WARNING : CHAPTER DI BAWAH INI MENGANDUNG NOX REENBERG.
KONTEN di bawah ini memiliki kalimat kalimat negatif yang berbahaya untuk sebagian pembaca karena dapat merubah perspektif masing masing orang pada kerabat dan orang di sekitar. Diharapkan kepada para pembaca untuk dapat dengan baik membedakan yang tidak patut ditiru dengan yang dapat ditanamkan pada pikiran sendiri. KARAKTER NOX dapat mengatakan hal hal negatif yang sangat tidak disarankan untuk pembaca.
◢◤◢◤◢◤◢◤◢ WASTED EMOTION ◤◢◤◢◤◢◤◢◤
"Jadi, Ice de Arnauth" Nox menatap segelas teh yang ada di depannya "Mau kamu apakan kebenaran yang sudah ada di depan matamu?"
Ice diam.
Sebenarnya, saat Duchess 'memimpikan' hal hal mengerikan itu, Ice ikut memimpikan segalanya. Entah bagaimana Nox melakukannya, namun Ice melihat semua itu.
Duchess yang meratapi kematiannya dan Blaze, Duchess yang mengatakan segalanya dengan lantang, Nox yang menekan mentalnya, segalanya. Di mimpi itu, saat Nox ada di hadapan Duchess. Ada Ice di belakangnya, namun Duchess sama sekali tak melihat itu. Dia tidak melihat Ice hadir di sana.
Ice mati matian menahan emosinya, menahan perasaannya agar Nox tidak melihat titik lemahnya. Namun mau bagaimana? Ice tidak bisa lagi melihat Ibunya seperti kemarin kemarin.
Memang itu Ibunya, tapi ntah mengapa sekarang terasa begitu berbeda untuk menganggapnya seperti itu.
Ice mencoba mengenyahkan pikiran pikiran yang tak berguna, mencoba menanamkan kembali kepercayaan penuh pada Ibunya, namun Nox lebih dulu menginjak kepercayaan itu. Menimbunnya dengan tanah yang baru. Tanah yang terdapat banyak sekali zat buruk di dalamnya.
Tapi pikiran Ice sulit menolak apa yang Nox tanamkan. Memang jahat sekali orang itu, bisa bisanya dia mengalihkan haluan seorang anak pada Ibunya, namun menurut Nox...menurut Nox, siapapun itu, jika dia begitu melukai hati, tidak peduli kerabat, sahabat, teman terdekat atau siapapun.
Kalau memang dia menyakiti, maka jangan ulurkan tanganmu padanya. Karena kamu malah menyakiti diri sendiri dengan hal itu.
Kamu menolong monster yang menyakiti kamu. Nox tidak mau menjadi orang bodoh yang mengorbankan diri sendiri untuk orang lain. Peduli apa? Memangnya orang peduli sama kamu?
"Aku tidak tahu, Count Muda"
"Tatap aku, Ice de Arnauth" Ice mengangkat kepalanya. Matanya berkaca kaca, sedikit berkilau di bawah sinar Bulan yang kian membulat setiap malamnya.
"Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu merasa mengkhianati Ibumu? Apa kamu merasa jahat kepadanya? Kamu merasa gagal menjadi Putranya? Kamu merasa bersalah atasnya? Kamu merasa tertekan karenanya? Apa yang kamu pikirkan?"
Ice menelan ludah. Nox berhasil membaca pikirannya dengan sangat baik, seperti sudah lama sekali mengenalnya.
"Ibu merasa bersalah atas perbuatannya" Ice meyakinkan dirinya sendiri
"Hooo?" Nox mengangkat gelas tehnya, melihat dengan baik cangkir itu "Apa kamu lihat cangkir ini, Ice de Arnauth?" Katanya sambil tersenyum seperti biasa
"Cangkir ini adalah kamu, lalu teh ini, adalah Yang Mulia Duchess" Nox kemudian mengambil piring teh, memukulkannya pada cangkir itu, namun cangkirnya tidak pecah sama sekali. Malahan piring teh yang sedikit retak.
"Kamu sangat menyayangi Ibumu hingga kamu melindunginya dari segala jenis bahaya" Nox meletakkan piring itu di atas cangkir "Sekarang piring ini adalah kesalahan kesalahan kecil Ibumu, yang mana bisa kamu sangkal kesalahan itu. Kuat sekali kamu melindunginya"
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
FanfictionFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...