Palang rel turun menghadang lebar membatasi jalur besi panjang. Namun, tidak ada pengendara di balik palang itu. Menjelang tengah malam, hujan lebat melanda bagai mengamuk. Tidak ada yang berani melanjutkan perjalanan kecuali kereta yang sudah terlanjur beroperasi, tidak bisa berhenti begitu saja.
Rata-rata penghuni gerbong berekspresi cemas, menadah atau menggenggam tangan berdoa pada Tuhan masing-masing. Sepi, suasana menakutkan melihat pohon-pohon berayun brutal, hujan bagai batu menghantam permukaan.
Melewati jembatan tinggi di atas sungai yang dikenal sebagai tempat gantung diri, suara berisik air menjelaskan kedalaman curam gelap di bawah sana mengalami peluapan. Andaikan ini siang, maka air keruh akan terlihat terburu-buru menghancurkan perdesaan di bawah.
"Ma, apa ini kiamat?"
"Hus! Jangan ngomong begitu, Keya. Hanya badai saja, sebentar lagi akan berakhir." Dia mengelus surai pendek anak yang tengah duduk berpangku memeluknya.
Keya menatap polos dengan mata basahnya. Semakin mengeratkan pelukan, dia tidak ingin melepas wanita yang menjadi obat rasa takutnya sekarang.
"Ma, jika ada seorang pesulap, bisakah dia menghentikan badai ini?" lanjut Keya, teringat sircus ia tonton bersama papa minggu lalu. Pesulap itu menunjukkan keajaiban, memotong kepala di hadapan banyak orang lalu menyatukannya lagi. Itu pertunjukan yang mengerikan, bahkan ada darah mengalir deras.
"Pesulap itu penipu, Keya, mereka bukan Tuhan."
"Tapi mereka menunjukkan keajaiban, Mama."
"Bukan keajaiban, tetapi trik," jawab pria asing di sebelah. Tersenyum, melepas topi tinggi lalu diberikan pada Keya. Gadis itu menerima polos, tiba-tiba seekor burung merpati keluar dari topi. Keya, terkejut lalu kemudian dia tersenyum senang sembari bertepuk tangan.
"Paman, tunjukkan keajaiban lagi padaku!"
"Bukan keajaiban, tetapi trik," tekan si paman sembari menggerak-gerakkan telunjuk seperti rantai hipnotis di depan wajah gadis kecil.
Sesaat suasana lebih hangat oleh keberadaan pesulap. Memamerkan keahlian tidak masuk akal yang mengundang suara tepuk tangan serta sorakan. Mendadak pesulap diam, terpaku pada sorot lampu bergerak cepat. Pergerakkan mobil itu tidak normal, seharusnya palang kereta di depan telah diturunkan, pun klakson kereta berbunyi nyaring. Kenapa mobil tidak menurunkan kecepatan? Apa si pengendara tidak bisa melihat atau mendengar karena badai?
"Gawat!" teriak pesulap tiba-tiba dan mendapatkan perhatian bingung oleh penumpang lain.
Rem kereta yang mendadak mencoba menahan kecepatan secara paksa memberitahu penumpang akan ada tabrakan. Seketika semua menahan napas tanpa sadar, melut para wanita terbuka bersiap melantangkan suara mereka.
Brak!
Terasa benturan keras mengguncang gerbong, semburan api meledak di dapan sana, sebuah mobil terbang remuk tak terelakkan. Akhirnya kereta berhasil dihentikan, petugas turun untuk memeriksa. Ditemukan tiga korban tak terselamatkan; satu anak kecil, dua orang dewasa--suami istri.
Gerbong tempat pertunjukan sulap berada tepat di dekat pelang hancur, penghuni diam di tempat menunggu informasi dari pada turun di tengah badai ini.
"Mama, lihat!" Keya menunjuk keluar, "anak nakal tidak pulang ke rumah. Dia tidur di rumput."
Siluet anak yang ditunjuk Keya tidak jelas, hanya mendapat penerangan dari lampu redup di palang.
"Astaga!" pekik si mama.
Melihat hal itu, pesulup langsung turun untuk mengecek sebab petugas tengah sibuk di depan sana. Semakin dekat, semakin jelas ia melihat. Lalu ....
"Maigcal!"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Key to Magic
Novela JuvenilKeajaiban? Itu tanggapan Keya ketika melihat pesulap semasa kecil. Setelah tumbuh besar Keya tidak sengaja bertemu Maigcal Magic, nama populer sebagai buronan yang mencuri menggunakan trik sulap tak masuk akal. Bagaimana kisah mereka? Akankah Keya...