Keping Dua Puluh Delapan

425 49 115
                                    

EGOISME,

Adalah naluri alami manusia. Pada zaman ini, tidak ada lagi manusia yang tak memiliki egoisme. Setidaknya sekali seumur hidup kita pernah mengharapkan sesuatu.

Apa saja, cinta, harta, teman. Rasa sayang.

Di antara sebagian dari kita ada yang pasrah saja pada jalan hidupnya, lalu sebagian lagi berjuang dengan keras untuk mendapatkan keinginannya.

Adapula sebagian kecil yang berusaha dengan baik tanpa menggunakan banyak tenaga. Mereka menggunakan otak dan akalnya untuk mendapatkan keinginan itu.

Sebagian kecil tersebut bisa dibagi lagi menjadi dua kelompok yang bedanya tipis sekali. Kelompok pertama, menggunakan sedikit usaha orang lain agar mereka dapat melangkah lebih dekat pada keinginannya, lalu mereka akan berusaha sendiri.

Sementara kelompok satunya, menggunakan usaha orang lain, kekuatan orang lain, dan relasi orang lain. Satu satunya yang dilakukan oleh mereka adalah menggerakkan pionnya dari belakang, mengatakan pada pion pionnya mereka harus bergerak ke mana, menyerang siapa, memanfaatkan siapa. Maka mereka bisa duduk diam menikmati pertunjukkan yang pionnya buat.

Mereka duduk pada tahta yang pion pion itu buat, tersenyum pada kepalsuan hidup.

Dua kelompok inilah yang sebenarnya membuat makna dalam kata Egoisme. Dalam kedua kelompok ini, Egoisme bukanlah perasaan di mana manusia ingin memiliki segalanya.

Bagi mereka, Egoisme adalah rasa yang membuat mereka bisa duduk di tahta mereka. Menginjak injak orang lain dengan senang.

Kembali pada masing masing dari mereka, ada yang menyesalinya, ada yang membanggakannya.

"Untuk apa kamu ingin menemuiku, Nox Reenberg? Aku kira kamu tidak akan mau bertemu dengan tikus menjijikan sepertiku" Raly menjaga jarak dari Nox.

"Benar sekali, aku senang kamu tahu bahwa kamu adalah tikus yang menjijikan. Tapi Andralia Lieze..." Nox duduk di kursi, menopang dagunya dengan kedua tangan. Dia memang memanggil Raly intuk  meminum teh bersama. Di sampingnya sana sudah ada Dylan, menuangkan teh pada masing masing cangkir.

"Aku cuma mau bertanya beberapa hal sama kamu" Laniutnya. Raly menggertakkan giginya, menolak duduk di kursi yang disediakan untuknya.

"Aku tidak mau duduk"

"Baiklah, kalau begitu berdirilah di sana selama aku menanyakan pertanyaannya"

Dylan mengambil kursi yang seharusnya untuk Raly, kemudian mengeluarkannya dari kamar Nox karena Raly sudah memutuskan tidak mau duduk.

Melihat itu, Raly mendengus. Entahlah, dia seharusnya tahu Nox tidak akan menawarkan sesuatu dua kali.

"Jadi, Nona Andralia. Aku hanya ingin tahu sedikit lagi tentang...tujuanmu"

Raly menatap Nox tajam. Dia tahu penerus Count Reenberg itu adalah orang yang dapat mengubah segala macam situasi sesuai dengan keinginannya. Kalau dia tidak berhati hati, bisa jadi ini adalah jebakan yang dibuka untuknya agar Nox bisa segera menyingkirkan dia dari kediaman de Arnauth.

"Bukankah kamu sudah tahu tujuanku, Reenberg?" Nox mengangkat gelas anggurnya, menatap sampanye yang Dylan tuang perlahan mengisi gelas yang cantik itu.

"Apakah kamu ingin membunuh adikku lagi di kehidupan kali ini?"

"Mengapa kamu sangat terobsesi pada anak haram itu?"

"Mengapa kamu sangat terobsesi pada kedua putra de Arnauth?"

Raly terdiam. Sesaat tadi dia lupa dengan siapa dia bicara.

BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang