I'm a good-good boy. You ale a bad-bad boy. I don't wanna be youl flieenndd!
—Cakrawala Yudhoyono
•
Sejak matahari masih malu-malu menampakkan diri, Jeffrey sudah terbangun dari tidurnya. Berbeda dari Jeffrey yang telah bangun di jam lima pagi, Kakal butuh lebih banyak waktu untuk terlelap. Si bayi masih tidur dengan mulut terbuka, mengeluarkan suara dengkuran dan kedua tangan terbentang lebar.Jeffrey menarik selimut tebal agar sepenuhnya menutupi tubuh kecil Kakal. Dia juga meninggalkan satu kecupan lembut di dahi. Tatapan lembutnya terpatri cukup lama, tertuju pada si kecil yang masih pulas, sebelum dia memilih beranjak dari kasur.
Pagi untuk Jeffrey di saat libur biasanya dibuka dengan sedikit peregangan tubuh. Lalu dia akan memakan satu lembar roti tawar dan meneguk satu gelas air putih sebagai penyumbat rasa lapar. Pagi untuk Jeffrey baru akan benar-benar dimulai saat dia berada di ruang olahraga.
Jeffrey berjalan di treadmill dengan kecepatan rendah. Biasanya dia akan melakukan olahraga itu selama lima belas menit. Setelah mendapat sedikit keringat, Jeffrey akan meneguk segelas air mineral sembari berjalan menuju dapur.
Memasak untuk Kakal dan dirinya. Itu adalah kebiasaan lain yang tidak bisa Jeffrey tinggalkan saat berada di rumah.
Mau sesibuk apa pun dirinya, jika tidak sedang keluar kota, Jeffrey akan menyisihkan waktu untuk membuat sarapan, makan siang dan makan malam mereka. Karena sekarang Kakal pergi ke playgroup, Jeffrey membuatkan bekal untuk bayinya juga. Semua yang masuk ke mulut Kakal akan diperiksa sendiri oleh Jeffrey.
Tidak ada musik. Tidak ada orang lain yang membantu. Hanya suara pisau dan aliran air yang sesekali terdengar saat Jeffrey mencuci bahan-bahannya yang menjadi teman untuk waktu memasak Jeffrey.
Hari ini Jeffrey akan menemani Kakal ke playgroup, jadi dia akan sekalian menyiapkan makanan berat yang bisa dipanaskan saat mereka pulang nanti.
Selesai membereskan semua peralatan yang dia gunakan untuk memasak, menata sarapan mereka dan memasukkan bekal Kakal ke dalam kotak makan, Jeffrey baru beranjak menuju lantai dua lagi.
Di sana, bayi Jeffrey masih asik meniti mimpi. Selimut yang sempat Jeffrey benarkan pun sudah kembali berantakan. Jeffrey mendengkus pelan, menyejajarkan tubuh dengan wajah Kakal. Pipi gembil anaknya menjadi target ciuman beruntun dari Jeffrey.
Kakal menggeliat kesal, berusaha menjauhkan wajah papanya agar tidak memberikan lebih banyak ciuman. "Hush! Hush! Don't distlube me!"
"Bangun, Cil! Udah jam tujuh, nih!"
"Kakal maciii menatuk tauuu!" jawab Kakal kesal. Wajahnya segera dia tenggelamkan ke bantal agar tidak terkena serangan ciuman bertubi dari Papa lagi.
"Katanya mau ke sekolah sama gue, gimana sih? Atau gue telpon Bibi, nih, biar Bibi yang anter lo aja nanti?"
Mendengar ucapan Papa, Kakal segera berbalik dengan cepat. Papa menyebalkan!
"Dak bica dong!" Dengan wajah setengah mengantuk, Kakal berteriak kesal. "Papa dah pomis tauuu!"
"Ya, makanya, jangan males-males. Gue kan nggak suka kalau mesti nungguin bocil males."
Mendengar kata-kata Jeffrey membuat Kakal yang menjadi targetnya tidak terima. Kakal menatap kesal ke arah papanya. "KAKAL DAK MAYAS TAUUU! KAKAL MENATUK CAJA!"
"Iya-iya, gue percaya. Ayo, cuci muka dulu."
Kedua tangan Kakal terentang. Jeffrey yang mengerti akan kode dari anaknya itu segera membawa tubuh si kecil untuk digendong. Kakal masih menguap saat Jeffrey membawanya menuju kursi di depan cermin besar. Kakal didudukkan di sana, sedangkan Jeffrey mengambil segelas air putih. Jeffrey memang membiasakan Kakal untuk minum segelas air putih saat bangun tidur sebelum melakukan aktivitas lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa's Diary •√ [Terbit]
Novela Juvenil[sebagian chapter diprivate untuk kepentingan penerbitan] • Lika-liku young-adult bernama Jeffrey Sameko Yudhono yang harus membesarkan anaknya, Cakrawala Yudhono, seorang diri. Update setiap hari Rabu(kalau tidak ada halangan).