11

2.8K 357 9
                                    

_L&O_

Seperginya Chika dari apartemen Tian, dia tak langsung pulang melainkan pergi ke tempat kerja Zeeno. Dia sengaja melanggar apa yang Zeeno katakan padanya. Dia tak bisa membiarkan dirinya menguasai keresahannya. Chika takut, kalau Elena datang lagi dan menggoda suaminya. Chika tak memikirkan Zeeno nantinya akan marah atau tidak setelah melihat kedatangannya di tempat kerja. Yang terpenting dia sampai sana.

Chika memarkirkan mobilnya dengan rapi. Dapat dilihat siang ini pengunjung cafe masih saja ramai. Chika merapikan penampilannya, lalu keluar dari mobil. Cuaca cukup panas di luar, jadi Chika segera masuk ke dalam mencari keberadaan sang suami.

Chika menghampiri salah satu pegawai di sana, untuk menanyakan keberadaan Zeeno, "Dit, Zeeno dimana?" tanya Chika tanpa basa-basi. Memang dia sudah mengenal Dito, meskipun tak sedekat itu seperti Zeeno yang mengenal Dito.

"C-Chika? Zeeno ada lagi di belakang, kenapa Chik?"

"Gue mau ketemu sama dia. Bisa panggilin?"

"Ah, oke sebentar." Dito segera mencari keberadaan Zeeno yang tadi sedang memberikan note pesanan, sedangkan Chika menunggu di dekat kasir sambil memainkan ponselnya.

"Zee, di depan ada istri lu," kata Dito. Zeeno mengerutkan keningnya, bingung mendengar kehadiran sang istri. "Mau ngapain dia ke sini?"

"Lah, ya kagak tau gue juga. Kan itu istri lu, sana temuin bentar di depan," kata Dito. Zeeno mendengus pelan, lagi sibuk-sibuknya gini Chika malah datang. Padahal Zeeno sudah melarang Chika untuk tidak datang kemari, tapi sungguh keras kepala sekali istrinya itu.

"Chika," panggil Zeeno setelah mendekati istrinya.

"Hai sayang." Tanpa malu Chika melabuhkan kecupan dipipi Zeeno.

"Ngapain kamu ke sini?"

"Mau ketemu kamu lah, apalagi?" Jawab Chika santai. Zeeni berdecak, kemudian menarik pelan tangan Chika, membawanya ke ruangan diaman biasanya para pekerja beristirahat. Mereka perlu berbicara sebentar.

"Chika, kan aku udah bilang ke kamu untuk jangan pergi ke luar rumah, tapi kamu tetap melakuakannya. Kamu kira anacaman aku main-main?"

"Aku hanya ingin melihatmu, Zeeno. Aku tak bisa berdiam diri dengam perasaan gusar. Aku ga papa di sini, aku ga akan ganggu kamu. Tolong jangan marah," kata Chika. Dia meraih tangan Zeeno menatap penuh harap. Dia hanya ingin melihat Zeeno tanpa membuat keributan, sungguh.

Melihat tatapan Chika yang memohon, membuat Zeeno luluh. Sepertinya tak apa membiarkan Chika di sini. "Oke, kamu boleh di sini. Di sini saja, jangan kemana-mana, jangan ganggu aku bekerja. Jangan buat keributan di luar paham?"

"Aku paham, aku akan tetap di sini menunggumu. Kamu nanti ke sini kan?"

"Sebentar lagi jam ku istirahat, aku akan ke sini," jawab Zeeno.

"Yeee, aku akan menunggu di sini." Chika duduk di salah satu kursi yang depannya sudah ada meja.

"Kamu sudah makan siang?" tanya Zeeno.

"Belum."

"Ck, jangan lupakan makan siangmu. Ingat kamu punya maag. Aku akan menyiapkan makan untuk mu," kata Zeeno penuh perhatian. Sekesal-kesalnya dia, Zeeno tak akan bisa membiarkan Chika begitu saja.

"No, aku akan makan siang bersamamu. Kata kamu sebentar lagi istirahat kan? Aku akan menunggumu saja," ungkap Chika.

"Baiklah, diam di sini saja," peringat Zeeno lagi.

"Iya suamiku yang tampan, aku akan berdiam di sini," balas Chika.

_L&O_

Sore hari tiba, jam kerja Zeeno telah usai. Dia membereskan barangnya untuk pulang. Chika masih di sana, dia berdiri di dekat Zeeno yang mengambil barangnya di loker. Dia mengintip apa saja yang ada di dalam loker Zeeno.

"Kamu liatin apa sih?" tanya Zeeno, yang menyadari sikap Chika.

"Pengen lihat isi loker kamu," jawab Chika.

"Ga ada apa-apanya." Zeeno menutup loker itu setelah memastikan tak ada yang tertinggal. "Kamu ke sini naik apa tadi?"

"Aku naik mobil," jawab Chika.

"Oke, aku akan ikutin mobil kamu dari belakang selama perjalanan," kata Zeeno, Chika mengangguk. Sebelum pulang Zeeno berpamitan pada temannya, yang masih menunggu pegawai lain yang mendapat shif malam. "Gua pulang duluan ya," kata Zeeno.

"Oke bro, hati-hati ya," jawab temannya Zeeno sambil melirik Chika yang menempel erat di sisi Zeeno.

Setelah berpamitan pada temannya, Zeeno dan Chika keluar dari sana. Chika mengambil mobilnya dan Zeeno dengan motornya. Mereka malajukan kendaraanya bersama. Zeeno dengan setia mengikuti mobil Chika dari belakang, menjaganya.

Sampai mobil Chika menepi yang membuat Zeeno berkerut heran, dan ikut menepi. Chika turun dari mobilnya diikuti Zeeno yang turun dari motor. "Kamu mau apa?" tanya Zeeno.

"Aku mau beli mie ayam, boleh ya?"

"Iya boleh," jawab Zeeno. Chika memesan dua porsi mie ayam sambil menunggu dia duduk di kursi plastik sebelah Zeeno yang memainkan ponsel. Chika melirik ke arah ponsel Zeeno, yang ternyata sedang melihat-lihat beranda medsos.

"Zeeno, aku mau ngomong sama kamu."

"Apa?" tanya Zeeno tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku tadi ketemu sama dia," kata Chika seraya menunduk dan memainkan jarinya.

"Dia? Siapa?"

"Tian."

"Oh, Tian." Zeeni terkekeh sinis mendengarnya. "Ngapain aja kalian?"

"Aku cuma ngejelasin ke dia kalau aku sama dia berakhir. Aku akhirin hubungan kami yang salah. Aku sadar aku salah. Aku ga mau lagi jalanin hal itu. Jadi aku mohon jangan tinggalin aku, aku ga bisa tanpa kamu," ungkap Chika.

"Oh ya? Kamu ga bisa hidup tanpa aku?"

"Iya Zeeno. Kamu hidup aku. Aku ga mau kamu pergi. Aku akan selalu ikut kamu kemana pun itu."

"Bagaimana kalau pacar kamu itu berulah dengan melakukan cara untuk menyingkirkan aku?" tanya Zeeno, karena bisa saja kan Tian berbuat nekat.

"Tidak akan, dia tidak akan berani berbuat seperti itu."

"Oh ya? Semua tidak menutup kemungkinan untuk bisa terjadi. Lagi pula aku tidak sepenuhnya percaya kalau kalian berakhir semudah itu, melihat bagaimana ahlinya kalian dalam bersembunyi di belakangku. Susah sekali aku pecaya padamu," kata Zeeno yang cukup menusuk dihati Chika. Sikap Chika membuat Zeeno meragukan perihal kepercayaan.

"Aku sudah berakhir dengannya, aku cuma mau kamu."

"Cih, cuma mau aku? Kemarin aja pilih dia." Mendengar itu Chika hanya diam menunduk, lidahnya kelu sekedar untuk menjawab rasanya susah.

Pesanan Chika sudah jadi, Zeeno berdiri untuk membayarnya. Dia tak mungkin membiarkan istrinya membayar sedangkab ada dia di sini. "Ayo pulang," ucap Zeeno setelah membayar.



















Santai dulu g sih.

Dah gitu aja maap buat typo.

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang