26

3.2K 346 12
                                    

_L&O_

"Bundaa, Ayah," Chika menyapa kedua orang tua Zeeno yang sudah menyambut kedatangannya di depan rumah. Chika lebih dulu memeluk Bunda Zeeno dengan erat. Dia sangat merindukan sosok Bunda Zeeno yang sangat perhatian kepadanya. Lantas kini beralih pada Ayah Zeeno.

"Bagaiman kabar kamu? Sudah sehat kan?" tanya Bunda perhatian.

"Sudah Bunda."

"Syukurlah. Zeeno menjagamu dengan baikkan?" Kini giliran Ayah Zeeno yang menjaga.

"Zeeno selalu jaga aku kok Yah," jawab Chika. Zeeno merangkul pundak Chika, tanga  satunya dia gunakan untuk mengangkat tas jinjing yang berisi beberapa baju. Mereka berniat untuk menginap di rumah orang tua Zeeno beberapa hari. Menuruti keinginan Chika mau pun Bunda Zeeno.

"Kalian menginap di sini kan?" tanya Bunda.

"Iya dong. Katanya Bunda mau masak bareng Chika," jawab Zeeno.

"Itu bagus. Bunda sudah menyiapkan kamarmu, Zeeno. Ayo-ayo masuk, kalian harus istirahat, pasti lelah." Bunda dan Ayah Zeeno menggiring mereka masuk ke dalam rumah.

Zeeno dan Chika lebih dulu memasuki kamar untuk meletakkan barang. Zeeno meletakkan tas di atas meja kosong, sementara Chika duduk di atas ranjang. Ini adalah kamar Zeeno sejak dulu. Semua masih sama, ranjang yang tak begitu besar, tapi muat jika ditempati dua orang.

"Kamu mau tidur siang?" tanya Zeeno yang digelengi Chika. "Aku mau ngobrol sama bunda," jawab Chika.

"Kamu mau ganti baju dulu ga, biar lebih nyaman? Siang ini kayaknya panas banget, pakai kaos aja biar lebih adem," saran Zeeno. Chika menurut, dia berganti baju seperti yang disarankan Zeeno. Setelah itu mereka berdua keluar kamar untuk berbincang santai dengan Ayah dan Bunda.

"Bunda mana Yah?" tanya Chika saat melihat hanya ada Ayah Zeeno di depan tv.

"Di dapur, lagi goreng pisang buat cemilan," jawab Ayah Zeeno.

"Aku mau bantu bunda dulu deh," kata Chika, kemudian dia pergi ke dapur. Sedangkan Zeeno lebih memilih duduk bersama sang ayah. Zeeno iseng mengambil kopi milik Ayahnya dan meminumnya.

"Ck, kamu bisa bikin sendiri Zeeno," sindir Ayah Zeeno melihat kelakuan anaknya.

"Enakan punya ayah," jawab Zeeno.

"Kamu berapa hari di sini?" tanya Ayah Zeeno.

"Sekitar seminggu Yah."

"Kerjaan Chika gimana?"

"Dia masih ambil libur dulu, kerjaan dipegang Ayah. Chika butuh liburan kalau kata dokter, jangan terlalu banyak beban pikiran," jelas Zeeno.

"Hem, sekali-kali ajaklah Chika berlibur yang jauh. Biar ga sumpek di rumah terus," saran Ayah.

"Iya Yah, nanti kita diskusiin. Oh, iya hari ini kenapa ga jualan?" tanya Zeeno.

"Libur dulu, Ayah cape. Besok buka lagi."

"Oh, besok Aku bantu."

"Eitss, ga usah ga papa. Kamu ajak jalan-jalan istri kamu aja. Masa istri kamu ditinggal kerja, kan lagi liburan ceritanya."

"Chika pasti paham kok Yah, jadi aman aja."

Dari arah dapur Bunda dan Chika datang dengan membawa sepiring pisang goreng hangat dan nampan yang berisi minuman dingin. "Bunda gorengin pisang, ayo dimakan."

Chika mengambil duduk di sebelah Zeeno, mulutnya tak berhenti mengunyah pisang goreng yang masih hangat. "Enak tau," ungkap Chika memberitau Zeeno.

"Iyakah?" Chika berdehem lucu. Lantas Zeeno mengambil satu pisang goreng itu dan memakannya. "Huh hah huh, hanas hanget," keluh Zeeno.

"Namanya juga baru mateng. Kamu ambil yang bawah dulu harusnya, karena gorengan awal udah adem," kata Bunda. Meskipun mulutnya terasa panas, Zeeno tetap berusaha mengunyah dan menelannya. Chika dengan perhatian menuangkan minuman dari teko ke gelas lalu memberikannya pada Zeeno.

"Masih panas?" tanya Chika setelah Zeeno minum. Zeeno menggelengkan kepala menjawabi. "Cari yang udah adem kalau makan," kata Chika.

Bunda dan Ayah saling pandang dan tersenyum sama-sama merasakan interaksi hangat anak dan menantunya itu. Siang ini diisi dengan obrolan ringan dan canda tawa.

_L&O_

Sore hari Zeeno dan Chika berjalan berdua untuk pergi ke warung. Sesekali mereka membalas sapaan para tetangga yang sudah lama tidak bertemu. Di sore hari sudah biasa kalau banyak anak-anak yang masih berkeliaran di halaman bermain bersama teman meskipun mereka sudah mandi.

"Anak-anaknya lucu ya," celetuk Chika melihat beberapa anak laki-laki yang bermain kelereng.

"Iya, tapi pasti pada bandel tuh," kata Zeeno.

"Namanya juga anak-anak. Kamu dulu waktu kecil juga bandel."

"Hey, aku ga bandel, aku anak baik," balas Zeeno.

"Aku lebih percaya bunda sih. Bunda cerita kamu dulu cukup bandel. Katanya dulu kamu suka banget jahilin Pak RT dengan alasan karena kamu dulu diomelin, karna pernah nendang bola ke arahnya. Terus kamu ga terima dan selalu jahilin Pak RT itu," ungkap Chika sesuai apa yang Bunda Zeeno ceritakan.

"Ya itu salah Pak RT. Salah siapa ngomel mulu, kan aku jadi kesel. Padahal aku dulu ga sengaja nendang bola ke arahnya. Lagian Pak RT juga ngapain berdiri di pinggir lapangan kayak patung selamat datang aja," jelas Zeeno. Dia masih mengingat kejadian masa lalu itu.

"Itu namanya kamu usil. Semoga anak aku nanti ga seusil kamu," harap Chika.

"Anak kita," ucap Zeeno meralat.

"Iya-iya anak kita."















Smoga cpt muncul kecebong.

Dah maap buat typo.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang