_L&O_
Beberapa hari berlalu. Zeeno benar-benar mengajukan surat cerai dengan alasan perselingkuhan yang dia sebagai pelaku. Dokumen itupun sudah jadi, tinggal meminta tanda tangan dari Chika saja agar perceraian ini bisa berlangsung. Namun, Zeeno masih sedikit ragu untuk memberikan dokumen ini pada Chika.
Setelah pergi dari rumah, Zeeno memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya. Pada akhirnya dia menceritakan semua yang terjadi, tanpa ada kebohongan tentang kejadian beberapa hari lalu. Orang tua Zeeno tentunya terkejut mendengar hal ini. Zeeno juga memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya dan membantu usaha Ayahnya yaitu sebagai penjual Mie ayam dan bakso.
"Zeeno, tolong pulang ambilkan pentol lagi ya dikulkas. Pentol baksonya udah mau habis," pinta Ayah Zeeno.
"Oke Yah," jawab Zeeno. Semakin hari usaha Ayahnya ini semakin ramai pembeli. Ayah Zeenopun merasa senang karena setelah hadirnya Zeeno yang membantu warungnya jadi tambah ramai dan ada yang membantu dirinya menyiapkan pesanan.
Dengan motor miliknya, Zeeno pulang ke rumah. Letak warung dengan rumah tidak terlalu jauh. Namun, Zeeno memelankan motornya saat melihat kehadiran seseorang di rumahnya. Zeeno menghentikan motornya masih jauh dari rumah. "Papa?" kaget Zeeno pelan. Ya, Zeeno cukup terkejut melihat kehadiran mertuanya di rumah. "Mau apa Papa ke rumah?"
Zeeno masih memperhatikan Papa mertuanya yang berbincang dengan Bundanya di teras rumah. Zeeno masih tak berani mendekat. Setelah kemarahan mertuanya terakhir kali, Zeeno sama sekali tidak menghubungi mertuanya dan juga Chika sekalipun. Dia benar-benar tidak ingin mencari tau kondisi mereka. Zeeno ingin menenangkan diri dan fokus mengurus perceraian.
Papa mertuanya terlihat berdiri diikuti sang bunda. Sepertinya ia akan pergi, karna setelahnya masuk mobil dan benar pergi dari rumah Zeeno. Melihat kepergian Mertuanya, barulah Zeeno bergegas ke rumah.
"Zeeno, udah pulang?"
"Mau ambil stok pentol. Tadi Papa ke sini ngapain Bund?" tanya Zeeno kepo.
"Cari kamu," jawab Bunda Zeeno.
"Cari aku?" Bunda Zeeno tersenyum dan mengangguk. Ia memegang pundak Zeeno dan mengusapnya pelan. "Segera selesaikan masalah kamu. Jangan bersembunyi seperti ini. Kamu sudah dewasa Zeeno, tidak lagi anak kecil. Kamu serius mau bercerai dengan Chika?"
"A-aku serius bund," jawab Zeeno, tapi Bundanya tau kalau anaknya ini ragu. "Bunda ada kasih tau ke Papa kalau surat cerai udah aku buat?" tanya Zeeno.
"Kamu harus mantap dengan pilihan kamu. Bunda tidak memberi taunya. Sepertinya kamu yang pantas memberi tau. Kalau kamu serius dengan tindakan kamu, kenapa surat itu belum juga kamu mintakan tanda tangan Chika?"
"A-aku belun ada waktu bunda," jawab Zeeno.
"Jangan banyak alasan. Sebelum nasi menjadi bubur, kamu masih bisa memikirkannya lagi. Dan juga Papa Chika ke sini selain mencari tau, dia ingin menyampaikan pesan kepadamu."
"Apa Bunda?"
"Chika masuk rumah sakit."
_L&O_
Dengan langkah tergesa Zeeno menelusuri lorong rumah sakit, mencari keberadaan kamar inap yang Chika tempati. Dia tak peduli dengan penampilannya yang hanya memakai celana pendek dan kaos biru, juga tas slempang kecil. Yang terpenting dia ingin tau keadaan Chika dan mengapa bisa sampai masuk rumah sakit.
Langkahnya memelan melihat Papa mertuanyaa berbicara dengan seseorang berbadan besar dan berambut gondrong dikuncir, bahkan banyak tato yang menghiasi tangannya. "Saya tidak mau tau, cari lelaki bernama Tian itu dan bawa ke hadapan saya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Teen FictionKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?