_L&O_
Hari berlalu, Chika sudah kembali lagi bekerja. Dia sangat sibuk sekarang menghadapi berkas-berkas di hadapannya yang beberapa hari kemarin dia terlantarkan. Dia menjadi pusing setelah membaca ribuan kata di setiap berkas. Tangannya bergerak menanda tanganu berkas, sedangkan tangannya yang lain memegang ponsel yang dia tempelkan ditelinganya.
Chika sedari tadi menghubungi Zeeno, tapi belum juga diangkat. Chika ingin mengabari jika dirinya akan pulang cepat, karena merasa pusing dikepalanya. Pagi tadi memang dia sengaja berangkat bersama Zeeno menggunakan motor, tidak dengan mobilnya. Chika ingin memeluk Zeeno sepanjang jalan katanya. Dan sekarang dia ingin meminta Zeeno untuk dijemput.
Dia sudah mengirimkan pesan pada Zeeno, tapi tak kunjung dibalas. Chika takut jika suaminya itu tidak membuka ponselnya jika sudah tenggelam dengan pekerjaan, hingga membuat Chika tidak jadi pulang cepat. Mengapa Chika tidak memesan taksi saja? Ya karena Chika ingin Zeeno yang menjemput.
"Halo?"
"Halo sayang, kamu kemana aja sih, aku telfon ga diangkat."
"Aku kerja, cafe lumayan ramai."
"Huh, aku pulang cepat hari ini. Aku mau kamu yang jemput, bisa?"
"Jam berapa?"
"Jam tiga."
"Masih tiga puluh menit lagi. Ya nanti aku jemput kamu. Udah ya, aku harus kerja lagi, sebentar lagi aku ke sana deh, jemput kamu."
"Iya, jangan lupa jemput ya, aku tunggu."
"Iya Chika."
Panggilan berakhir. Chika menyimpan ponselnya dan kembali fokus pada berkas di depannya. Beberapa menit kemudian Chika mulai lelah, dia juga merasa haus. Dia memilih untuk mengambil minum dikulkas kecil yang tersedia di ruangannya, seraya mengistirahatkan diri.
Di tempat para pegawai bekerja, Flora, teman Zeeno yang memang bekerja di perusahaan Chika tengah bercanda dengan pegawai lain, sambil menunggu jam pulang. Karena pekerjaan mereka selesai lebih cepat hari ini. Sudah biasa mereka bergosip ria seperti ini.
"Ih lu mah ga tau aja kalau pak Bambang kadang suka sama berondong, kayaknya dia suka deh sama lo, Flo."
"Dih amit-amit deh, gua ga mau sama modelan pak Bambang," sahut Flora menanggapi perkataan temannya.
"Flo, mending lo potong bondol lagi aja biar pak Bambang ga ngelirik lo."
"Bapak lo aja sana suruh bondol." Semua tertawa mendengar celetukan Flora. "Lagian ya, Pak Bambang udah beristri ege, mana mungkin cari istri lagi," lanjut Flora.
Pak Bambang yang mereka maksud adalah seorang satpam yang bekerja di kantor ini, tapi beberapa minggu yang lalu sudah berhenti bekerja di sini, katanya sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus lagi.
"Siapa tau lo mau dimadu."
"Idih, ogah banget deh," sahut Flora geli. Mata Flora menangkap seseorang yang berjalan menuju litf. Flora tau siapa dia. Pak Tian? Batin Flora.
"Pak Tian ngapain lagi ke sini? Ada kerjaan lagi kah?" Tanya teman Flora yang juga menyadari keberadaan Tian. Mereka tidak tau kalau Tian dan Chika ada hubungan lebih, yang merka tau hanya sebatas rekan kerja saja.
"Ntah, iya kali. Apa kita bakal ada projek baru?" Flora hanya diam tak menanggapi, pertanyaan-pertanyaan yang temannya munculkan.
Di dalam ruangan, Chika yang tengah bersantai dibuat terkejut oleh pintu yang dibuka tanpa adanya persetujuan. Dia hampir saja marah, tapi terhenti saat melihat siapa pelakunya. "Tian? Ngapain kamu ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Teen FictionKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?