5

2.9K 321 27
                                    

_L&O_

Seperti biasa pada sore hari Zeeno sudah pulang dari bekerja. Siapa sangka ada Chika yang berada di teras rumah. Zeeno berjalan mendekati Chika, mereka saling berpelukan dan melempar ciuman.

"Cape sayang?" tanya Chika sembari membuka jaket Zeeno.

"Nggak kok. Cape aku hilang setelah lihat kamu," jawab Zeeno dengan tatapan penuh cintanya.

"Ish, gombal," ucap Chika.

"Kamu ngapain di sini? Kenapa ga di dalem aja?" tanya Zeeno. Karena tumben sekali Chika berada di teras rumah.

"Hanya bersantai, cari angin. Sembari nunggu kamu pulang," jawab Chika. Zeeno dituntun masuk ke dalam rumah.

"Habis ada tamu ya? Kok ada hidangan di sini," tanya Zeeno sesampainya mereka di ruang tengah. Chika menelan ludah, gugup, dia lupa membereskan gelas dan beberapa hidangan yang dia konsumsi bersama Tian. Karena alasan sebenarnya Chika berada di depan tadi adalah habis mengantar Tian ke depan untuk pulang. Kemudian saat melihat jam sudah waktunya Zeeno pulang, Chika menunggu sekalian di sana.

"I-iya tadi temen aku ke sini, main," jawab Chika berusaha terlihat natural.

"Temen? Siapa?"

"Ada temen perempuan aku. Temen masa sekolah," jawab Chika. Zeeno membulatkan mulutnya dan mengangguk, menanggapinya.

"Kamu mending sekarang bersih-bersih, kan kita malam ini mau keluar, dinner, pergi kencan," kata Chika mengalihkan pembicaraan.

"Kamu mau?" Tanya Zeeno.

"Mau dong. Kita siap-siap biar bisa lebih awal pergi," kata Chika.

"O-oke," jawab Zeeno.

Zeeno lebih dulu pergi ke kamar untuk bersiap. Sedangkan Chika mencari Bibi Han untuk meminta membereskan kotoran di ruang tengah. Setelah itu, dia menyusul untuk bersiap.

"Inget Bi, jangan bocorkan hal tadi kepada Zeeno," peringat Chika.

"Baik, nyonya. Saya mengerti," jawab Bibi Han dengan kepala menunduk sopan.

_L&O_

Zeeno dan Chika akhirnya pergi keluar dengan menggunakan mobil. Mereka berdua nampak senang selama perjalan. Apalagi Zeeno, sudah lama dia tidak menghabiskan waktu berdua bersama. Zeeno berharap malam ini akan terisi dengan moment menyenangkan.

"Aku mau kita makan BBQ, sebagai ganti kemarin ga bisa makan buatan kamu," kata Chika.

"Aku bisa buatin BBQ lagi jika kamu mau," sahut Zeeno.

"Em, lain kali aku mau. Untuk sekarang aku mau makan di luar berdua sama kamu," jawab Chika.

"Okeyy, aku ngikut kamu aja," balas Zeeno.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, mereka sudah sampai di sebuah restorant di sana mereka memesan porsi BBQ daging. Mereka menikmati pesanan dengan saling berbincang.

"Setelah ini kamu mau keliling ga?" tanya Zeeno.

"Boleh. Kemana?" tanya Chika.

"Cari jajanan di jalan atau kita bisa nonton bioskop."

"Aku lagi ga pengen nonton. Kita cari jajanan aja," jawab Chika. Sembari memotong daging sehingga mendapatkan potongan kecil, kemudian menyuapkan pada Zeeno.

"Oke, kita cari jajanan aja nanti," jawab Zeeno disela kunyahannya.

"Kerjaan kamu gimana di cafe, aman kan?" tanya Chika.

"Aman kok, semua lancar," jawab Zeeno.

"Ga ada yang godain kamu lagi di sana? Atau sampai sekarang masih?" tanya Chika penuh selidik. Katakanlah Chika posesif pada Zeeno.

"Ee...aman, ga ada yang godain aku lagi hehe..." jawab Zeeno, berbohong. Padahal sampai saat ini tambah banyak perempuan yang menggodanya, tapi Zeeno sama sekali tak peduli akan hal itu, karena dirinya ingat bahwa sudah berumah tangga.

"Syukurlah. Kalau masih ada yang godain lebih baik kamu cari kerja di tempat lain aja, yang pembelinya khusus laki-laki," kata Chika. Zeeno mengangguk saja menanggapi.

Selesai menghabiskan makanan dan mengurus pembayaran, mereka keluar dari restorant. Di jalan Zeeno tak sengaja menabrak seseorang karena asik berbincang dengan Chika. "Eh, sorry ga sengaja," reflek Zeeno.

"I-iya mas, ga papa. Loh, Zeeno kan?" tanya seorang perempuan yang Zeeno tabrak.

"Iya, kamu...Elena?"

Chika menatap penuh selidik perempuan yang berpawakan lebih tinggi dari Chika, cantik, bodynya bagus yang kini tengah memandang Zeeno dengan kagum. Chika sontak melingkarkan lengannya di lengan Zeeno dan merapatkan tubuhnya, tak lupa menatap tajam ke arahnya.

"Iya aku, Elena. Kamu apa kabar?" tanya Elena.

"Aku baik. Kamu?"

"Aku juga baik. Kamu tambah ganteng ya sekarang, masih banyak yang ngejar-ngejar kamu ga? Inget kan aku salah satu yanh ngejar kamu, tapi kamu cuek banget," ungkap Elena, tak peduli dengan adanya Chika yang nemplok di sisi Zeeno.

"Haha... itu masa lalu, sekarang aku sudah menikah. Kenalin ini Chika, istri aku." Elena melihat ke arah Chika tak percaya. "Wah, kamu sudah menikah? Kenapa ga ngundang aku? Hei, kenalin aku, Elena, teman sekolah Zeeno dulu." Elena mengulurkan tangannya pada Chika.

"Chika, istri Zeeno," balas Chika dengan menekan dua kata terakhir.

"Maaf, waktu itu kita sudah lost contactkan, lagi pula tidak banyak yang aku undang. Kamu mau masuk ke dalam?" tanya Zeeno.

"Iya, aku ada sebuah janji sama temen di dalam. Kamu mau kemana?" tanya Elena.

"A-A!" Zeeno setengah memekik karena merasakan cubitan yang Chika berikan dilengannya. Ini sebuah pertanda jika Chika sedang kesal. "Aku mau pergi, mau ke suatu tempat," jawab Zeeno.

"Oo, begitu."

"Aku duluan ya. Sekali lagi maaf karna ga sengaja nabrak kamu," kata Zeeno.

"Iya Zeeno ga papa. Semoga kita bisa bertemu lagi lain kali, aku harus masuk sudah ditunggu."

"Oke."

Mereka saling melempar senyum kemudian Elena lebih dulu beranjak. Melihat itu Chika langsung melepaskan lengan Zeeno dan pergi dari sana dengan kesal. Zeeno yang tau istrinya pasti cemburu, karena seperti itulah tingkah Chika, dia pun langsung menyusul.






























Dah gitu aja mapa buat typo.

Sabar dulu kecebong kecebong ini masih puasa.

Btw bantu follow ig katak dewasa @wp.ka_des ntar di sana gua gatau mo ngapain, klo gabutz pasti gua post sesuatu.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang