mendarat di Jeju. Hal itu membuat Haechan sedih bahkan si manis sudah menangis saat tau kemungkinan penerbangan tidak bisa di lanjutkan lagi.

Mark segera memeluk Haechan, menenangkan kasihnya yang menangis tersedu-sedu. Ia juga sedih karena hal ini tentu saja, Mark juga menangis tapi tidak sekencang Haechan.

Sudah 10 menit yang lalu Haechan melakukan video call dengan Taeyong mengadu jika dirinya ingin bertemu dan kembali menangis. Dibalik telepon Taeyong mengulum senyum lembut pada kedua adiknya, berusaha untuk menenangkan mereka.

"Bubu maafin adek tidak bisa mengantarkan bubu."

'Hei Haechi tidak apa, bubu mengerti sayang. Tidak ada yang tau ini akan terjadi kan. Sudah jangan menangis lagi.'

"Adek tetap sedih."

Haechan menyeka air matanya.

'Loh, jangan menangis seperti itu dong. Bubu kan akan pergi masa diberi tangisan, harusnya senyuman agar bubu semangat.'

'Adek sudah jangan menangis disini ada Hyung yang lain menemani bubu.'

'Benar uri maknae jangan sedih lagi, lihat karena Haechi menangis langit ikut bersedih.' sang Papa bear ikut menenangkan anaknya.

Hujan memang ikut turun sejak beberapa jam yang lalu di Busan. Seolah menandakan semesta ikut bersedih karena ketidak bertemunya keluarga ini.

Mark terus merangkul Haechan dan mengusap bahunya. "Bubu sehat selalu ya."

'Iya Makeu, kalian juga sehat selalu ya dan jangan paksakan jika sudah lelah. Kalian bisa menolak jika agensi sudah keterlaluan, bilang padaku jika mereka tidak mendengar.'

"Iya bubu."

'Adek pasti sedih tidak bisa sentuh kepala botak bubu ya.'

Suara Jungwoo membuat Haechan menatap layar ponsel dan cemberut saat hyungnya itu memegang-megang kepala botak Bubu nya.

'Ini Hyung ikut cukur juga lohh.'

'Jungwoo sudah, kau ini hobi sekali membuat Haechan menangis.'

'Habisnya lucu Doyoung hyung.'

Haechan sedikit tersenyum saat kakak-kakak nya tertawa disana. "Hyung mencukurnya terlalu botak, padahal kan bisa biasa saja."

Wajah Jungwoo kembali mengisi seluruh layar ponsel. 'Bagus tau, berbeda dari yang lain.'

'Taeyong hampir menangis karena cukuran mu terlalu pendek.' itu Yuta yang berbicara.

Bibir Jungwoo maju beberapa senti yang mana Taeyong langsung merangkulnya hingga Haechan dan Mark bisa melihat leader 127 itu. 'Cukup Haechan saja yang menangis untuk hari ini, jangan kau juga.'

'Aku tidak menangis kok, tapi Hyung beneran sedih ya? Maaf.'

'Tidak kok, Yuta hanya menggoda mu.'

Mereka terus berbincang-bincang melalui telepon, meski tak bertemu secara langsung tapi Mark dan Haechan dilibatkan didalamnya.

Sampai keduanya harus berpamitan mengakhiri telepon. Haechan kembali murung setelahnya.

Dreamies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang