6

2.7K 309 21
                                    

_L&O_

Setelah pertemuan Zeeno dengan Elena beberapa hari lalu, entah bagaimana bisa Elena mendapatkan kontak nomor Zeeno. Dia dengan berani mengirimkan pesan pada Zeeno. Dan semenjah itu mereka berdua menjadi dekat. Zeeno hanya menganggap kedekatan mereka hanya sebatas teman saja. Namun, dari sudut pandang Elena, kita tidak tau maksud dari Elena.

Chika merasakan perubahan dari suaminya yang sekarang sering senyum-senyum sendiri sambil memainkan ponsel. Chika tidak tau apa yang Zeeno lakukan. Dia juga tidak sempat mengecek ponsel Zeeno. Namun, karena itu Zeeno beberapa kali mengabaikannya. Hal itu membuat Chika kesal tentunya.

Seperti saat ini, mereka sedang makan malam bersama. Di depan mereka memang sama-sama terdapat ponsel yang tergeletak. Namun, Zeeno lebih sering mengecek ponselnya. Hingga saat Chika bertanyapun Zeeno selalu telat menjawab, seperti perhatian suaminya itu tidak pada dirinya.

"Yang, aku tadi pagi dapat undangan nikah dari Laura," kata Chika.

"Laura siapa?" tanya Zeeno sambil melirik ponselnya yang menyala.

"Laura temen kuliah kita dulu. Dia mau nikah sama orang Palembang. Acaranya lusa, kita dateng ya?" Tak ada jawaban dari Zeeno. Chika memperhatikan Zeeno yang kini sedang mengetikkan sesuatu diponselnya. Chika jadi bingung apa yang suaminya itu lakukan. "Zeeno!"

"Ha? Apa?" tanya Zeeno ling-lung. Dia tak terlalu memperhatikan apa yang Chika katakan, sehingga bingung apa yang harus dijawab.

"Kamu sibuk apa sih? Aku lagi ngomong loh! Lagi pula kita lagi makan, jangan terlalu fokus sama hp dong! Hargai ada aku juga," marah Chika.

"I-iya Chika, maaf," ucap Zeeno yang merasa bersalah. Dia mengunci ponselnya dan meletakkan di atas meja, sambil melanjutkan makannya Zeeno kembali bertanya, "Tadi kapan acaranya?"

"Ck!" Chika berdecak kesal. Bukannya menjawab, tangan Chika bergerak mengangil ponsel Zeeno. Pergerakan Zeeno yang akan menghalangi kalah cepat dengan pergerakan Chika. "Kamu mau ngapain Chik?" tanya Zeeno saat ponselnya dibuka oleh istrinya.

"Aku ingin tau, apa yang buat kamu jadi ga fokus ke aku," kata Chika dengan raut wajah yang tercetak jelas jika dirinya kesal.

"Ga ada apa-apa Chika." Meskipun Zeeno terlihat santai, tapi dalam hati dia panik. Takut jika Chika membuka isi pesannya bersama Elena. Meskipun dia dan Elena masih wajar saat berbalas pesan seperti dengan teman biasa, tapi Zeeno tetap saja takut kalau Chika tau dirinya berbalas pesan dengan perempuan lain.

"Oohh jadi ini penyebab kamu sibuk main hp?! Kamu deket sama cewe lain iya?! ELENA?!"  Kata Chika tak suka setelah melihat kontak yang sering dihubungi. Dan pesan yang baru saja terkirim ke nomor Elena. "Dan kalian mau ketemuan besok di cafe?! Kamu berani deket sama cewe lain ya sekarang?!"

"Ga gitu sayang. Elena teman aku. Dan dia mau ke cafe besok karena sekalian mau ngerjain pekerjaan di sana. Jadi sambil santai. Kamu jangan salah paham dulu," jelas Zeeno dengan hati-hati. Dia tak mau salah bicara dan berakhir pertengkaran semakin panjang.

"Gimana ga salah paham?! Kamu sama cewe lain loh! Aku ga akan biarin kamu berduaan sama dia! Aku besok ikut kamu ke cafe," putus Chika. Tangannya bergerak memblokir nomor Elena dan menghapus kontak. Chika tak berniat mengembalikan ponsel pada Zeeno.

"Kamukan besok kerja sayang," balas Zeeno.

"Aku bisa libur! Kenapa? Kamu takut aku ganggu waktu kamu berduaan sama Elena iya?!"

"Nggak sayang nggak. Oke-oke, kamu bisa ikut aku besok," jawab Zeeno dengan sabar. Dia memang selalu mengalah jika bersama Chika.

"Apa sih cantiknya Elena itu? Apa kamu mulai suka sama dia karena dia dulu pernah suka sama kamu?" Chika mengingat apa yang dikatakan Elena tentang masa lalu.

"Nggak sayang. Cuma kamu yang paling cantik, aku cuma cinta sama istriku," jawab Zeeno dengan cepat.

Mereka kembali melanjutkan makan. Selama menghabiskan sisa makan tak ada percakapan lagi diantara mereka berdua. Wajah kesal Chika nampak menyeramkan, Zeeno jadi takut untuk memulai pembicaraan lagi atau untuk bergerak karena makanannya sudah habis. Dia masih diam di tempat karena menunggu Chika dan takut tentunya.

"Sayang boleh aku minta hp aku?" tanya Zeeno hati-hati.

"Nggak!" jawab Chika judes.

"Kalau gitu pinjem hp kamu deh."

"Ga bisa. Hp aku mau aku pakek. Kamu semalem ini ga boleh mainin hp," kata Chika. Kemudian dia beranjak membersihkan alat makan. Setelah selesai dia membawa ponsel Zeeno, tak mengizinkan pemilik ponsel mendapatkan ponselnya kembali sebelum rasa kesalnya hilang. Zeeno hanya bisa pasrah dengan hukuman yang istrinya berikan.


















Sorry baru bisa up. Gua sibuk bngt banyak tugas. Bingung gimana cara nyelesaiin tugas yang banyak bangt😭 semua berhubungan dengan laptop, gw yg ga punya laptop jadi bingung ngerjainnya gimana. Auto stress!

Dah gitu aja maap buat typo.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang