"Salam untuk Kakak" Blaze menunduk dengan tangan disungkupkan ke dada kiri.
"Salam untuk Count Muda Nox dari Reenberg" Solar mengikuti dengan bungkukkan tubuh empat puluh lima derajat.
"Salam untuk adik yang paling aku sayangi" Mau bagaimanapun, di mata Nox, Blaze adalah Burung Kenari miliknya yang paling cantik. Lebih cantik dari Lady dari keluarga manapun. Dylan tiba tiba muncul di sampingnya, memberikan sepasang sarung tangan putih lalu membantu Nox mengganti sarung tangannya yang terkena tubuh Raly.
Blaze harus bersih dari kotoran apapun.
"Bagaimana kabarmu?" Nox menggapai tangan Blaze sambil sedikit membungkuk agar dapat menyamai pandangan dengan Adiknya itu. Mendekatkan tangan Blaze ke hidungnya kemudian.
Wangi Blaze selalu sama. Parfum apapun yang dipakai, wangi tubuh Blaze selalu tetap sama karena sedari kecil selalu mandi dengan air bunga yang tak pernah berganti jenis bunganya. Wangi bunga Lily Oriental itu selalu melekat pada tubuh Adik bungsu keluarga Reenberg.
"Aku baik, Kak. Bagaimana dengan kakak?" Blaze bersikap senyaman mungkin dengan tingkah Kakaknya yang membuat canggung."Aku baik baik saja selama kamu baik baik saja. Ikutlah berbincang dengan-, oh..." Nox terdiam saat menyadari tidak ada tempat untuk Blaze duduk. Cuma tersisa tempat duduk miliknya.
"Hmmm...bagaimana, ya?" Gumam penerus keluarga Reenberg itu. Matanya melirik Raly sedikit, membuat Nona angkat berambut kuning berkilau itu menunduk.
"Pelayan, bawakan sofa lain untuk-"
"Tidak perlu, Yang Mulia. Saya akan kembali ke kamar" Nox tidak senang atas penolakan Blaze, tangannya langsung menggandeng Blaze untuk duduk di tempatnya.
"Saya akan berdiri di sini"
"Maaf, saya tidak enak badan. Saya ingin beristirahat dulu. Permisi" Raly membungkuk, kemudian beranjak pergi ke kamar.
Meski salah satu sofa telah kosong, Nox tetap berdiri di samping Burung Kenari Emasnya. Meninggalkan rasa canggung dan tidak enak pada keluarga de Arnauth.
Senyum ramah yang sulit diartikan dan nada bicaranya yang riang masih keluar dari seorang Nox. Seakan menjelaskan kalau Blaze nyaman, maka dia akan nyaman.
Duke tetap meladeninya meski tidak enak hati. Bagaimanapun, Nox tau apa yang dilakukannya.
Sementara itu, Blaze tampak senang senang saja atas tingkah kakaknya. Memang membuat malu dan canggung, tapi yang paling penting kan diri sendiri. Bisa duduk saja sudah oke.
"Aku ingin bicara denganmu nanti" suara Ice terdengar berbisik di telinga Blaze. Anak itu mengiyakan, terserah Ice saja.
Blaze yang baru merasa rileks, harus menegakkan punggungnya saat tangan Nox memegang bahu anak itu. Fokus bicaranya masih pada Duke, tapi Nox tampaknya ahli sekali dalam membagi perhatiannya.
Berterimakasihlah atas kursi itu, Adik kecil
"Maafkan saya, Yang Mulia dan Count Muda" Solar tiba tiba bersuara "Tuan Muda Blaze perlu mengerjakan sesuatu saat ini"
"Ah, benar. Maafkan aku, Kak, maaf Yang Mulia, saya harus pamit sekarang. Mari kita bicara lagi nanti, Kak" Blaze berkeringat, segera mendekati Solar.
"Jika saya boleh tanya dan tahu, pekerjaan apa yang Adik manisku ini harus kerjakan saat ini juga?" Mata berwarna ungu itu sedikit melebar saat perasaan tidak terimanya muncul. Kakaknya ada di sini, mau ke mana anak itu?
Blaze menelan ludah, masih berusaha memantapkan senyumannya.
"Begini, kak" Dia memberanikan diri membisikkan sesuatu pada Nox, membuat kakaknya itu tersenyum canggung setelah mendengar alasannya.
"Silakan kalau begitu"
"Terimakasih, Kak"
Solar mengikuti Blaze di belakang. Membantu menutupi punggung Blaze dari tatapan Nox yang tak kunjung beralih.
𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄃𝄂
"Gila. Mau mati rasanya"
"Saya kira Anda dekat dengan Count Muda Nox"
Blaze cuma diam. Tidak berniat menanggapi pernyataan dari mata mata Duke yang ada di sisinya itu.
"Anda belum percaya dengan saya, ya?" Solar masih penasaran
"Lihat saja sendiri. Pakai tanya segala" Blaze menanggapi seadanya sambil duduk di spot favoritnya.
"Kalau boleh tahu, alasan apa yang Anda gunakan baru saja?"
Tuan Mudanya itu diam sebentar, lalu menengok ke arah Solar. Menatapnya lekat beberapa lama.
"Aku mengatakan padanya aku menyiapkan sesuatu untuknya. Dia selalu tersipu saat aku mengatakan hal hal khusus. Masa bodoh kenapa" Blaze melihat keluar jendela lagi.
"Tampaknya Beliau lebih menyeramkan dari yang saya duga"
"Bisa jadi"
Mereka akhirnya setuju pada satu hal
"Jadi Anda akan memberikan apa?"
"Apa saja deh. Bunga juga bisa"
"Akan saya carikan bunga yang cocok untuk Count Muda"
"Tidak usah. Aku sudah tahu mau memberikan bunga apa" Blaze semakin sayu
"Kalau begitu biar saya carikan bunga tersebut untuk Anda"
"Oriental Lily
"Bunga yang sering Anda gunakan saat mandi?"
"Iya"
Solar merasakan hawa tidak enak yang tiba tiba melekap di kamar Kupu Kupu. Ia melihat Tuan Mudanya yang menatap ke arah gazebo tempat Ice, Zach, dan Raly suka berkumpul.
Kepala Pelayan termuda de Arnauth itu meluangkan ruang di otaknya untuk sedikit memikirkan Tuan Muda yang belum diterima benar di keluarga barunya ini.
Yang didengar olehnya hanya skandal tidak kreatif yang selalu berputar putar di antara tidak bisa menggunakan pedang dan sentimen. Tidak ada yang membela atau sekadar menyangkal hal hal tersebut, meski mereka tahu Blaze bukan orang yang seperti itu. Kecuali soal pedang. Tidak ada yang membelanya.
Bahkan keluarga Reenberg.
Tuan Mudanya itu selalu membelakangi orang orang. Menjauh dari kehidupan ksatria dan politik. Ia menutup telinga dari segala jenis kritik berbahaya yang mencekik mental.
Aset keluarga Reenberg yang dikelilingi duri.
"Percayalah pada saya mulai sekarang, Tuan Muda" Solar menuangkan teh di depan Blaze. "Karena saya memilih berjalan di belakang Anda"
Blaze tersenyum tanggung. Senang dengan pernyataan mendadak Solar. Perasaannya sudah lebih baik, ia melepaskan bebannya dengan seutas helaan napas yang halus.
Akhirnya mau menghadap Solar dan berhenti menatap gazebo.
"Perbaikilah suasana hati Anda. Saya tidak mau Count Muda Nox menghancurkan Duchy karena Anda tidak senang di sini" Blaze tertawa mendengar gurauan Solar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
FanfictionFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...