Hanya cerita karangan, jangan dibawa serius dan jangan disangkut pautkan ke rl. Ini dunia wp oke.
_L&O_
Hujan turun dengan derasnya. Kilat cahaya dilangit gelap nampak menyeramkan. Seorang lelaki duduk di teras rumah memandang ke depan dengan khawatir. Dia menunggu kedatangan perempuan yang tak lain adalah istrinya. Ini sudah malam, tapi istrinya itu tak kunjung pulang. Meskipun istrinya telah mengirim pesan sudah dalam perjalanan, tetapi suami mana yang tidak khawatir jika istrinya pulang sendiri di tengah hujan yang lebat malam ini?
Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah. Penjaga rumah langsung membukakan gerbang, agar mobil bisa masuk. Mobil terparkir di halaman dengan sempurna. Dia yang sudah sedari tadi menunggu kedatangan sang istri langsung menghampiri tak peduli hujan yang akan membasahinya. Dia membentangkan jaketnya saat istrinya keluar dari mobil. Memastikan tidak kehujanan hingga sampai di teras.
"Maaf ya aku pulang larut lagi," kata istrinya terlihat merasa bersalah.
"Iya ga papa kok. Lebih baik sekarang Chika masuk dan mandi air hangat. Aku takut kamu sakit kalau kelamaan kedinginan," jawabnya dengan senyuman menyertai. Sang istri yang memiliki nama Chika, membalas senyuman suaminya dan mengangguk. Chika melangkah lebih dulu memasuki rumah, meninggalkan suaminya yang masih diam di tempat. Senyum lebar yang diberikan pada Chika, seketika redup terganti dengan senyuman sendu.
"Zeeno, ayo masuk! Di luar dingin!" Suara Chika dari dalam memanggil nama suaminya.
"Iya Chika," sahut Zeeno. Dia memejamkan matanya sejenak menguatkan hati, kemudian baru melangkahkan kaki memasuki rumah.
Zeeno merupakan lelaki yang telah menginjak usia tiga puluh tahun. Dia telah membangun rumah tangga selama 5 tahun bersama wanita yang dia perjuangkan cintanya, yaitu Chika. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Namun, lamanya waktu berlalu dari keduanya belum dikaruniai anak. Mereka terus berusaha, tapi Tuhan belum berkehendak. Memang dianatar mereka berdua sama-sama ingin memiliki anak, apalagi Chika, tetapi keinginan mereka belum kunjung terkabul.
Sebenarnya pernikahan mereka tidak direstui oleh ayah dari Chika. Semua disebabkan karena keadaan ekonomi dari Zeeno yang tidak sepadan dengan Chika. Namun, Chika tidak peduli akan hal itu. Dia sudah terlanjur cinta, mereka saling mencintai, hingga pada akhirnya mereka nekat menikah meskipun Ayah Chika hingga sampai saat ini sama sekali tidak suka dengan Zeeno. Berbeda dengan Ibu Chika yang sangat sayang kepada Zeeno. Baginya, Zeeno merupakan lelaki yang pekerja keras dan pantang menyerah. Dia memiliki tekad yang kuat dan juga lelaki penyabar. Makanya Ibu Chika merasa cocok jika Chika menikah dengan Zeeno.
Memasuki tahun ke lima pernikahan, rumah tangga Zeeno seperti mulai ada yang aneh. Chika yang memang bekerja di sebuah perusahaan milik keluarganya kini mulai sering pulang larut malam. Padahal sebelum itu Chika, selalu pulang sore bersamaan dengan Zeeno, atau tidak paling lambat pukul 7 malam. Zeeno sendiri bekerja sebagai pelayan di sebuah cafe. Meskipun terlihat sangat jomplang jika dibandingkan dengan pekerjaan Chika, tapi Zeeno tetap menikmati apa yang ada. Toh dari Chika juga tidak mempermasalahkan apa pekerjaan yang Zeeno tekuni.
Semakin lama Zeeno semakin curiga terhadap Chika. Dia terlalu takut jika Chika bermain di belakangnya. Namun, jika dipikir-pikir apa itu akan terjadi? Melihat perjuangan mereka sebelum akhirnya bisa menikah saja sangat berat. Walaupun akhirnya sama, ayah Chika tidak merestui. Hanya restu ibu Chika yang didapat dan juga restu dari kedua orang tua Zeeno.
"Chika kamu mau teh hangat?" Tawar Zeeno pada istrinya yang sedang membersihkan polesan wajahnya.
"Bubuk coklat kita masih ga?" tanya Chika.
"Masih. Mau aku buatin?"
"Ga keberatan?"
"Ga kok Chika. Aku buatin ya buat kamu." Zeeno keluar dari kamar, menuju dapur untuk membuatkan coklat hangat untuk Chika.
Denting ponsel Chika berbunyi menampilkan sebuah pesan di sana. Entah pesan apa yang Chika dapatkan, tapi dapat membuat Chika tersenyum tipis.
Zeeno mulai mengambil gelas dan menuangkan bubuk coklat ke dalam gelas. Ternyata pembantu rumahnya masih belum tidur. Ia yang melihat majikannya seperti membuat sesuatu pun, inisiatif ingin membantu. "Tuan Zee, mau buat apa biar bibi buatkan?" tanya pekerja di rumah yang bernama Bibi Han.
"Ah, ga usah Bi. Saya cuma mau buat coklat panas untuk Chika."
"Nyonya sudah pulang?"
"Iya Bi, barusan," jawab Zeeno seraya mengaduk bubuk coklat yang sudah diberi air panas. Agar tidak terlalu panas Zeeno menambahkan air biasa. "Saya ke atas ya Bi," pamit Zeeno setelah menyelesaikan kegiatannya.
"Iya Tuan," jawab Bibi Han. Zeeno tersenyum kemudian berlalu dari sana. Bibi Han hanya bisa menatap punggung Zeeno yang perlahan menjauh. "Yang sabar ya Tuan," gumam Bibi Han, merasa sedikit iba.
Sambil menunggu Chika yang selesai mandi, Zeeno duduk bersandar di ata kasur sambil memainkan ponselnya. Dia nampak berkirim pesan dengan tampang yang serius. Entah apa yang dibahasnya. Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan Chika yang sudah selesai mandi dan sudah memakai piyama tidurnya. Dia segera naik ke atas kasur memeluk tubuh suaminya dari samping.
"Coklat hangat buat kamu." Chika menerima pemberian coklat hangat buatan Zeeno itu. "Makasih," balas Chika. Dia meminum sedikit demi sedikit hingga membuat tubuhnya ikut merasa hangat. Chika memberikan coklat itu pada Zeeno karena sudah merasa hangat, dan coklat itu Zeeno kembali letakkan di atas nakas.
"Kerjaan kamu banyak banget ya sampai lembur lagi?"
"Iya, banyak banget kerjaan yang aku harus selesaiin," jawab Chika.
"Kamu kalau lembur gitu di kantor ada yang nemenin?"
"Ada, sekertaris aku terus ada beberapa pegawai lain." Zeeno diam dan mengangguk pelan. Dia ingin memanyakan sesuatu, tapi takut kalau hal itu membuat mereka bertengkar. Namun, apa salahnya mencoba?
"Kamu... beneran lembur kan?" tanya Zeeno dengan ragu.
"Maksud kamu apa? Kamu ga percaya aku lembur? Jangan-jangan kamu kembali berpikiran kalau aku selingkuh?! Zeeno stop berpikir negatif ke aku! Aku di kantor itu kerja! Kalau kamu ga tau gimana kerjaan aku di kantor, lebih baik diam. Jangan bikin aku pusing karena asumsi kosong kamu itu! Cape aku!"
Kan benar. Harusnya Zeeno tidak bertanya seperti itu. Lihatlah sekarang, Chika marah. Dia melepas pelukannya dan mengambil posisi tidur membelakangi Zeeno. Sepertinya efek lelah membuah Chika mudah marah saat ini. Dan seharusnya Zeeno tidak memancing amarah Chika. Zeeno merasa bersalah.
Akan tetapi, bukankah dia juga patutnya marah?
Cerita baruuuu. Tahan emosi kalian, ini adalah bulan ramadhan. Selamat puasa bagi yang menunaikan ya. Jangan mokel wkwk.
Semoga suka.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Teen FictionKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?