CHAPTER ini mengandung satu dua unsur yang tidak dianjurkan kepada pembaca tertentu. Kami ingatkan bahwa book ini tidak menggunakan hal hal sensitif seperti Agama pada karya originalnya (Boboiboy : MONSTA), dan hanya merupakan sebuah karya ulang yang dibuat untuk menghibur.
𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃
"Kamu memang tahu apa yang aku suka" Nox mengambil sebuket bunga Oriental Lily berwarna oranye itu, meminta salah satu pelayan mengurusnya dengan sangat baik.
"Aku akan pergi beberapa menit lagi, bagaimana kalau kita berjalan jalan sebentar?" Tangan Nox menunjuk ke arah taman mansion.
Blaze menyetujui permintaan saudaranya itu. Meski tidak nyaman untuknya, yang penting buat sekarang adalah Nox merasa senang.
Tidak ada yang mau mendengar celoteh pedas miliknya.
Mereka melewati taman bunga di depan Duchy, menikmati hilir angin yang menerbangkan aroma bunga mawar ke sekitar taman. Wanginya yang pekat memang digemari banyak orang karena menarik.
Bunga mawar selalu memberi kesan kuat yang membekas dengan baik. Namun untuk Nox, wangi mawar hanya sebuah jarum untuk hidung. Pekatnya aroma bunga berwarna merah itu membuat kepalanya sesak. Senyumannya tetap ada di wajahnya meski di dalam hatinya tengah jengkel.
Blaze bergegas mengarahkan Nox berjalan ke bagian lain. Sedikit bergeser dari taman mawar ada taman lavender.
Sebagian besar orang menganggap wangi lavender sebagai aromaterapi yang dapat membantu merilekskan tubuh. Blaze juga menganggapnya begitu meski tidak selalu menggunakannya.
Namun untuk Nox. Wangi lavender sangat memuakkan. Lebih dari wangi bunga mawar. Wajah perempuan itu terlintas di kepalanya saat mencium aroma lavender.
Membuat kepalanya sakit.Sebelumnya Nox tidak pernah begitu tidak menyukai aroma lavender, semenjak wangi lavender Raly masuk ke hidungnya, aroma bunga berwarna ungu itu menjadi tali untuk mencekik kewarasannya.
"Bagaimana kalau kita ke taman yang lain?" Nox mempertahankan senyumnya sambil menatap salah satu bunga lavender terdekat. Tatapan halus yang lembut.
Tatapan mematikan milik Count Muda Reenberg.
"Sini, Kak" Tarikan tangan Blaze membuat pecah fokus "Kupu kupunya cantik" Katanya sambil menunjuk kupu kupu yang ada di air mancur. Kupu kupu itu berwarna biru tua dengan corak kekuningan.
Apa di kediaman ini tidak ada hal lain selain hal hal yang mirip dengan Andralia?"Aku lebih suka kupu kupu hitam bercorak oranye itu" Nox menunjuk ke taman bunga hortensia "Mirip dengan kamu" Lanjutnya
Blaze tertawa kecil. Sedikit malu, karena tahu Nox mengatakan hal yang sebenarnya, sedikit kurang nyaman, karena tahu Nox pintar memanipulasi.
Mereka berjalan lagi sedikit, lalu tempat itu mulai terlihat.
Raly tampak semangat berbicara saat Zach dan Ice mendengarkan takzim. Tangan perempuan itu bergerak gerak dengan tenaga seperti memperagakan apa yang dimaksudnya.
Bahkan Iblis tak sebegininya kejam menyiksaku dengan pemandangan menjijikan.
Mata berwarna ungu itu melirik putra bungsu keluarga Reenberg. Blaze menatap ke sana, ke dalam gazebo, dengan tatapan yang entah bagaimana menjelaskannya.
Berbeda dengan tatapan tidak jelas Nox yang terlihat memperhitungkan banyak hal dan berbahaya, tatapan tidak jelasnya Blaze lebih terlihat seperti memikirkan satu hal saja, namun dengan banyak perasaan.
Suara gertakan gigi kecil dari dalam mulut Nox yang tersenyum tak di dengar oleh siapapun.
Bahkan aku pun berpikir ratusan juta kali saat ingin memintanya memegang benda tajam. Bajingan ini malah melukai hatinya.
"Oh, selamat sore" Nox mendadak bergegas menuju gazebo, kemudian Blaze mengikutinya dengan tergesa gesa karena tidak menyangka Kakaknya akan menghampiri mereka bertiga.
Ice, Raly dan Zach langsung memfokuskan diri pada Nox. Tidak ada dari mereka yang mau memiliki masalah dengan penerus keluarga Reenberg itu.
"Selamat sore, Count Muda" Zach bersuara
"Boleh kami bergabung?"
"Ah" Raly tersentak. Mengambil seluruh perhatian dengan suaranya itu. "Oh...maaf...silakan jika mau bergabung" Jelasnya bergegas.
Nox semakin tersenyum, menarik Blaze duduk di sampingnya.
"Saya membuat teh Ceylon kali ini. Saya menyukai aromanya yang menyerupai jeruk. Saya harap Count Muda menyukainya" Raly menuangkan teh pada cangkir Nox dan Blaze.
"Memang beraroma jeruk" Blaze bergumam kagum, mengamati cangkir miliknya lalu meminum teh itu perlahan.
Berbeda dengan Blaze, Nox hanya diam tersenyum. Tidak menjawab Raly, ataupun mencoba teh yang baru saja disajikan.
Seperti menunggu sesuatu."Terimakasih Raly. Aku menyukai tehnya. Kamu pintar membuat teh" Sesaat setelah Blaze mengatakannya, Nox meminum teh di cangkirnya. Hanya sedikit saja. Setengah teguk.
Yang menyadari hal itu hanya Ice de Arnauth. Yang memutuskan berpura pura tidak lihat.
"Benarkah? Akan aku berikan untuk Blaze nanti! Ice dan Zach juga menyukai tehnya, bahkan Ibu!" Raly semangat berceloteh
"Kamu berikan saja pada Solar nanti. Lalu, Raly..." Blaze terus berbicara dengan Raly. Mereka berdua tampak akrab dan semangat berbicara satu sama lain.
Zach tersenyum melihat interaksi keduanya. Senang. Sementara Ice mengamati perubahan tingkah Blaze saat berbicara dengan Raly dan saat berbicara dengannya. Berbeda sekali tingkahnya.
Namun Nox, lagi lagi diam memperhatikan. Matanya terlihat lembut mengamati kedua anak bungsu palsu itu. Tapi jika diperhatikan benar benar, tatapan mata Nox selalu berbeda saat menatap Raly.
Lagi lagi apa yang dilakukan oleh Count Muda itu tidak bisa dijelaskan dengan benar.
"Maafkan saya, persiapan telah siap" Orang yang tadi disebut Dylan tiba tiba muncul, membuat Blaze, Raly dan Ice sedikit tersentak.
"Kalau begitu, Tuan Tuan dan Nona, saya undur diri terlebih dahulu. Terimakasih telah menerima kunjungan saya" Nox berdiri. "Saya harap kondisi adik saya lebih baik lagi kedepannya. Tentu saja sekarang sudah cukup baik"
Ice menelan ludahnya, entah karena apa.
"Mari, saya antar Anda" Zach ikut berdiri
"Hati hati, Kak. Berkunjung lagi jika kakak senggang"
"Aku selalu senggang untuk kamu. Kirimkan surat padaku sering sering" Kata Nox sembari mengikuti langkah Zach.
Malam mulai menjelang saat Nox cukup jauh dari Duchy de Arnauth. Mereka beristirahat sebentar di area aman hutan yang tengah mereka lewati.
Nox menatap anak anak buahnya yang riang berbincang satu sama lain, tersenyum lebih rileks karena perjalannya lancar.
Beberapa lama, kepalanya mendongak. Bulan sudah ada di ujung fase, sebentar lagi bulan sabit akan terlihat di langit. Nox mengosongkan pikirannya seperti langit yang cerah bersih tanpa awan.
Tapi tampaknya pikirannya tidak bisa benar benar bersih.
"Count Muda, saya harap Anda tidak mengganggu Raly kami"
Nox tertawa geli mengingat perkataan Zach padanya sebelum Nox berangkat. Duke Muda de Arnauth, tampaknya lebih cerdas dari yang telah dikalkulasikan oleh Count Muda Reenberg.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
FanfictionFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...