"Tuan, Count Muda meminta bertemu Anda."
"Biarkan dia masuk"
Blaze menatap keluar jendelanya. Bulan tampak lebih besar dan bersinar malam ini. Tapi mau bagaimanapun, bulan akan tetap selalu cantik.
Teh dengan kepulan asap di depannya mengeluarkan wangi lavender yang menenangkan. Jika bisa, Blaze ingin malam malamnya sedamai dan setenang ini.
"Aku lihat kamu sedang menikmati waktu terakhirmu di kediaman Reenberg. Apa aku mengganggu?"
"Tidak, Kak. Kakak tidak pernah mengganggu" Blaze tersenyum miris.
"Blaze Reenberg. Adikku sayang. Jika krisis ini tak ada, kamu akan tetap di sini. Kamu akan terus bersama kakak. Kamu akan lebih bahagia di sini. Benarkan, Blaze?"
Nox, Kakak Tertua Blaze a.k.a calon penerus Count Reenberg adalah orang yang pintar dengan kata kata. Tindakannya selalu 4-5 langkah lebih jauh daripada kata katanya.
"Jawab aku, Blaze Reenberg" Nox mengelus pipi Blaze lembut sambil memandang adik bungsunya itu.
"Siapa yang tidak bahagia bersama pria seperti kakak"
"Benar. Begitulah seharusnya, Blaze. Begitulah seharusnya. Mau dinikahkan dengan siapapun, kamu tetap milik Reenberg." Tubuh tinggi itu membungkuk demi dapat mencium wangi Adiknya.
Blaze menahan napas. Salah tingkah atau salah bicara saja dapat menyebabkan kelembutannya berubah menjadi sentuhan mematikan.
"Jika de Arnauth berani melukaimu, aku akan membawakan kepala mereka ke bawah kakimu"
"Kakak memang yang paling memperhatikan aku. Sedih rasanya aku harus meninggalkan Kakak"
Nox menyeringai. Kalimat penuh kebohongan yang dilontarkan Adiknya, membuatnya semakin merasa perlu mengekang burung kenari di depannya itu.
Burung kenari ringkih yang ada di dalam sangkar. Menunggu dipindahkan ke sangkar lainnya karena telah dijual pada orang lain.
Burung kenari ini, terlalu berharga untuk siapapun di dunia.
"Aku akan berkunjung ke Duchy setiap ada kesempatan."
Nox menggenggam tangan kanan Blaze, lalu menciumnya sebelum pergi dengan seringaian.
Nox Reenberg itu orangnya menjijikan.
"Duduk diam seperti tuan putri saja kamu sudah diperhatikan oleh banyak pasang mata, ya?"
"Bicara di dalam, Izekiel"
"Tch" Izekiel Reenberg, kakak terakhir Blaze, langsung mendekati Blaze yang menatap keluar jendela. Ia menikmati bisikan angin yang tengah bercerita padanya.
Setidaknya begitu sebelum Nox tadi datang.
"Kamu bersikeras menolak, kenapa tiba tiba menerima pernikahan politik ini, heh? Menikah dengan...laki laki pula" Izekiel menggaruk tengkuknya.
Blaze masih menatap keluar jendelanya. Teh ini sudah diberi madu, kenapa masih begitu pahit?
"Izekiel. Kamu hanya belum tau apa itu rasa takut dibuang" Blaze meminum tehnya.
"Apa...jika kamu meminta tolong pada Kak Nox, dia pasti akan membantu kamu menolak. Maksudku, lihat saja sikapnya padamu. Kamu tinggal merengek sa-"
"Izekiel." Blaze berdiri, kemudian berjalan menuju pintu, membukanya dengan lebar "Bahkan sampai mati pun, aku tak akan meminta bantuan pada orang orang Reenberg."
Izekiel menelan ludah. Blaze Reenberg adalah aset dalam sangkar. Aset yang begitu menyilaukan. Namun jika dilihat dari kegelapan, aset yang bagai burung kenari emas itu dirantai hingga dia tak lagi dapat menggunakan sayapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/363830881-288-k937324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN (𝐔𝐒) THEM-ICELAZE [BoboiboyShipAU]
FanfictionFrostfire Vincent dan Blaze Reenberg punya suatu kesamaan. Terlepas dari Frostfire Vincent yang selalu menganggap hal hal menyedihkan sebagai sesuatu yang tidak perlu dianggap beban, kadang kala dia tidak menolak perlakuan hangat. Meskipun Bl...