_L&O_
Hari-hari berlalu. Hampir seminggu Zeeno tak pulang ke rumah. Dia juga tak mengabari Chika lewat ponselnya. Zeeno bahkan mengajukan libur kerja selama seminggu untuk menenangkan pikirannya. Dia tak lagi menginap di rumah Flora, dia menyewa sebuah rumah kecil selama beberapa waktu ini, karena lama-lama dia merasa tak enak jika terus menumpang di rumah Flora, meskipun dari pihak Flora tak ada rasa keberatan sedikitpun.
Meskipun Zeeno tak mengabari Chika, dia tetap ingin tau bagaimana kabar istrinya itu, dia selalu menanyakan kepada Flora apa yang sedang istrinya lakukan di kantor, tapi jawaban yang dia dapat malahan Chika sudah lama tak hadir di tempat kerja selama seminggu. Berarti sejak kepergian Zeeno, Chika pun tak ada kelihatan. Zeeno ingin menanyakan kabar istrinya pada pekerja rumah, tapi Zeeno ragu jika nanti pekera rumah akan mengadu pada Chika.
"Keadaan Chika gimana ya? Kamu baik-baik aja kan Chik?" monolog Zeeno sambil menatap langit malam yang sepi tanpa adanya bulan dan bintang yang menghiasi. Hanya ada gumpalan awan abu di langit.
"Aku sayang sama kamu, Chik. Tapi apa kita tetep bisa bersama setelah melihat apa yang terjadi sekarang?"
"Aku khawatir sama keadaan kamu, Chika. Apa gua coba tanya ke orang rumah aja ya. Gua ga bisa nih tiap hari gelisah mulu." Setelah bergulat dengan pikirannya, Zeeno memutuskan untuk menghubungi Bibi Han. Saat dia kembali mengaktifkan nomornya, banyak sekali pesan masuk dan panggilan telpon dari orang rumah. Terlebih Chika, tapi Zeeno tak sempat untuk sekedar membaca. Zeeno menekan tanda telpon pada Bibi Han. Tanpa menunggu lama panggilan untuk diangkat.
"Halo Bi."
"Halo Tuan, akhirnya Tuan bisa kembali dihubungi."
"Ada apa Bi?" Zeeno merasa heran karena suara dari Bibi Han terdengar panik.
"Tuan tolong pulang sekarang. Nyonya mengamuk lagi Tuan. Rumah sudah seperti kapal pecah semenjak Tuan pergi dari rumah dan tak kunjung pulang. Saya mohon Tuan pulang, kasihan Nyonya. Saya takut Nyonya kenapa-kenapa. Nyonya hanya ingin Tuan pulang saja. Sudah hampir tiga kali, nyonya ingin mengakhiri hidupnya."
Mendengar penjelasan Bibi Han, Zeeno tentunya tak menyangka kalau Chika berbuat hal yang cukup nekat dan membahayakan nyawanya sendiri. Dia tak bisa membiarkan hal ini. Dia tak mau kalau Chika sampai mengkahiri hidupnya sendiri. Zeeno harus menghalau hal itu.
"Saya pulang sekarang Bi!" Tak peduli dengan waktu yang sudah malam, Zeeno memutuskan untuk pulang malam ini juga.
_L&O_
Zeeno memarkirkan motornya dengan asal, kemudian bergegas untuk masuk. Dia disambut oleh Bibi Han dan satpam rumahnya. "Akhirnya Tuan pulang. Tolong nyonyan Tuan, nyonya mengamuk di kamar," kata Bibi Han.
Zeeno mengangguk dan segera pergi ke kamar. Saat hendak masuk, ternyata pintunya terkunci. Zeeno mengetok-ngetok pintu itu berharap Chika membukanya.
"JANGAN GANGGU AKU! AKU GA MAU KALAU BUKAN ZEENO!" Teriak Chika dari dalam sana.
Prang!
Zeeno tersentak saat mendengar pecahan kaca dari balik pintu. Zeeno kembali mengetok-ngetok pintunya. "Chika, ini aku Zeeno. Buka pintunya sekarang!" Tak ada suara lagi dari dalam sana. "Chika?"
"Zeeno? Kamu, Zeeno?"
"Ya aku, Zeeno."
"BOHONG! ZEENO GA MAU PULANG KE SINI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Novela JuvenilKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?