"Ibu..."
Duchess langsung melihat wajah Raly saat membuka matanya. Seluruh anggota keluarga ada di kamarnya, bahkan Blaze. Tubuh Duchess basah sekali, tubuhnya berkeringat, dan sedari tadi dia hanya menangis saja saat sedang tidak sadar diri.
Seharian itu, Duchess sama sekali tidak bisa dibangunkan. Dia terlihat seperti tertidur, namun terus menerus menangis dan berkeringat tanpa henti.
"Apa..."
"Yang Mulia, Anda sebaiknya tetap pada posisi Anda" Taufan kelihatan sedang menumbuk sesuatu, membelakangi Duchess.
Zach mendekati ranjang, mengelus pipi Ibunya yang mulai menua. Dia jarang sekali menunjukkan kasih sayangnya pada Duchess karena dia lebih sering pergi bersama Duke untuk mempelajari hal hal yang wajib dikuasai oleh Penerus.
Saat ada di rumah, meskipun cukup sering mengobrol dengan Duchess, tapi dia tidak pernah sungguh sungguh mengekspresikan rasa sayangnya.
"Ibu baik baik saja sekarang?" Zach tersenyum memastikan. Saat Duchess mengangguk dengan tenaganya yang tersisa, Zach lebih sadar dari sebelumnya bahwa Ibunya telah ringkih sekali.
"Yang Mulia" Blaze ikut mendekati ranjang Duchess, memastikan kondisinya dengan kekhawatiran yang tulus. Duchess menelan ludahnya pelan, meskipun sedikit takut dan ragu, namun Duchess tetap tersenyum menanggapi Blaze.
Duchess melihat ke arah Ice di ujung ruangan, dan dia tahu bahwa Ice menatapnya. Namun saat dilihat, Ice mengalihkan pandangannya. Dia mengulum bibirnya seakan sedang memikirkan sesuatu yang berat.
Wajahnya seperti orang yang baru saja diberitahu suatu kenyataan, lalu dia menolaknya mentah mentah. Ice tidak berani menatapnya, hal itu terlihat jelas bagi Duchess. Di dalam matanya itu banyak sekali keraguan dan suatu perasaan yang entah bagaimana menjelaskannya.
Saat Duchess hendak memanggil Ice, mulutnya langsung kelu. Matanya dipenuhi keterkejutan dan rasa takut saat melihat Nox muncul dari belakang Ice. Tersenyum dengan manis seperti biasanya.
Semua orang sedang bertanya soal kondisi Duchess pada Taufan, tidak ada yang memperhatikan Nox dan Duchess. Mereka berdua sadar sekali dengan hal itu.
Nox tersenyum lebih lebar, lalu mendekatkan tangannya pada leher Ice, seakan ingin mencekiknya. Duchess takut setengah mati, lalu berteriak sekeras yang dia bisa, membuat semua orang terkejut.
"Ada apa?" Duke segera mendekap istrinya. Napas Duchess menderu dengan sangat hebat, keringat kembali membasahi dirinya setelah sedikit mengering tadi.
"Mana...mana Count Muda?" Duchess menatap Duke dengan horror di dalam matanya. Tatapan yang membuat Duke semakin khawatir soal kondisi istrinya itu.
"Count Muda Nox ada di bawah, Istriku. Dia ingin tinggal di sini sampai Blaze benar benar sembuh total. Sekarang dia sedang meminta keperluan pada Count Reenberg"
Duchess semakin menderu. Dia tahu Iblis itu tidak akan melepaskannya sekali sudah ditandai. Dia tahu Iblis itu akan terus mencengkeramnya sampai dia mendapatkan apa yang diinginkannya.
Duchess sadar bahwa hari harinya akan sengsara jika Iblis itu tidak melepaskannya, maka apapun resikonya, dia akan melepaskan diri dari sangkar Iblis itu.
"Nox..." Duchess bangun dari ranjangnya, segera berlari ke bawah untuk bertemu dengan Nox. Duke, Zach, dan Raly bergegas mengejarnya. Blaze pun begitu, tapi melihat Ice tetap diam di ruangan, menarik minatnya untuk bertanya.
"Ice..."
"Ah...ya?"
Blaze mengerutkan alisnya, apa Ice sedang melamun? "Sejak tadi kamu terus melamun, ada apa?" Tanyanya
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
Fiksi PenggemarFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...