3

2.6K 321 30
                                    

_L&O_

Mobil Chika telah terparkir sempurna di halaman rumahnya. Sekarang sudah pukul dua pagi. Kesibukkanya membuat dirinya pulang sangat larut. Merasakan tubuh yang sudah sangat lelah dan mengantuk Chika bergegas masuk ke rumah dan menuju kamarnya.

Perlahan Chika membuka kamar, di dalam gelap, karena lampu mati. Pasti Zeeno sudah tidur. Chika dengan sengaja menyalakan lampu kamar, dia membutuhkan cahaya untuk bersih-bersih. Namun, saat lampu menyala kasurnya itu kosong. Tidak ada Zeeno di sana. Chika mengernyit bingung. "Kemana Zeeno?"

"Zeeno?!" Panggil Chika sembari menyimpan barang-barangnya ke tempat biasa.

"Zeeno!" Panggil Chika lagi. Chika menjadi khawatir karena tidak mendapati sahutan dari Zeeno. Pikiran liar menghantui Chika, dia takut tiba-tiba Zeeno pergi meninggalkannya. Meskipun Chika tak tau apa yang menjadi alasan.

"Zeeno!" Panggil Chika lagi dengan lebih keras.

Ceklek~

Pintu kamar mandi terbuka, Chika yang melihatnya sontak menoleh mendapati suaminya keluar dari sana. "Zeeno!" Chika mendekati Zeeno dan memeluknya erat.

"Ada apa?" tanya Zeeno karena mendapati raut wajah Chika seperti ketakutan.

"Aku kira kamu pergi," kata Chika.

"Pergi? Pergi kemana dan kenapa?" Chika tak menjawab dia masih memeluk Zeeno merasakan kelegaan.

"Kamu belum tidur?" Tanya Chika seraya melepas pelukannya.

"Udah, tapi kebangun pengen ke kamar mandi," jawab Zeeno. Itu bohong! Zeeno sama sekali tidak tidur, dia menunggu kepulangan Chika. Dinner yang dia agendakan gagal. Bahkan meja makan tidak dia bersihkan. Zeeno membiarkan makanan dan properti lainnya di sana. Dia tak peduli jika makanannya itu akan basi karena tidak tersentuh sama sekali. Bahkan Zeeno tidak sempat makan malam karena dirinya sudah kenyang akan kekecewaan. "Aku kira kamu ga akan pulang dan menginap di rumah orang tua kamu," kata Zeeno.

"Aku ga bisa tidur kalau ga sama kamu," kata Chika. Zeeno hanya tersenyum menanggapi.

"Segera bersihkan riasanmu, lalu tidur," kata Zeeno.

"Tunggu aku sebentar, jangan tidur terlebih dahulu," pinta Chika. Zeeno hanya mengangguk saja. Chika duduk di depan meja rias untuk membersihkan riasan, sedangkan Zeeno menunggu di atas kasur sambil merebahkan diri. Lamanya menunggu Chika, Zeenopun tertidur. Karena dirinya juga lelah dan sudah mengantuk. Setelah Chika selesai, dia menoleh mendapati Zeeno yang sudah tertidur. Chika mencabikkan bibirnya karena ditinggal Zeeni tidur lebih dulu.

Karena Chika merasakan haus, dia ingin ke dapur sebentar untuk mengambil minum. Langkahnya memelan saat sampai di meja makan. Hidangan yang tertata rapi dan hiasan di sana membuat Chika seketika mengingat janji yang telah dengan Zeeno jika akan melakukan dinner bersama. Chika melupakan hal itu! Dia menjadi gelisah takut suaminya marah. Mengapa Chika bisa sebodoh itu sampai melupakan janji bersama Zeeno.

"Bodoh banget kamu Chik! Bodoh-bodoh!" Chika memukul pelan kepalanya sendiri merutuki kebodohannya. Chika memutar balik langkahnya, melupakan niat untuk minum. Rasa huas yang dia rasakan berubah menjadi kepanikan. Dia kembali ke kamar untuk berbicara dengan Zeeno.

Di kamar Zeeno sudah kembali terbalut dengan selimut, memejamkan mata. Meskipun dirinya belum tertidur. Chika yang melihat Zeeno langsung ikut naik ke atas kasur. Dia memeluk erat tubuh Zeeno sambil menggumamkan kata maaf, tanpa tau Zeeno masih terjaga atau sudah kembali tidur. "Zeeno maaf. Maafin aku karna aku lupa sama janji aku tadi. Maafin aku," kata Chika dengan penyesalan.

"Zeeno bangun dulu, kita perlu bicara." Chika menggoyangkan badan Zeeno agar terbangun.

"Kenapa sih Chik?" tanya Zeeno yang pura-pura baru terbangun, padahal dia sudah mendengar apa yang Chika katakan sebelumnya.

"Bangun, aku mau bicara."

"Bicara apa?"

"Soal dinner. Aku udah liat persiapan kamu dimeja makan. Aku minta maaf udah gagalin dinner itu. Aku terlalu sibuk dengan kerjaan sampai pulang sangat telat."

"Aku udah ngasih tau kamu lewat pesan Chik," kata Zeeno.

"Ponsel aku mati, habis daya. Aku ga tau pesan-pesan itu," jawab Chika. Zeeno tersenyum tipis mendengarnya. Ya benar Chika terlalu sibuk. Sibuk dengan kerjaan berselingkuhnya.

"Tak apa Chika. Kita bisa dinner lain kali. Masih ada waktu lain," kata Zeeno berusaha sabar.

"Maafin aku, Zeen. Lain kali aku usahain slesaiin kerjaan dengan cepat. Atau ga, besok! Besok kita dinner oke, di luar," ajak Chika untuk mengganti rasa bersalahnya.

"Terserah saja. Sudah malam, ayo tidur. Besok aku harus kerja," kata Zeeno. Dia mulai memejamkan matanya lagi, tak ingin mendengar lebih banyak omong kosong dari Chika. "Aku libur kerja besok dan kita bisa pergi dinner," kata Chika sembari menyusul Zeeno untuk tidur.

Kerjaan, kerjaan, kerjaan. Pekerjaan yang menyakitkan. Batin Zeeno sambil tersenyum di dalam hati.

















Yang sabar ya Zee. Lagi puasa...

Dah gitu aja maap buat typo.

Aku mau menghilangggg

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang