30

2.4K 331 8
                                    

_L&O_

Chika menggeliat saat bangun dari tidur nyenyaknya. Tangannya meraba sisi sebelahnya, tetapi kosong. Dengan pandangan yang masih buram dia mencari keberadaan sang suami yang sudah hilang entah kemana. Saat melirik jam ternyata sudah pukul tujuh pagi.

"Zeeno!"

"Zeeno, kamu di kamar mandi ya?" tanya Chika dengan suara khas bangun tidur. Namun, tak ada sahutan dari suaminya itu. Dengan perlahan Chika bangkir dari tidurnya. Dia beranjak pergi ke kamar mandi sambil mengusap perutnya yang mulai membesar, karena kandungannya kini telah menginjak empat bulan.

Chika membuka pintu kamar mandi ternyata kosong, suaminya tidak ada di dalam. Chika bingung, lantas dia keluar kamar untuk mencari keberadaan suaminya di bawah. Benar saja, ternyata Zeeno berada di dapur. Suaminya itu terlihat sedang berkutat dengan sendok, mengaduk sesuatu di dalam mangkok. Chika tersenyum melihat suaminya yang semakin tampan baginya.

"Hai, baru bangun?" Zeeno menyempatkan mengecup kening Chika di saat istrinya itu sudah nemplok padanya. "Iya, aku bangun kamu ga ada," jawab Chika.

"Maaf, aku udah kebangun dari tadi. Terus karna ga bisa tidur lagi, toh sudah pagi, jadi aku berniat membuat sarapan. Bibi Han kan sedang tidak ada," jelas Zeeno. Bibi Han tidak ada karena sedang izin libur bekerja, karena ada keperluan penting soal keluarga.

"Kamu buat apa?" tanya Chika.

"Aku mau buat omlet. Oh, iya aku juga buatin kamu salad sayur." Zeeno menunjukkan hasil yang dia buat pada Chika. "Kanu harus makan banyak sayur biar bayi kita sehat," lanjut Zeeno. Dia beralih mengambilkan air dalam gelas dan diberikan pada Chika untuk diminum.

"Kamu ga seharusnya masak, aku bisa yang masak. Kamu tinggal bangunin aku aja," kata Chika.

"Hem, tapi aku ingin masak buat kamu. Aku takut kamu kecapean, apa lagi kandungan kamu semakin besar. Jadi biarin aku melayani kamu ya?" Chika mengangguk saja sebagai jawaban. Dia sangat menyukai Zeeno yang semakin extra perhatian itu. "Oh iya, aku tadi mau buatin kamu jus alpukat juga. Setelah aku buat omlet, aku akan buat jus. Sekarang kamu duduk dan nikmatin salad ini." Zeeno menarik kursi, mempersilahkan Chika untuk duduk.

Setelahnya Chika memperhatikan suaminya yang berkutat dengan masakan, sementara dirinya menikmati salad yang dibuatkan itu. Selesai membuat omlet dan jus alpukat, Zeeno bergabung sarapan. Dia duduk di sebelah Chika yang masih memakan saladnya. Setelah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sendiri, Zeeno memperhatikan istrinya yang semakin berisi. Dia tau ini adalah efek dari kehamilan. Melihat istrinya yang semakin terlihat segar membuat Zeeno merasa bahagia.

"Ah jangan liatin aku teruss," rengek Chika. Sebenarnya dia tau kalau sedari tadi Zeeno terus saja memperhatikannya. Walaupun sudah berumah tangga lama, Chika masih saja merasa salah tingkah disaat Zeeno memperhatikannya. Dia bak anak remaja yang baru saja merasakan debaran jantung yang keras.

"Memangnya kenapa? Aku hanya memperhatikan istriku," kata Zeeno.

"Aku malu kalau kamu liatin aku kayak gitu," ungkap Chika.

"Kenapa malu? Kan sudah biasa aku liatin kamu kayak gini." Zeenu mengusap sudut bibir Chika yang belepotan. "Tetap saja maluu," jawab Chika. Lagi pula siapa yang tidak malu jika ditatap oleh seseorang yang kita cintai dengan tatapan memuja dan penuh cinta seperti itu.

Melihat Chika yang salah tingkah membuat Zeeno terkekeh merasa gemas. Dia mendaratkan ciuman dipipi gembul Chika bahkan mengigitnya pelan. "Ih, kenapa digigit? Bibir kamu banyak minyak!" protes Chika.

"Biarin, lagi pula pipi kamu gemesin. Pengen rasanya jadiin pipi kamu lauk makan," gurau Zeeno.

"Ga boleh, nanti aku ga punya pipi lagi." Chika menutupi kedua pipinya dengan tangannya sendiri, menghalau Zeeno yang seperti ingin menerkam lagi. "Kalau pipi kamu ilang, nanti aku besarin lagi dengan cara aku uyel-uyel." Chika menggelengkan kepalanya dengan masih menutupi pipinya, tak setuju dengan pemikiran Zeeno. Hal itu membuat Zeeno gemas. Dia jadi berpikir jika nanti anak mereka lahir, alih-alih gemas dengan anaknya, Zeeno bisa saja malah lebih gemas pada istrinya yang lucu ini.


















Dah maap buat typo.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang