"Pengantin Pria akan memasuki ruangan upacara"
"Itu Blaze Reenberg?"
"Memang wajahnya cantik sih, tidak heran keluarga Reenberg begitu percaya diri"
"Percuma cantik tapi luluh dengan harta"
"Kenapa jadi bawa bawa harta?"
"Mereka menikah karena Reenberg perlu diselamatkan. Keuangannya menipis""Berisik" Mereka diam saat Blaze tiba tiba berteriak pelan sambil melotot. Ini kan hari yang suasananya harusnya senang ya? Kalo pada bisik kanan bisik kiri gini kan jadi beda hawa.
Kalo satu dua orang doang ya okelah, silakan. MASALAHNYA INI SEMUA TAMU UNDANGAN!
Di ujung altar sana, Duke Muda Ice de Arnauth menatap dalam diam. Bukan terpesona atau semacamnya yang romantis. Ice, sedang melihat mangsanya.
Pernikahan kontrak itu hal yang sangat sangat lumrah bahkan hampir wajib di setiap keluarga pada masanya. Pernikahan kontrak ada karena dapat saling memberi keuntungan pada kedua keluarga. Dan latar belakang pernikahan ini pada dasarnya hanyalah karena uang.
Duke Arnauth adalah salah satu pemegang kekuasaan tertinggi setelah Kaisar, maka tak diragukan kekayaannya. Sementara Reenberg, tadinya adalah keluarga yang cukup tinggi, namun kekalahan dalam perang membuat keluarga tersebut memiliki krisis ekonomi. Uang mereka hampir habis karena menutupi biaya perang.
Satu satunya yang diharapkan adalah adanya bantuan dari keluarga lain. Hey, hey nanti dulu. Siapa yang mau membantu keluarga yang hampir jatuh? Mana ada untungnya.
Pilihan terakhir, pernikahan kontrak. Duke Reenberg tak main main memilih target. Surat kontrak tersebut langsung dikirimkan ke kediaman de Arnauth.
Entah apa keuntungannya, namun Duke de Arnauth menyetujui adanya pernikahan tersebut. Kabar diterimanya kontrak itu membuat Kekaisaran terguncang. Siapa yang menyangka kalo Duke Muda de Arnauth dan Putra Bungsu Reenberg adalah gay?
Aset Reenberg yang sangat dijaga adalah Blaze Reenberg. Aih aih, rupawan betul anak laki laki terakhir keluarga Reenberg itu. Anak itu selalu terlihat di perkumpulan bangsawan, namun tak pernah terlihat di daerah peperangan.
Alhasil beredarlah rumor bahwa anak bungsu Reenberg tak bisa menggunakan pedang.
Alih alih peduli, Reenberg terus menyembunyikan anak bungsunya dari medan perang. Hal ini semakin memicu rumor tersebut. Namun, paras tetap paras.
Siapa peduli soal pedang kalo wajahnya oke?
Putri Bangsawan selalu mengutamakan paras. Bukannya begitu? Bahkan hukum di dunia zaman sekarang, tetap begitu. Paras di atas segalanya. Setelah paras, ya harta.
"Atas kemurahan hati sang Pencipta. Kedua orang yang ditakdirkan telah dipertemukan. Kami sebagai saksi, adalah orang yang menyatakan bahwa takdir yang ditentukan telah menjadi jalan abadi. Silakan saling memasang cincin"
Blaze menjulurkan tangannya, memperhatikan tangan Ice yang seakan jijik menggenggam tangan Blaze. Saat giliran Ice dipasangkan, Ice buru buru mengambil cincinnya, memasangkan sendiri cincin itu di tangannya.
Tamu undangan seluruhnya menahan tawa. Pernikahan itu, jelas adalah bencana.
"Kalian, resmi menjadi pasangan suami istri. Ekhem. Suami-suami. Silakan" Blaze menahan napasnya. Blaze sih gak banyak ngarep. Kalo cincin aja gak mau dipakein, ngapain juga Ice mau ciuman, kan?
Blaze mendekat ke pipi Ice dengan cepat. Menutup kedua wajah mereka dengan buket yang dipegang. Gak, mereka gak ciuman. Mereka cuma deket deketan muka aja. Biar keliatan kissing.
Upacara selesai, gak ada lagi acara penting. Cuma resepsi dan sapa menyapa tamu.
Ice menengok ke sana ke sini. Mencari mangsanya yang dari tadi gak kelihatan ekornya. Ke mana kelinci itu pergi saat Singa mencari?
Di situ.
"Capek anjay lah. Kagak tau gua resepsi secapek ini" Blaze berbicara dengan bahasa yang aneh. Itu bukan bahasa Kekaisaran mereka. Bahasa apa?
"ENCOK ANJAY" Blaze berteriak lagi.
"Sedang apa kamu?"
"Oh...eh...Ice...eh, Duke Muda, eh, eh begini, saya...saya sedang meluruskan kaki saya. Kaki saya sedikit sakit." Blaze menggaruk tengkuknya.
Ice diam saja tanpa bicara apa apa selama beberapa menit. Suasananya benar benar seperti Singa sedang menatap kelinci mangsanya.
"Dengar, Blaze Reenberg." Blaze menahan napasnya tegang. "Saya, sampai kapanpun, tidak akan menganggap kamu sebagai pasangan saya kecuali di situasi tertentu. Kamu mengerti?"
Ice de Arnauth. Orangnya dingin. Kata katanya mutlak. Jika dia mengatakan A, maka yang dijalankan adalah A. Jika dia bilang B, maka harus segera dilaksanakan. Apapun resikonya, apapun akibatnya.
Jika dia menegaskan bahwa Blaze bukan siapa siapa. Maka akan terus begitu hingga mereka berdua menjadi sejarah di masa depan. Tapi. Apa benar begitu?
"Baik, Duke Muda." Blaze menunduk sopan.
Ice beranjak pergi dari sana dengan bergegas. Dia malas lama lama dengan Blaze. Rasanya jijik. Dijual oleh keluarga demi harta.
Rasanya tak ada yang lebih hina dari Blaze. Lemah. Tak bisa menggunakan pedang. Selalu ada di bawah perlindungan nama Ayahnya. Kerjanya cuma hadir di perjamuan bangsawan, dan lainnya yang harusnya dikerjakan oleh Putri.
Ice menolak mentah mentah pernikahan kontrak itu. Namun Ayahnya, Duke de Arnauth, melihat sesuatu yang tak dilihat oleh Ice. Anak itu tak bisa berbuat apa apa. Perintah Ayahnya adalah perintah wajib baginya.
Terjadilah pernikahan itu. Menurut orang orang, pernikahan ini tak akan bertahan lama karena Ice jelas membenci Blaze dengan seluruh jiwa raganya.
Di balkon dengan lentera temaram kebiruan itu, Blaze duduk di sofa 2 orang yang ada di sana. Menatap bulan yang entah mengapa makin dilihat makin cantik saja rupanya.
Lama mendengar angin bernyanyi, lama melihat Bulan bersinar, Blaze mengeluarkan sebuah benda kecil.
Ponsel.
"Sistem, apa sudah di akhir chapter?"
"Jawab, chapter 1 telah habis. Pemain dapat kembali"
"Kembali"
"Perintah diterima. Kembali."
Ruangan 3x3 itu sama seperti saat Frostfire meninggalkannya tadi. Berantakan. Bekas mie instan, gelas belum dicuci. Tas yang ngelembrek di kasur. Cucian yang menggunung. Tipe kamar orang mageran deh pokoknya! Kaki yang pegal itu melangkah keluar dari lemari kayu di pojokkan.
"Capek banget bejirlah. Encok bintang 1" Frostfire meregangkan badannya di kasur.
"Laporan, Chapter 1 telah tamat. Achievement : Charisma +1, Intellegence +1" Demikian ponsel itu mengeluarkan suara.
"Achievementnya gak fair banget. Anjir anjir"
"Frostfire...?"
Frostfire berdiri dengan shock.
"NGAPAIN LO DI SINI, TONG?"
"LO HABIS NGAPAIN, EGO?"
Gentar sama Frostfire bingung. Frostfire...tiba tiba keluar dari lemari...? Gentar juga...kenapa bisa ada di kamar Blaze...?
Ini ada apa? Aku siapa? Aku di mana? Mamaku siapa? Kamu siapa?
Mereka berdua masih diem dieman dalam bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
FanfictionFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...