Blaze rebahan di kasurnya yang udah dihias sama pelayan. Males banget dia mau ganti baju. Gak ada niat sama sekali.
Habis acara resepsi, Blaze langsung masuk ke kamar dengan izin gak enak badan. Selain gak ada kenalan yang dekat sama dia, Blaze juga emang gak suka sama kerumunan. Berisik.
Tk tk tk
"Masuklah"
"Permisi, anu, Kakak" Itu Andralia Lieze. Di cerita aslinya, Andralia Lieze adalah tokoh utamanya. Ya, backstory MC biasanya gimana, sih? Kayak pada umumnya aja, Andralia Lieze adalah anak haram keluarga Count² Hael.
(² : Gubernur yang memimpin sebuah provinsi atau wilayah lain yang lebih kecil.)
Di cerita aslinya, Andralia atau Raly berperan sebagai Main Character yang direbutin Ice sama Zach, kakaknya Ice.
Raly diciri cirikan punya wajah yang cantik, rambut pirang dengan bola mata biru langit yang menyala dan terkesan terang menjadi ciri khasnya. Raly adalah anak perempuan manis yang dipungut oleh Duke de Arnauth.
Karena Ice, yang notabenenya udah terikat sama Blaze, lebih seneng sama Raly, Blaze jadi gak suka sama FL dan terus menerus memperlakukan Raly layaknya pengganggu.
Tapi kan sekarang yang jadi Blaze itu Frostfire! Lagian, siapa sih yang gak luluh sama anak manis?
"Anu, Kakak. Maaf Ice bersikap seperti itu di altar tadi. Ice suka bersikap menyebalkan, jadi aku harap kakak dapat memakluminya"
GEMES BANGET WTF, Frostfire teriak dalem hati
"Tidak perlu minta maaf, Andralia. Aku mengerti Duke Muda tidak suka dipaksa melakukan pernikahan dengan laki laki begini. Kamu jangan memperdulikannya."
Di karya asli, Blaze harusnya marah marah sama Raly karena Raly sok kenal baik sama Ice sampe minta maaf atas namanya. Tapi gue kan bukan Blaze, awokawok. Frostfire kembali membatin
"Terimakasih. Aku harap kita berteman baik, Kakak"
"Blaze saja, Andralia. Aku juga mau berteman dengan anak manis seperti kamu. Nah, kamu kembalilah, karena ini sudah sangat larut"
Raly mengatakan untuk memanggilnya Raly bukan Andralia, lalu bergegas keluar dari kamar karena memang sudah larut.
Blaze meregangkan badannya sekali lagi, lalu beranjak ke kamar mandi. Air hangat yang disiapkan pelayan belum mendingin. Asap tipis masih dapat terasa dan sedikit terlihat mengepul.
Well, diliat dari sikap Ice, Ice gak bakal dateng ke kamar. Jadi Blaze bisa mandi duluan. Kalo Ice ke kamar juga gak bakal ngapa ngapain, sih
Iya, kan?
"Hooo"
"ASTAGA"
ICE? NGAPAIN ORANG INI DI SINI? Frostfire kaget setengah mati.
"Ice? Sedang apa Anda di sini?" Blaze semakin menenggelamkan tubuhnya. Dia gak make apa apa soalnya.
"Huh? Saya tidak boleh datang ke kamar pengantin di saat saya sendiri yang menikah?" Ice sarkas
"Saya kira Anda tidak akan datang. Terutama setelah Anda sendiri bilang Anda tidak mau melihat saya sebagai pasangan"
"Anda sangat sadar diri ya, Blaze Reenberg?"
"Jadi? Anda tidak akan tidur di sini kan?"
Mendengar pertanyaan dari Blaze, Ice tiba tiba merasa jengkel lalu bergegas keluar dari kamar mandi. Bahkan pintu kamar dibanting olehnya.
Lorong dengan lampu temaram berisikan suara sepatu Ice yang menggema. Napasnya tersengal bahkan saat dia sama sekali tak berlari.
Buat apa Ice mau tidur dengan sampah keluarga Reenberg itu? Ice tak akan pernah mau!
"Ice?"
"Ah...Raly"
"Ice sedang apa? Kenapa tidak di kamar pengantin?"
Ice menatap perempuan manis yang hanya sedadanya itu. Tangannya naik ke kepala Raly, mengelusnya dengan pelan bahkan saat hati Ice sedang jengkel setengah mati.
"Blaze...tidak pernah menungguku, Raly" Ice berkata.
"Apa? Tapi tadi..."
"Kamu tidak perlu berharap apapun. Dia cuma sampah yang dijual"
"Ice jangan seperti itu! Kalian pasangan sekarang!"
Tangan Ice berhenti. Wangi Raly...
Gadis itu selalu berbau Lavender. Wangi Lavender yang polos dan lembut..."Kamu melihat dunia terlalu polos, Raly" Ice membuka jubahnya, memakaikannya pada Raly. "Tidurlah Raly. Kembalilah ke kamar" ketukan suara sepatu Ice kembali menggema di lorong yang dingin itu.
𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂
"Gue baru sampe situ"
"Sad amat"
Frostfire manggut manggut. Mereka lagi beres beres barang karena hari ini resmi mulai tinggal di asrama.
"Gua jadi kepikiran deh" Gentar menengok ke arah Frostfire. "Nanti pas Blaze Reenberg mati. Lo...bakal tetep hidup, kan?"
Frostfire yang dari tadi gesit masukin baju ke lemari langsung berhenti. Frostfire gak pernah mikirin soal itu. Iya juga ya...
"Gue gak tau, Tar" Tangan Frostfire kembali mengaduk ransel
"Lo gak nyoba tanya sistem lo?"
"Nanti nanti aja ah. Malaz"
"Tanya sekarang, dong"
"Nanti aja"
"Sekarang, Frost" Frostfire menatap kesal sahabatnya itu. Gentar bukan orang yang suka maksa, kalo maksa, berarti hal itu ngeganggu dia banget.
Hitung hitung Gentar banyak ngalah sama Frostfire, sekali sekali Frostfire ngalah gapapa kali.
"Sistem" Frostfire memanggil sistem di ponselnya.
"Sistem dinyalakan"
"Aku mau bertanya"
"Mikrophone menyala"
"Jika Blaze Reenberg mati, apa aku akan mati?"
Sistem itu tak memproses. Hanya mendengarkan pertanyaan Frostfire namun tidak menjawabnya. Kemungkinan yang Frostfire disimpulkan hanya dua.
Satu, itu tergantung cerita mana yang diubah sama Frostfire. Yang kedua, Frostfire ikut mati.
"Gak dijawab, Tar" Gentar menatap Frostfire tanpa arti. Entah apa lagi yang dipikirkan kawan seribut sekamarnya itu.
Frostfire cuma ngehela napas.
"Habis ini, ceritain ke gue karya aslinya ya" selang 15 menit, Gentar kembali bersuara namun Frostfire hanya menjawab dengan gumaman hmm yang terdengar seperti persetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
FanfictionFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...