Gaess, pliss kasih aku banyak komen di chapter ini. Aku abis melakukan kekonyolan yang konyoolll abieezzz dan bikin maluuu.
Pliss, bikin aku lupa sama kelakuan konyolku dengan tinggalin banyak komentar.
Makasih banyak sebelumnya.😭
Piridinggg~
•
Papa denal, Kakal cudaa becal. Kakal dak menanis. Kakal dak ucaa mama. Papa dak ucaa titita-tititaa, Kakal dak peluu. Kakal mau Papa caja, okay?
—Cakrawala Yudhoyono
•
Papa bilang, Papa akan pulang di hari keempat. Itu artinya Kakal harus melewati hari ini, besoknya, dan besoknya lagi, baru deh Papa akan pulang di besok harinya.Kakal sudah melewati tiga hari yang sangaaattt panjang dan melelahkan karena dia harus banyak bermain; sesuai pesan Papa. Dan besok, akhirnya Papa akan pulang. Yeeyyy!
Kakal menarik selimutnya sampai menutupi hidung. Dia sudah siap tidur sekarang. Maniknya menatap Oma yang akan membacakan buku dongeng. "Oma, Papa cuda puyang?" Karena terlalu senang, Kakal jadi terus bertanya soal kepulangan Papa. Dia tidak sabar.
"Besok, Sayang. Kakal ingat, 'kan? Hari keempat, okay?"
"Inat, kok," jawab Kakal diiringi kikikan. Mata bulatnya berkedip. "Napa yama, ya? Kakal mau yiat Papaaa."
"Enggak lama, kok," jawab Oma lagi. "Kalau sekarang Kakal tidur, besok pagi Papa sudah di samping Kakal."
"Petii magic?"
Jika Papa besok tiba-tiba sudah ada di samping Kakal saat Kakal bangun tidur, bukannya itu seperti sihir, ya? Pasti keren sekali.
Oma tertawa pelan mendengar ungkapan yang Kakal pakai. Dia mengangguk setuju. "Benar, Sayang. Seperti magic," jawabnya.
"Woaahhh! Kakal mau tidul! Kakal mau yiat Papa petii magic becok!" Dengan girang Kakal berujar. Dia jadi semakin tidak sabar untuk bertemu dengan Papa. Dia tidak sabar melihat Papa di pagi hari saat terbangun nanti. Pokoknya Kakal tidak sabar untuk besok.
Kakal menurunkan sedikit selimutnya. Dia juga langsung menutup mata erat-erat, berharap alam mimpi segera menyapa. Anak itu terlihat lucu karena kelopak matanya yang dipaksa untuk terpejam dengan erat. Bahkan Oma tidak bisa menahan tawa melihat tingkah menggemaskan cucunya.
"Tidak perlu dibacakan buku?" Melihat Kakal yang sudah memejamkan mata, Oma bertanya apakah sesi dibacakan dongeng masih harus berlanjut atau tidak.
Mendengar pertanyaan dari Oma, Kakal segera membuka matanya. Padahal dia yang meminta Oma untuk membacakan buku dan menemaninya tidur, tidak mungkin dia malah mengecewakan Oma dengan menolak dibacakan buku. Itu tidak sopan kalau kata Papa.
"Jadii, Omaaa. Kakal mau denal tititaaa," ucap Kakal dengan suara cempreng yang meninggi.
Oma tersenyum lembut, menatap wajah Kakal yang berusaha menampilkan raut serius. Dia memberikan usapan di rambut cucunya. "Oma sudah bawakan tiga buku. Kakal mau dibacakan yang mana?"
"Mr. Wolf! Kakal mau denal titita Mr. Wolf!"
The Little Wolf and The Sheep menjadi dongeng yang sangat Kakal gemari sejak dia bermain peran dengan Papa. Selama tiga hari ini, jika Oma membacakan lebih dari satu buku cerita, maka judul itu wajib menjadi salah satunya. Kakal sangat senang dengan cerita tersebut meski sudah diulang berkali-kali.
"Akhirnya Mr. Wolfie hidup bahagia bersama para domba. Tamat."
Sarah menatap wajah Kakal. Bayi itu sudah terlelap dengan mulut yang sedikit terbuka. Senyuman tipis menghiasi wajahnya. Sarah sedikit membungkukkan tubuh untuk mengecup lembut kening Kakal. "Good night, Baby," bisiknya. "Papa kamu sudah on the way sampai ke rumah. Besok kamu akan lihat Papa, seperti magic."
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa's Diary •√ [Terbit]
Teen Fiction[sebagian chapter diprivate untuk kepentingan penerbitan] • Lika-liku young-adult bernama Jeffrey Sameko Yudhono yang harus membesarkan anaknya, Cakrawala Yudhono, seorang diri. Update setiap hari Rabu(kalau tidak ada halangan).