Keping Dua Puluh Sembilan

511 46 75
                                    

CHAPTER ini mengandung unsur unsur sensitif 18 tahun ke atas yang mungkin membuat tidak nyaman sebagian pembaca. Dalam chapter ini juga mengandung kata kata kasar dan sensitif yang sebaiknya tidak dicontoh dalam kehidupan nyata. Kami berharap kebijakan pembaca masing masing.

𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂

"Aku ingin pulang, Kak" Kamu menelan ludahmu.

Hembusan angin membuat rambutmu mengibas ke arah angin membawanya. Malam ini bulan telah bulat sempurna. Matahari sangat berbaik hati karena mau membagi sinarnya pada Rembulan. Matahari membagi cantik yang tak bisa dilihat manusia dengan mata pada Rembulan agar manusia dapat melihat cantik sinarnya pada kedua benda langit itu.

Sepertinya Kakakmu pun sangat menyukai bulan purnama yang cantik. Bahkan dia tak merespon ucapanmu karena matanya berfokus pada bulan.

"Bawa aku pulang, Kak. Aku ingin pulang" Kamu mengulang perkataanmu

"Kamu tak ingin menghancurkan keluarga de Arnauth lebih dari ini?" Kakakmu tak bergerak sama sekali dari posisinya.

"Aku pikir ini cukup. Mereka akan hancur perlahan lahan dari dalam. Aku yakin"

Kamu bohong.

Kamu tak meyakini hal itu. Kamu sama sekali tak meyakininya, bahkan kamu tak mengharapkan hal itu untuk terjadi sama sekali.

"Kamu ingin kembali ke kediaman?"

"Iya..."

Kamu bohong.

Kamu sama sekali tak mau kembali ke neraka itu. Kamu ingin bersama kekasihmu di sini, kamu ingin merasakan hangatnya peluk dan kasih di sini. Kamu sama sekali tak mau kembali ke neraka yang penuh dengan iblis dan setan itu. Kamu ingin berada di padang bunga ini.

Kamu masih mau memeluk kekasihmu, kamu masih mau menciumnya di tengah rasa sepi. Kamu masih ingin memegang tangannya, memeluk tubuh besarnya, menatap ke dalam lautan es di dalam matanya.

Kamu sangat menginginkannya.

"Aku tahu kamu berbohong padanya di lorong" Kakakmu tetap tak bergerak dari tempatnya "Kamu tak pernah mendapatkan tugas konyol itu"

Kamu menatap punggung Kakakmu. Dari sisi manapun, bahunya tetap tegap dan kokoh. Dari belakang apalagi. Gagah sekali meskipun tubuhnya tak besar seperti para kesatria ataupun kedua Putra de Arnauth.

Kakakmu dengan anehnya selalu tahu apa yang akan dan telah terjadi. Kakakmu dengan anehnya dapat mengetahui secara jelas apa yang ada di pikiran orang orang di sekitarnya.

Kakakmu selalu dengan hebatnya memprediksi segala hal.

"Itu bukan masalah" Katamu

"Mengapa kamu menipunya?"

Kamu menutup matamu saat dadamu nyeri. Kamu sakit hati sekali. Kamu mengingat kembali wajah terkejutnya di lorong sore tadi, kamu mengingat kembali bagaimana dia kebingungan pada kebohongan yang kamu buat.

Sungguh sakit saat mengingat kembali bagaimana kamu menatapnya dingin. Kamu merasa nyeri, kamu merasa sakit mengatakan hal hal itu. Kamu tak kuasa melihat wajahnya hingga kamu bergegas kembali ke kamar dan meninggalkannya diam di lorong.

Kamu takut kamu menangis di depannya. Kamu takut dia melihatmu menjadi pecundang cengeng yang biasanya hanya menangis.

"Kamu memiliki perasaan yang sungguh sungguh pada anak bodoh itu, kan?"

BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang