2. Kakal's first day

1.5K 134 10
                                    

I know kayo Papa cayang cama I. Tapii, tapii, Papa cuka buat cebal-cebal. Makana, I dak cuka Papa banak-banak, huh!

I cayang Papa cikiittt caja, cikit, yebih kicik dali cemut!!!

—Cakrawala Yudhoyono


Hari pertama Kakal pergi ke playgroup. Opa Yudha dan Oma Sarah datang ke apartemen pagi-pagi sekali dan dengan heboh membantu Kakal bersiap. Mereka yang akan menggantikan Papa untuk mengantarkan Kakal karena Papa sedang ada ulangan praktik di kampusnya.

Opa Yudha dan Oma Sarah berkali-kali mencoba menjelaskan pada Kakal kalau Papa bukannya tidak mau mengantarkan Kakal pergi ke playgroup di hari pertamanya. Orang tua dari papanya Kakal itu juga berusaha keras membuat Kakal percaya kalau Papa sangat peduli dengan si bayi, dan dia juga ingin pergi mengantar Kakal sendiri di hari pertamanya pergi ke playgroup. Hanya saja waktunya yang tidak tepat sehingga Papa harus menitipkan Kakal pada Opa Yudha dan Oma Sarah.

Kakal, sih, tidak peduli mau Papa ikut mengantar atau tidak. Dia juga tidak tahu kenapa Opa dan Oma berusaha keras dengan memberi terlalu banyak penjelasan mengenai kondisi Papa padanya. Padahal, Kakal kan juga tahu kalau Papa sibuk.

Papa itu selalu sibuk. Di hari biasa, Papa harus ke kampus untuk kuliah, lalu baru bisa pulang waktu sore hari. Kalau di akhir pekan, tinggal melihat situasi saja. Kadang Papa sibuk mengerjakan tugas, dan sangat jarang bisa bermain dengan Kakal.

Akhir-akhir ini Papa memang jarang keluar rumah, tapi bukan berarti Kakal jadi sering bermain dengan Papa. Papa malah jadi semakin sibuk di kamar, katanya sih mau buat kikipci biar nanti bisa cepat lulus dan dapat kerja. Papa juga bilang, kalau Papa sudah kerja berarti nanti Papa jadi lebih sibuk dibanding saat kuliah seperti sekarang, karena Papa harus punya banyak uang biar bisa menghidupi Kakal.

Sampai batas tertentu, Kakal paham kalau papanya sibuk. Walau dia tidak mengerti kikipci itu apa atau kenapa bekerja bisa membuat Papa lebih sibuk dari biasanya. Yang pasti, Kakal tidak perlu diberitahu lagi kalau papanya sedang sibuk dan tidak bisa bermain dengannya. Karena dia sudah paham.

"Kakal okay? Kakal don't be sad, ya? Opa sedih if Kakal's sad."

Kakal mendongak. Mereka sudah berhenti di parkiran playgroup. Ada banyak mobil di tempat yang sama. Beberapa anak kecil lain terlihat bersama dengan pengasuh mereka. Sebenarnya Kakal juga punya pengasuh, tapi untuk hari istimewa seperti sekarang, Opa Yudha dan Oma Sarah setuju jika harus anggota keluarga sendiri yang mendampingi Kakal agar ada kenangan di antara mereka.

"Kakal pasti sad because Papa Jef doesn't here, ya?"

Dapat Kakal lihat bola mata opanya yang berair. Opa Yudha itu aneh, gampang sekali menangis kalau melihat Kakal. Padahal Kakal biasa saja, tapi Opa pasti overreacted. Aneh sekali.

"Kakal is okay, Opa. Don't klei."

Kakal menepuk paha opanya dua kali. Itu yang sering bibi pengasuh lakukan kalau Kakal menangis. Biasanya, sih, Kakal merasa tenang. Semoga saja Opa juga begitu.

"Omaygaaddd, Sarah. What should I do? The baby is trying to comfort me!"

Rasanya dahi Kakal bisa memunculkan tiga sudut siku-siku saat itu juga. Opa itu lebay. Selalu saja menangis kalau Kakal melakukan sesuatu. Kakal jadi bingung sendiri kalau menghadapi opanya.

"Opa, jangan menangis di depan baby, nanti dia ikut sedih. Berhenti menangis, hm?"

"But, but, I merasa senang dan sedih, Sarah."

"Nah, just keep it for later. Hari ini hari pertama Kakal di playgroup, Opa harus terlihat gentle, okay?"

"Okay."

Papa's Diary •√ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang