_L&O_
"Ngengggg~ buka mulutnya, helikopter mau masuk."
Pagi ini seakan dibukanya kembali lembaran baru. Dimana Chika dan Zeeno yang memilih berdamai untuk mendapatkan kebahagiaan mereka lagi. Kembali saling mengasihi tanpa adanya kekesalan lagi.
Zeeno dengan telaten dan sedikit candaan menyuapi Chika makanan rumah sakit. Yang memang harus dikonsumsi sesuai dengan standart gizi. Setelah ini pun, dia harus meminum obatnya. Chika sangat penurut, terus membuka mulutnya disaat Zeeno menyuapinya makan. Tak ada lagi kata rewel yang Chika tunjukkan. Kesedihannya sirna, tergantikan kebahagiaan kembali.
"Satu suap lagi setelah ini minum obat." Zeeno kembali memasukkan suapan terakhir dan sekarang tandas. Kedua orang tua Chika yang juga sedang menikmati makanan di sofa, ikut tersenyum senang melihat anak dan menantunya kembali akur.
"Kamu juga jangan lupa makan Zeen," kata Mama Chika mengingatkan.
"Iya Ma. Setelah Chika, aku akan makan," jawab Zeeno. Dia dengan perhatian menyiapkan obat yang harus Chika minum.
"Jangan terlalu kamu manjakan dia, Zeen. Yang ada nanti Chika ngelunjak," celetuk Papa Chika. Sebenarnya ia sengaja menggoda sang anak. Terbukti kini anaknya menampakkan wajah garang tanda tak suka dengan pernyataan Papanya. "Apa sih Papa. Biarin dong kalau Zeeno mau manjain aku. Kan aku istrinya," kata Chika.
"Heleh, jangan didengerin Zeen. Sekali-kali galaki aja dia," sahut Papa Chika lagi. Zeeno hanya terkekeh menanggapi. Dia bahagia melihat Chika dan Papanya kembali hangat. Tidak ada lagi Papa Chika yang dingin dan cuek terhadap anaknya.
"Dah, aku makan dulu ya."
"Makan di sini aja." Chika menahan tangan Zeeno, agar suaminya itu menikmati makan di sisinya.
"Oke, aku ambil makanan dulu," jawab Zeeno. Chika membiarkan suaminya itu mengambil box makan yang dipesan Papanya untuk sarapan. Saat dibuka ternyata berisi porsi ayam. Zeeno mulai makan di sisi Chika yang masih duduk bersandar di ranjang rumah sakit.
"Zeeno, Papa mau bertanya. Kamu sekarang kerja dimana? Papa sempat ke tempat kerja lama kamu, tapi katanya kamu sudah tidak lagi bekerja di sana," tanya Papa Chika. Zeeno menelan kunyahannya dulu sebelum menjawab, "Aku sekarang bantu ngembangin usaha Ayah, Pa. Memang tidak terlalu besar, tapi aku akan usaha untuk membesarkannya," jelas Zeeno.
"Kamu bisa kerja sama Papa kalau mau," kata Papa Chika menawarkan.
"Makasih Pa, tapi untuk sekarang aku masih mau membantu Ayah. Apalagi Ayah sudah semakin tua," jelas Zeeno yang menolak secara halus.
"Ya terserah kamu. Tapi kalau ada sesuatu, jangan sungkan sekarang jika mau meminta bantuan."
"Iya Pa, pasti."
"Aku kangen sama Ayah, Bunda," celetuk Chika sembari mengusap ujung bibir Zeeno yang tercoret sambel. Zeeno tersenyum mendangar Chika yang berkata seperti itu, "Kebetulan. Sore nanti Ayah sama Bunda mau ke sini jengukin kamu," ungkap Zeeno
"Oh Ya? Aku pengen banget ketemu Bunda. Kangen," kata Chika dengan semangat.
"Hem, Bunda juga kangen sama kamu. Bunda pernah bilang mau ajak kamu praktekin resep makanan yang ditemuin diinternet," ungkap Zeeno.
"Ga sabar banget pengen masak lagi sama Bunda."
"Makanya kamu harus cepet sembuh. Jangan bandel kalau disuruh minum obat. Nurut apa kata dokter," kata Zeeno menasehati.
"Kalau aku maunya cuma nurut sama kamu gimana?"
"Dasar bucin! Masih pagi juga udah mesra-mesraan aja kalian berdua," sahut Papa Chika yang sedari tadi memperhatikan interaksi kedua insan itu.
"Eihh, orang tua jangan ngiri ya." Dengan menyebalkan Chika menjulurkan lidah meledek Papanya.
"Tua gini, Papa bisa lebih romantis dari Zeeno," kata Papa Chika tak mau kalah. Ia merangkul pundak istrinya agar lebih dekat.
"Chika ga peduli, karena bagi Chika, Zeeno yang paling romantis ngalahin Papa." Tanpa izin Chika memeluk Zeeno. Suaminya itu sampai harus menjauhkan makananya yang masih belum habis untuk meladeni tingkah istrinya.
"Sudah Chika, jangan ganggu Zeeno dulu. Biarkan dia menghabiskan sarapannya," peringat Mama Chika. Kasihan melihat Zeeno belum juga selesai makannya karena terus saja Chika ganggu.
"Ah, kamu kalau makan lama. Sini aku suapin!" Chika mengambil alih box itu dan mulai menyuapi Zeeno. Zeeno dengan senang hati menerima suapan dari Chika.
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Novela JuvenilKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?