32

17.1K 964 25
                                    

!!! Sebelum membaca harap vote dan spam comment untuk kelanjutan ceritanya!!!

Jangan lupa follow my akun

"AAA.. TANIA AKU RINDU BANGET SAMA KAMU, BAHKAN PESANTREN AJA SEPI KALAU GAK ADA KAMU". Teriakan cempreng dari Rubi berhasil memekakkan telinga Tania. Belum lagi pelukan mendadak Rubi membuat Tania hampir terhuyung ke belakang.

"Jangan kaya gitu Rubi... Malu diliatin orang-orang". Desis Tania pelan membuat Rubi sontak melepaskan pelukannya.

Tania memutar bola matanya malas saat melihat Rubi yang cengengesan. Entah kenapa semenjak Rubi hampir dibawa oleh sosok jiwa tanpa raga itu dan berhasil Tania selamatkan membuat Rubi semakin dekat dengannya.

Padahal Tania selalu abai setiap kali Rubi mendekatinya. Tapi cewek yang memakai gamis navy didepan Tania sama sekali tidak menyerah.

"Kamu kemarin kenapa? Seluruh pesantren dibuat geger gara-gara kamu". Sepertinya Tania tidak mempunyai teman yang benar disekelilingnya. Tadi adalah cewek manja dengan senyum cerianya membuat Tania muak. Sekarang adalah cewek kepo yang haus akan penasaran untuk dijadikan bahan gosip.

"Waktu itu alterego gue kumat makanya gue dibawa pulang". Bohong Tania membuat semua orang membulatkan matanya.

"J-jadi kamu punya dua kepribadian?". Tania Kia.

Tania rasanya ingin tertawa saat Kia yang biasanya jarang mengeluarkan ekspresi sekarang menjadi anak kecil yang ketakutan.

"Iya. Dan alterego gue itu udah hampir membunuh orang makanya bonyok gue bawa gue pulang. Kalau enggak mungkin udah banyak orang yang gue bunuh tanpa gue sadari". Jawab Tania santai.

"Jadi, jangan ada yang ganggu gue paham". Perintah Tania dengan air muka yang berubah menjadi dingin membuat seluruh temannya mengangguk.

"T-tapi kamu gak akan bunuh aku kan?". Tanya Kia membuat Tania hampir menyemburkan tawanya melihat tingkah laku Kia.

Laura yang tahu bahwa Tania hanya menakut-nakuti mereka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tania memang sangat hobi untuk membuat orang ketakutan.

"Udah.. jangan didengerin omongan Tania ntar kalian sesat lagi. Dan Tania... Kita tidak boleh berbohong kepada sesama manusia. Setiap kebohongan kamu pasti akan dicatat oleh malaikat raqib atid. Mau kamu punya banyak dosa?". Mulai lagi. Ustadzah Laura sudah melantunkan ceramah ceramahnya kepada Tania. Tania lantas menguap lebar mulutnya meledeki Laura.

"Nyenyenye". Cibir Tania dan berlalu pergi dari hadapan mereka menuju asrama.

Tadi setelah sampai ke pesantren mama dan papanya menyempatkan diri untuk mengunjungi Abi dan Umi. Dan orang tuanya juga sempat mengajaknya ke sana namun Tania menolak. Tania tidak mau ke sana karena pasti nanti ia akan diingatkan dengan hukumannya yang belum selesai ia kerjakan.

Yang ada Gue disuruh bersihin ndalem lagi.

Tania memilih merebahkan tubuhnya di atas ranjang tingkat di asrama. Walaupun kasurnya lebih empuk yang ada di rumah tadi tidak mengeluh. Daripada yang tidur di lantai mending ia tidur di kasur yang keras.

Tapi Tania lumayan takut untuk tidur karena setiap bangun tidur ia akan mendapat tapi Tania lumayan takut untuk tidur karena setiap bangun tidur ia akan mendapat potongan ingatan-ingatannya yang kembali. Dan pasti hal itu membuat kepalanya menjadi pusing.

Berakhir Tania hanya mengguling-gulingkan badannya di kasur tanpa tentu arah. Sebenarnya dirinya lumayan benci hidup di dalam tubuhnya sendiri. Tania lebih suka hidup di kehidupan sebelumnya dengan tubuh yang berbeda.

Pada tubuhnya sendiri ia bisa merasakan rasa simpati dan baik terhadap orang-orang. Tania tidak suka itu, karena di waktu dulu Tania bahkan tidak peduli dengan kisah hidup orang. Tania hanya menjalankan kehidupannya sendiri tanpa ada orang yang membantunya.

Maka dari itu Tania juga tidak akan membantu orang di saat mereka susah. Tapi entah kenapa di dunia ini Tania merasa seakan-akan simpati terhadap teman-temannya. Contohnya saja Gina, dirinya bahkan tidak membalas perbuatan Gina dengan bertubi-tubi Karena ia merasa simpati akan hidup Gina.

Di satu sisi ia benci ini kamu di sisi lain tubuhnya mengendalikan dirinya.

"YANG MASIH DI DALAM ASRAMA HARAP KELUAR. MANDI DAN SHOLAT ASHAR BERJAMAAH SEKARANG". Teriakan dari petugas keamanan pesantren mengganggu telinga Tania.

Dengan decakan malas Tania bangkit dari kasurnya dan mengambil peralatan mandi. Tania keluar dari asrama dan menuju pergi ke kamar mandi. Tentu saja Tania tidak perlu repot-repot untuk mengantri kamar mandi karena Tania yang sudah diberikan khusus VIP.

Sesampainya Tania di kamar mandi Tania langsung disuguhkan dengan lautan manusia yang mengantri. Tania berdiri sebentar di depan pintu melihat mereka semua dengan tetapan datar.

Mereka yang melihat Tania ada di ambang pintu langsung mengkode temannya untuk melihat. Lalu sedikit demi sedikit mereka akan menyingkir memberi Tania jalan untuk menuju kamar mandi.

Tania dengan senang hati berjalan melewati mereka yang beberapa ada yang berbisik-bisik tentangnya. Menurut Tania itu bukanlah hal biasa Karena dari dulu ya sering mendapatkan hal seperti ini.

"Liat-liat... Tania udah balik ke pesantren". Fisik seorang santri kepada teman di sampingnya.

"Padahal waktu nggak ada dia mana-mana aja kita semua. Sekarang kayaknya udah banyak masalah lagi deh".

"Gapapa tau.. semakin banyak masalah semakin seru"

"Tapi aku takut.. lihat mukanya aja udah nyeremin. Apalagi aku berurusan sama dia".

"Kita nggak akan berurusan sama dia. Dia nggak akan cari masalah sama orang yang gak ganggu dia".

Bisikan demi bisikan Tania dengar dengan telinga kanan dan Tania keluarkan ke telinga kirinya. Tak menghiraukan ucapan mereka Tania berjalan santai memasuki kamar mandi.

***
"Tania jangan tidur nanti kamu dihukum lagi". Laura saat melihat Tania tertidur di pengajian.

Tak ada respon dari Tania membuat Laura menghela nafas. Ini sudah kesekian kalinya Laura memperingati Tania. Bahkan tak hanya Laura melainkan teman-teman Tania juga ikut andil membangunkan Tania.

"Yang di belakang sepertinya banyak setan". Celetuk Gus Fahri. Kebetulan Gus Fahri hari ini mengisti acara pengajian rutin pesantren.

"Tolong bangunkan santri yang di belakang". Perintah Gus Fahri membuat teman-teman Tania mau tak mau harus membangunkan Tania.

Sambil menggoyang-goyangkan tubuh Tania Laura berkata. "Tania... Cepat bangun ada yang kebakar". Ujar Laura dengan raut panik yang dibuat-buat.

Seketika mata Tania langsung terbelalak. Tania bahkan sudah melihat kanan kiri untuk memastikan apa yang dikatakan Laura benar adanya.

"Ayo cepat pulang, pesantren dah kebakar. Sekarang gue udah boleh pulang, nggak perlu lagi gue susah-susah tinggal di sini". Ujar Tania membuat teman-temannya melongo.

"Kamu kok ngomong gitu, nanti kalau pesantren benar-benar kebakar gimana. Kita sebagai santri yang haus akan ilmu seharusnya berdoa agar pesantren ini selalu dalam lindungan Allah subhanahu wa ta'ala". Tania menjatuhkan tubuhnya lagi ke lantai saat mendengar Laura kembali memberikan siraman rohani untuknya.

"Gue udah kenyang dengan ilmu, jadi gue gak haus lagi".

"Tania syauqillah Mahendra, saya hukum kamu hafal surah Al Kahfi dan hari ini di setor". Atensi mereka teralihkan saat suara berat dan datar di depan memberi hukuman kepada Tania.

Tania yang mendengar Gus Fahri memberi dirinya hukuman lagi pemutar bola matanya malas. Padahal dirinya baru balik dari pesantren dan sekarang diberi hukuman lagi olehnya.

"Besok gue setor".

"SEKARANG". Tekan Gus Fahri.

Ukhti Figuran (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang