11

19.8K 1K 4
                                    

Umi menghela nafas setelah memeriksa keadaan Rubi yang sudah membaik. Semua orang yang ada di sana harap-harap cemas menanti kabar tentang kesehatan Rubi. Kecuali Tania, tentunya Tania tidak peduli tentang apapun yang terjadi di asramanya. Tania sekarang sedang tertidur lelap diatas ranjangnya, karena terlalu banyak menggunakan energi hari ini.

"Syukurlah keadaan Rubi baik-baik aja". Ucap syukur sang umi.

Mendengar pernyataan dari umi membuat seluruh santri yang ada didalam asrama menjadi lega. Untunglah tidak terjadi apa-apa kepada Rubi.

"Memangnya Rubi tadi kenapa umi?". Tania Kia yang penasaran dengan keadaan Rubi tadi.

"Jadi begini, sebenarnya lebih baik kita rahasiakan saja dulu dari Rubi karena ini dapat mempengaruhi kesehatannya. Dan satu lagi, umi mau tanya sama kalian siapa yang buat Rubi jadi tersadar lagi tadi?".

"Maksudnya umi?".

"Siapa yang udah bantu Rubi disaat Rubi tiba-tiba menatap kosong?"

"Tania umi. Tadi dia ada mendekat kearah Rubi terus kami ga tau Tania bisikin apa ke Rubi. Yang pasti tiba-tiba Rubi jadi tersadar gitu". Jawab Laura.

"Boleh tolong panggilkan Tania untuk umi?". Pinta sang umi.

Naila dengan cepat mengangguk dan berjalan kearah sisi ranjang Tania. Ternyata Tania tertidur dengan selimuti yang menutupi seluruh badan dan kepalanya.

"Tania". Panggil Naila dengan mengguncangkan lengan tangan Tania yang dibaluti oleh selimut.

"Tania". Panggil Naila lagi dengan menambah guncangan pada lengan Tania.

"Hm". Suara gumaman orang serak sehabis bangun tidur terdengar. Tania sudah bangun tapi matanya masih tertutup.

"Tania bangun". Panggil Naila sekali lagi.

"Iya, iya gue bangun. Kenapa? Udah mau magrib ya?". Tania terus meracau bertanya tidak jelas. Padahal ini masih menunjukkan pukul 3 sore.

Tania beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar asrama. Semua orang melongo melihat gaya berjalan Tania yang berbeda. Dengan kepala menunduk, Tania berjalan dengan sempoyongan.

"Tania". Panggil umi.

Tania reflek menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Dan ternyata yang memanggilnya adalah istri dari seorang pimpinan. Sepertinya ada hal yang sangat penting sehingga Umi datang ke asramanya. Tania langsung menyegarkan matanya saat melihat keberadaan Umi tepat di depannya.

"Ya ibu pimpinan. Ibu cari Tania?". Tanya Tania.

"Iya saya cari kamu. Panggil saja umi, gak usah ibu pimpinan". Jawab umi dengan terkekeh geli melihat Tania yang seperti orang linglung.

Sekali lagi, teman-temannya menertawakan Tania secara terang-terangan. Tania yang melihat hal itu sontak langsung menatap tajam ke arah mereka. Mereka yang ditatap tajam langsung menundukkan kepalanya sambil sesekali tertawa kecil.

"Umi mau tanya sama kamu. Tadi kata Laura, Tania bisikin sesuatu ke Rubi. Memangnya kamu bisikin apa Tania?". Tanya umi penasaran.

Tania sempat memikir tentang hal yang ditanyakan oleh umi. Maklum, Tania adalah remaja pikun. Hal seperti ini harus memerlukan waktu untuk berpikir sebentar.

" Oh, yang tadi. Tania cuma panggil Rubi doang kok". Jawab Tania

"Kamu yakin cuma itu doang?". Umi melihat kalau Tania seperti tidak mau berbicara yang sejujurnya dengannya. Terpaksa Umi harus mendesak Tania.

"Tania juga sempat baca surah al-baqarah ayat 255 juga di dalam hati". Balas Tania saat melihat tatapan mengintimidasi dari Umi.

"Terima kasih ya Tania, mungkin kalau kamu nggak buat kayak gitu Rubi mungkin udah dibuang ke dunia lain sama 'mereka'. Soalnya tadi umi telat datang". Ujar Umi tulus.

Tania merasa bingung dengan apa yang dikatakan Umi. "Maksudnya Umi? Tania nggak ngerti". Bingung Tania.

Di sinilah Umi bercerita kepada semua santri yang ada di asrama termasuk Tania. Mereka semua dibuat syok mendengar kabar yang disampaikan umi.

"Sebenarnya semenjak tinggal di pesantren ini Rubi sudah diincar oleh sesosok perempuan. Perempuan itu ingin membuang jiwa ruby ke dalam dunia yang lain. Namun Karena Rubi adalah orang yang selalu berpikiran positif dan optimis serta ceria. Sesosok perempuan itu tidak bisa memasuki raganya Rubi. Sampai pada hari ini entah kenapa Rubi bisa berpikiran negatif. Sehingga sesosok perempuan itu memiliki peluang untuk mengambil jiwanya Rubi.

Hampir saja Rubi di bawa oleh wanita itu kalau Tania tidak langsung menanganinya. Mungkin bagi Tania ini hanya kebetulan, tapi bagi saya kamu itu adalah penyelamat". Jelas Umi sambil tersenyum tulus dan menggenggam tangannya Tania.

Tania masih bingung dengan semua ini. Apa karena itu Rubi mengucapkan terima kasih kepadanya saat ia sadar dari tatapan kosongnya. Ternyata Rubi hampir di bawah oleh sesosok perempuan yang setiap malam berada tepat di samping sisi ranjang tidurnya.

Di sisi lain Tania juga masih penasaran dengan kenapa wanita itu ingin mengambil jiwanya Rubi.

Apakah ini sebuah santet?

Teror?

Guna-guna?

Atau memang pesantren ini yang berhantu?

Kalau pesantren ini benar-benar berhantu Tania semakin gencar untuk pergi dari sini. Walaupun dirinya tidak takut saat sesosok perempuan itu ada di samping ranjangnya, bukan berarti Tania akan selalu menjadi seorang yang pemberani yang tidak takut dengan semua hantu yang ada di sini.

Nyatanya juga ia takut.

Walaupun ia tidak berani speak up kepada orang-orang.

"Terus keadaan Rubi gimana sekarang? Apakah udah membaik?". Tanya Tania yang sedikit khawatir dengan keadaan Rubi.

"Ruby sekarang baik-baik aja. Dia cuma kehilangan banyak tenaganya karena sempat dibawa oleh  sesosok perempuan itu. Tapi bisa dipastikan Rubi tidak akan diincar lagi oleh wanita itu". Jawab sang Umi.

Semua orang bisa bernafas lega mendengar penuturan dari umi. Setidaknya tidak ada lagi yang meneror Rubi di pesantren ini.

Di sisi lain umi sebenarnya ingin mengatakan lebih dalam lagi tentang sesosok perempuan itu kepada Tania. Tapi sepertinya Tania bisa mengatasi sosok itu karena ia mempunyai iman yang kuat dan cuek dengan sesuatu apapun. Jadi, tidak masalah kalau Tania tidak mengetahui sesuatu yang ingin disampaikan oleh umi.

Bahkan sekarang Tania saja sudah pamit kepadanya untuk keluar. Tania seperti orang yang tidak takut apapun dan terlihat kuat. Padahal itu adalah sebuah topengnya untuk menutupi sifatnya yang lemah. Begitulah pemikiran dari umi.

Tania berjalan keluar untuk mencari angin. Dirinya tidak mengerti dengan semua kasus yang ada di dunia buatan manusia ini. Padahal genre novel yang ia baca adalah humor dan romance, tapi kenapa bisa ada horornya di sini.

Bahkan Tania baru tahu bahwa ada makhluk halus yang ingin membuang jiwa manusia ke dunia  entah berantah. Tania hanya ingin hidup tenang bukan hidup yang penuh teka-teki dan misteri. Tania tidak sanggup untuk terus memecahkan teka-teki di dunia ini.

Tania tidak akan mencari maupun mengetahui lebih dalam tentang teka-teki dan misteri di dunia ini. Karena pada dasarnya Tania tidak memiliki jiwa kepo yang tinggi. Biarlah waktu yang menjawab semuanya tanpa usaha dari Tania. Dulu Tania sudah berusaha untuk bertahan hidup di dunianya dulu. Biarkan sekarang dia menikmati hidupnya yang kedua kali di dunia ini dengan damai tanpa suatu masalah.

Padahal nyatanya masalah akan ada di manapun kita berada.

Walaupun Tania adalah seorang yang membuat onar dan keras kepala. Nyatanya Tania butuh kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Setidaknya jikalau ia tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya masih ada orang yang ada di sampingnya.

"GUE BENCI HIDUP KAYAK GINI, KAPAN SIH DUNIA BISA TENANG DAN DAMAI TANPA ADA MASALAH". Teriak Tania di tengah-tengah perjalanannya.

Semua orang memandang Tania aneh. Aneh karena Tania yang berteriak tidak jelas di tengah jalan dan tidak jelas mendengar suara teriakan Tania.

"Gue boleh mati nggak?". Lirih Tania bertanya kepada dirinya sendiri.







Ukhti Figuran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang