Keping Dua Puluh Lima

397 47 54
                                    

Nox bersama Dylan mendekati Blaze yang duduk di bangku bawah pohon tempat latihan berpedang. Anak itu memang selalu senang melihat orang lain latihan berpedang karena dirinya tidak bisa menggenggam senjata besi itu.

"Kamu menikmati hal hal seperti ini ya" Nox duduk di samping Blaze

"Menyenangkan saja, Kak"

Ice berlatih tidak jauh dari bangku itu. Kelihatannya dia sangat kewalahan melawan Zach yang staminanya jauh lebih besar. Tapi Ice sendiri gesit dan cepat, meskipun staminanya tingkat udang, tapi kecepatannya tingkat nyamuk yang mau ditepuk gak bisa bisa(Jokes absurd🗿)

Meskipun tidak terlalu kelihatan, tapi Zach sedikit kesulitan mengkalkulasi di mana serangan Ice berikutnya.

Ah, bagaimanapun, Zach akan selalu menang.

"Sial" Ice berdecak saat serangan balik Zach mampu membuatnya tidak bisa bergerak. Kakaknya itu tertawa kecil, menyemangati Ice dia bisa lebih baik lagi. Kesal sedikit, Ice menengok ke sana ke mari, tersenyum saat dia akhirnya bisa melihat Blaze.

Ice mencuci wajahnya dengan keran air di dekat kursi, kemudian mendekatinya.

"Kamu lelah?" Blaze menyodorkan selembar kain saat Ice menggeleng. Dia belum lelah, hanya sedikit kepanasan.

"Kamu selalu berlatih seperti itu?" Blaze bertanya lagi

"Memang begini latihan berpedang"

"Aku kira hanya prajurit yang berduel" Kalimat Blaze berhasil menarik minat Ice. Bukankah latihan berpedang selalu seperti itu? Kalau tidak dengan batang kayu atau rintangan buatan, ya berduel dengan orang yang kemampuannya setara atau di atas. Memangnya mau berlatih bagaimana lagi?

"Mengapa hanya prajurit?"

"Semenjak aku bisa mengingat dengan jelas, aku hanya melihat para Prajurit yang berduel. Kakak kakakku tidak pernah berduel"

Ice mengerutkan alisnya. Latihan sendiri saja tidak akan begitu mengasah kemampuan. Setidaknya sesekali harus berlatih dengan orang lain yang lebih mampu.

"Itu karena aku dan hewan hewan itu berlatih dengan metode yang berbeda. Sesekali saja kita berduel" Nox menjelaskan "Metode Reenberg sangat berbeda. Yang berduel satu lawan satu hanya prajurit saja, calon calon penerus harus berlatih pedang 1 lawan 10 prajurit dewasa sejak berumur tujuh atau delapan tahun. Lawannya akan ditambah dua orang setiap umurnya bertambah satu tahun.
Kamu tidak pernah melihat kami berlatih karena kamu selalu mengurung dirimu di kamarmu, Blaze."

Blaze dan Ice mengeluarkan ekspresi kaget dan bingung yang hampir mirip. Bukankah itu sama saja berniat membunuh anak anak?

"Omong Omong, Ice de Arnauth. Teknik berpedang mu jelek ya" Mendengar itu, Ice serasa ditimpa batu yang berat sekali

"A-aku pikir aku melakukannya dengan baik, Kak" Jawabnya ragu

"Kuda kudanya benar tapi kamu memakai terlalu banyak stamina pada seranganmu. Seharusnya yang kamu perbanyak adalah mana bukan stamina"

Nox berdiri, menarik pedang milik Dylan dari sarungnya, kemudian melepaskan jubahnya. Menyisakan kemeja berwarna putih bersih.

"Mari, Tuan Muda kedua. Dengan hormat aku mengajakmu berduel"

Ice tertarik dengan ajakan itu, segera mengikuti langkah Nox.

"Jangan menyusahkannya, Kak!" Blaze berteriak dari bangkunya. Dia merasa Kakaknya sedang ingin jahil dan pamer saja. Sebentar lagi juga Ice bakal dikerjai.

Ice cukup percaya diri, jadi dia hanya bermain main dengan Nox. Nox sendiri oke saja bermain main, karena dia tau kemampuan semua orang yang ada di depannya. Tidak perlu lama bagi Nox untuk mengalahkan Ice, dan itu membuat semua orang yang ada di tempat latihan menjadi termangu.

BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang