22

2.8K 477 17
                                    

_L&O_

Zeeno dan Papa Chika kini berada di taman. Mereka duduk berhadapan dengan sama-sama menggenggam kaleng soda. Zeeno merasa gugup dan canggung berhadapan dengan mertuanya. Sangat jarang sekali dia bisa berdua dengan mertuanya. Mengingat Papa Chika itu sama sekali tidak menyukainya.

"Kamu sudah melihat sendiri bagaimana Chika sekarang. Apa kamu masih tetap ingin menceraikan Chika?" sebuah pertanyaan keluar dari mulut Papa Chika.

"Jika itu jalan yang terbaik, aku akan tetap melakukannya Pa. Aku hanya ingin Chika bahagia," jawab Zeeno.

"Beberapa hari tanpa kamu, Chika sudah hampir kehilangan kewarasannya. Apa itu yang kamu kira bahagia?" Zeeno hanya diam tak menjawab. Jika dipikir memang benar, Chika tak bahagia jika dirinya tak ada. Mengingat peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi.

Zeeno meremat kaleng sodanya bimbang. "Saya sudah tau semua kebenarannya. Bukan kamu yang selingkuh, tetapi Chika. Saya sudah tau karena Chika menjelaskannya setelah kamu pergi. Kenapa kamu lebih memilih berbohong dengan mengatakan kamu yang selingkuh?" Kini Papa Chika ingin mendengar penjelasan Zeeno.

Zeeno menelan ludah susah payah. "Aku tidak ingin Chika terlihat buruk dimata Papa. Aku tau Chika anak kesayangan Papa. Dan karena Chika menikah denganku, Papa jadi terlihat tidak terlalu mempergatikannya lagi, bahkan mungkin saja kecewa dengan Chika. Aku tidak mau kalau Papa tau perbuatan Chika, Papa akan semakin kecewa dengannya. Lebih baik aku saja yang terlihat buruk, asalkan jangan Chika," jelas Zeeno seadanya. Memang itu yang dia pikirkan.

"Saya sudah tau semuanya. Ya saya memang kecewa dengan Chika, lebih kecewa dari sebelumnya. Dan saya merasa jadi ayah yang buruk. Tidak menyangka Chika berbuat hal seperti itu. Bermain api di belakang." Ayah Chika menangkup wajahnya sendiri dengan kedua tangan.

Hening, tak ada lagi yang bersuara. Zeeno pun bingung ingin berkata apa, selain menjawab pertanyaan dari sang mertua. "Seseorang memang pernah melakukan kesalahan. Melihat kondisi Chika sekarang, sepertinya dia memang sudah benar-benar merasakan penyesalan dan rasa bersalah. Semua orang pantas mendapatkan kesempatan ke-dua. Saya tidak membenarkan perbuatan Chika itu, tapi sekarang yang ada di hadapan kamu ini adalah saya. Saya yang saat ini masih ayah dari Chika. Saya sendiri dengan segenap hati mau memohon, tolong jangan ceraikan anak saya. Chika, anak kesayangan saya. Meskipun dia melakukan kesalahan, dia tetaplah anak saya. Saya memohon padamu  Zeeno, jangan ceraikan Chika. Kamu adalah kebahagiaan anak saya. Saya tidak mau Chika nantinya malah jatuh ke tangan orang yang salah dan juga tak menemukan kebahagiaanya."

Zeeno cukup tercengang mendengar ungkapan dari mertuanya. Mertuanya memohon padanya? Oh jangan, mertuanya itu tidak patut memohon pada Zeeno. Mengingat mau bagaimana pun, mertuanya adalah orang yang Zeeno segani. "Sudah Pa, jangan memohon padaku. Papa tidak pantas memohon kepada manusia rendah sepertiku," kata Zeeno.

"Saya akan melakukan apapun agar kamu tetap bersama dengan Chika."

"Tapi aku adalah Luka bagi Chika, Pa."

"Siapa yang berkata seperti itu? Kamu bukanlah Luka saat ini, tapi obat bagi anak saya. Dan begitupun juga sebaliknya. Chika luka bagi kamu, tapi jika kamu bisa memaafkan dan mau berlapang dada, Chika juga bisa menjadi obat bagi kamu. Melihat sekarang Chika benar-benar sudah menyesal dan selalu ingin bersama mu."

"Jika dibandingkan, sepertinya Tian lebih—"

"Kemu lebih dari Tian," Papa Chika langsung menyela perkataan Zeeno. "Chika tidak mencintai Tian. Kamu jangan memikirkan lelaki itu lagi. Dia sudah jadi urusan saya. Kamu hanya harus fokus menata kembali rumah tangga kalian. Kalian harus bisa kembali bersama dan bahagia."

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang