Aku kasih tehaer buat kalian!
Double update, yeeyy!
Komen banyak-banyak, ya, sayangkuuu!
Piriding!
•
Kami marah, tapi kami tidak bisa melepaskan our duty of you. Because we're your parents. It's forever even if I wanna cut our bloodline off. But, you're forever my son.
-Yudha Yudhistira Yudhoyono
•
Sorenya, setelah Kakal terbangun dari tidur siang, dia segera turun ke bawah tanpa menangis terlebih dahulu karena Papa tidak ada di kamar. Kakal tahu kalau papanya sekarang ada di dapur. Papa sedang bersiap-siap untuk membuat cookies, seperti yang mereka rencanakan saat pagi hari tadi. Cookies yang besar dengan banyak choco chips di dalamnya ....Nyam-nyam!
Membayangkannya saja sudah sangat menyenangkan untuk Kakal. Dia akan bantu Papa biar bisa membuat cookies yang sangat besar dengan banyak taburan choco cips. Kakal mengangguk, tekadnya sangat bulat sekarang.
"Papa! Papaaa! Kakal hep Papa, ya?" Kakal berlari ke arah wastafel. Dia naik ke tangga kecil, lalu mencuci kedua tangannya hingga bersih.
Kalau mau memasak itu harus cuci tangan dulu. Itu yang sering Papa katakan di masa lalu, jadi Kakal terbiasa melakukannya.
"Papaaa, yok! Kakal cuda cuci-cuci. Tanan Kakal becih cekayiii."
"Kakal hep-hep, ya?"
Dari bawah, Kakal bisa melihat Papa yang asik melihat satu per satu bahan di tangannya. Papa tidak memperhatikan, huh!
Tapi Kakal tidak akan menyerah begitu saja. Demi cookies besar ekstra choco chips, pokoknya Kakal mau bantu Papa.
"Kakal mau hep, Papa! Let me hep you, 'kaayy?"
"Papaaa! Let me hep you!"
"Papaaa! I wanna hep you!"
Kaki-kaki kecil Kakal berlari mengejar langkah Jeffrey kesana dan kemari. Tidak lelah, walau sedari tadi Jeffrey sudah bersikap abai akan keberadaan anak itu. Walau Papa tak acuh padanya, Kakal ingin tetap membantu membuat cookies mereka hari ini.
Kakal mencoba berjinjit, melihat apa yang sedang Papa lakukan saat ini. Tapi dia masih kurang tinggi untuk bisa mengintip bagian atas meja, Papa sepertinya sudah memutuskan setiap bahan yang akan dia gunakan. Padahal Kakal sangat ingin tahu, tapi Papa malah bersikap pelit hari ini.
Huh! Kakal kan hanya mau membantu Papa agar semuanya bisa lebih cepat diselesaikan; dan agar cookies besar ekstra choco chips miliknya bisa terealisasikan. Papa itu tidak paham-paham dengan kemauan Kakal.
"Kakal hep ya, Papa?" ucap Kakal, menarik celana yang Papa kenakan. Tapi Papa masih tetap bergeming, tidak memberi jawaban untuk permintaan Kakal sedari tadi. "Kakal mau hep-hep!"
Walau Papa mengabaikannya, Kakal tidak menyerah begitu saja. Anak itu melihat ke sekeliling, mencari benda yang dapat dia gunakan untuk menolong Papa nanti. Manik Kakal berhenti pada kursi plastik yang berada di sudut ruangan. Itu kursi yang Papa beli dengan sangaattt terpaksa karena Kakal merengek terus saat mereka datang ke CFD.
Papa hari itu terpaksa pergi karena kalah bermain ToD dengan Ko Jun. Dia niatnya hanya mau datang sebentar saja, tapi Kakal malah sangat tertarik dengan acara yang belum pernah dia kunjungi itu. Dan puncaknya adalah saat sebuah kebetulan berupa mata bulat Kakal yang menangkap siluet kursi plastik tersebut. Kakal memaksa Papa agar membeli benda itu, walau pada akhirnya kursi plastik tadi hanya berakhir di pojok ruangan hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa's Diary •√ [Terbit]
Novela Juvenil[sebagian chapter diprivate untuk kepentingan penerbitan] • Lika-liku young-adult bernama Jeffrey Sameko Yudhono yang harus membesarkan anaknya, Cakrawala Yudhono, seorang diri. Update setiap hari Rabu(kalau tidak ada halangan).