Keping Dua Puluh Tujuh

345 51 33
                                    

Kamu berjalan dengan ceria melewati lorong lorong. Malam ini adalah hari besar untuk kamu, dan kamu menyembunyikannya dari semua orang. Ini momen pribadi yang penting sekali!

Saat hampir sampai di kamar tujuanmu, kamu tersentak dan berasa bodoh tatkala kamu ingat kamu lupa membawa bunga yang kamu siapkan. Lalu kamu berlari lagi ke kamarmu, mengambil buket bunga Oriental Lily.

Kamar tujuanmu tertutup rapat, pemiliknya tidak mau diganggu.

Kamu menelan ludahmu saat menatap pintu itu. Berbagai macam ekspetasi lewat tanpa lampu merah melewati pikiranmu. Bagaimana kalau dia tak lagi menyukai kamu? Bagaimana jika dia tak lagi senang denganmu?

Kamu lalu teringat bahwa kamu berlaku jahat padanya di awal pernikahanmu. Kamu menyalahkannya untuk banyak situasi yang ada di luar kendalinya.

Kamu takut dia tak lagi melihat kamu dengan tatapan penuh sayang.

Tapi kamu menepis semuanya, kamu memberanikan diri mengetuk pintu itu.

"Blaze, ini aku" Katamu lantang.

Solar membukakan pintu untukmu. Begitu masuk, wangi bunga oranye yang akhir akhir ini menjadi favoritmu tercium, mengisi ruang ruang kosong di dalam hatimu.

"Aku kan sudah bilang jangan datang pagi pagi!" Dia terlihat manis meskipun rambutnya belum rapi, meskipun cemberut marahnya seram sekali.

"Ini sudah siang, Blaze. Pagimu itu sampai pukul berapa?" Katamu bingung. Dia mendengus, tapi langsung melihat ke arah buket yang kamu pegang.
"Ini buat kamu" Kamu memberikan buket itu padanya

"Buat apa?"

"Buat apa saja"

Kamu tak tau harus menjawab apa, karena yang kamu pikirkan saat memetik bunga itu adalah bahwa dia menyukainya.

Dia tersenyum berterimakasih padamu, merasa tingkahmu semakin lucu saja setiap harinya.

"Tuan Muda, silakan duduk" Solar menarik kursi untukmu, kemudian membantu dia merapikan rambutnya. Kamu melihat beberapa piring camilan yang ada di depanmu, namun tak melihat satupun piring camilan favoritnya.

"Kamu tidak makan scone?" Tanyamu yang heran

"Sudah habis tadi. Memangnya kamu mau?" Dia bertanya balik karena biasanya kamu tidak pernah menanyakan soal camilannya. Sebenarnya kamu tidak bertanya sebab camilan itu selalu ada di kamarnya dua puluh empat jam seminggu.

"Tidak, hanya aneh saja karena tidak ada di sini" Dia tertawa mendengar pernyataanmu. Setelah mengambil sepotong kue kering, kamu menyandarkan tubuhmu pada sandaran sofa, menghela napas saat kamu menatap kepala belakangnya.

Cermin di depannya memantulkan sebuah senyum yang indah sekali. Tawa kecil saat Solar bergurau sembari menyisir rambutnya, wajah seriusnya saat dia memasang sebuah lencana yang Putra Mahkota berikan padanya, kamu tak pernah menyangka akan menganggap semua hal itu berharga sekali buat kamu.

Kamu mengigit bibir dalammu saat kamu teringat bahwa kamu sering berpikiran buruk tentangnya. Kamu hanya melihat kesialanmu dan terus menyalahkannya dulu, dan sekarang kamu duduk di kamarnya, menunggu dia agar kamu bisa menghabiskan waktu dengannya.

Kamu selalu berkata kamu tidak akan menganggapnya sebagai siapapun, namun nyatanya kamu melakukan yang sebaliknya saat ini.

Beberapa hari lagi kamu akan mendapatkan gelarmu, dan kamu telah merencanakan hari hari menyenangkan saat kalian berdua menjalankan wilayah kekuasaan kalian.

Tak apa jika kisah cinta kamu tak lazim, biarlah saja orang mau berkata apa karena kamu sudah tahu apa yang ingin kamu lindungi sekarang.

"Sudah. Kita mau ke mana?" Dia bertanya sambil mendekat padamu. Kamu memang mengajaknya keluar, namun kamu tak mengatakan padanya hendak ke mana kalian.

BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang