!!! Sebelum membaca harap vote dan spam comment untuk kelanjutan ceritanya!!!
Jangan lupa follow my akun
"Eh.. Tania? Tumben kamu kesini?". Sapa Gina.
Tania memutar bola matanya malas saat melihat Gina yang sangat baik di depannya. Padahal masalah Tania berawal dari seorang teman yang berada di depannya saat ini.
"Nggak usah pura-pura baik, gue udah tahu semuanya".
"Maksudnya Tania? Aku nggak ngerti?". Jawab Gina yang tidak mengerti dengan perkataan Tania saat ini.
"Lo kan yang bantu sosok jiwa tanpa raga masuk ke tubuh gue?". Tuduh Tania.
"Oh, sekarang lo udah tahu ya. Bagus deh.. sekarang gue nggak perlu pakai topeng lagi". Raut wajah Gina berubah 180 derajat. Yang awalnya tersenyum ramah di depan Tania mendadak terganti dengan wajah dingin dan sinis.
Memang benar, setelah bangun dari tidurnya Tania merasa sedikit demi sedikit ia bisa mengingat memori lamanya di waktu kecil. Dan sekarang dia tahu bahwa Gina adalah dalang dibalik semua ini.
"Kalau iya kenapa?". Tanyanya lagi.
"Brengsek lo ya.. gue bisa aja bunuh loh sekarang juga!".
"Oh ya? Gue nggak takut". Jawab Gina dengan mengejek.
"Asal lo tahu gue benci sama lo. Gara-gara lo, gue selalu dibanding-bandingkan sama nyokap. Lo itu pembawa sial! Orang kaya lo nggak pantes tinggal di dunia ini". Bentak Gina sambil menunjuk-nunjuk muka Tania.
"Gak usah nunjuk-nunjuk gue. Tangan lu bau terasi". Ujar Tania sambil memelintirkan jari telunjuk Dina. Serangan Tania yang mendadak membuat Gina mengerang kesakitan.
"Dan apa lo bilang? Gara-gara gue lo selalu dibanding-bandingkan sama nyokap? Yang bener aja, itu semua karena lo yang BODOH!". Jawab Tania dengan membentak di kalimat terakhir.
"Hanya karena dibanding-bandingkan lo sampai rela buat hal yang nggak masuk akal kayak gini? Gue nggak nyangka kalau lo serendah ini. Bahkan di waktu dulu lo sampai ngancam gue untuk bunuh orang tua gue kalau nilai gue lebih tinggi daripada Lo". Ujar Tania lagi sambil mengingat-ingat memori lamanya.
Di waktu umurnya 8 tahun, Tania sedang asyik-asyiknya bermain dengan Gina di waktu kecil. Namun, pada saat itu sifat Gina mendadak aneh kepada Tania. Tapi Tania tidak memusingkannya, karena mungkin ia pikir Gina sedang tidak mood.
Akan tetapi, Tania dibuat naik pitam saat tiba-tiba Gina mengancamnya. Pada waktu itu Gina mengancamnya untuk membunuh orang tuanya jika nilai Tania lebih tinggi daripada Gina.
Saat itu, darah Tania sudah mendidih mendengar perkataan Gina. Berani sekali dia ingin menghabisi orang tuanya. Padahal Tania bisa saja menghabisi Gina yang ada di depannya duluan.
Pada saat itu Tania dikenal sebagai anak yang kasar dan nakal. Hingga tidak banyak anak-anak yang mendekatinya untuk berteman. Tapi Tania tidak memusingkan hal itu karena dirinya tidak membutuhkan seorang teman.
Tapi Tania agak aneh dengan Gina yang mau berteman dengannya. Disaat anak lain menjauhinya tapi Gina malah mendekatinya. Awalnya Tania tidak peduli dengan kehadiran Gina. Tania berpikir kalau Gina hanya penasaran dengannya. Tapi lama kelamaan Dina dan Tania semakin dekat dan membuat sebuah hubungan akrab layaknya teman. Apalagi rumahnya yang berseberangan membuat Gina selalu datang ke rumah Tania.
Maka dari itu Tania tidak menyangka kalau Gina ternyata tidak jauh beda dengan anak-anak yang lainnya. Gina itu membenci dirinya juga.
Tania yang gelap mata pada saat itu menampar Gina dengan kedua tangannya. Tak hanya itu, Tania menendang Gina hingga tersungkur. Mama Tania pada saat itu yang melihat kejadian anaknya dan Gina bertengkar merasa panik. Clara memisahkan anaknya dengan Dina yang sudah tidak berdaya lagi.
Jujur, Clara merasa kecewa dengan tindakan Tania. Saat dirinya bertanya tentang mengapa Tania memukul Gina, Tania hanya akan berdiam saja tanpa niat untuk menjawab.
Sampai pada setiap harinya Gina selalu datang ke rumahnya untuk membuat Clara semakin dekat dengannya. Tania sudah menebak bahwa ini semua adalah rencana Gina. Untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, Tania selalu memukul Gina di saat dirinya mendekati Clara ibunya. Tania takut kalau perkataan Gina akan benar-benar ia lakukan.
Clara yang melihat anaknya yang arogan dan agresif mendadak naik pitam. Clara sama sekali tidak pernah mengajarkan anaknya untuk berbuat kasar. Dan dengan santainya Tania mendorong Gina di depan dirinya.
Saat itu Clara menampar pipinya Tania membuat Tania tertoleh. Tania tidak membantah maupun menjawab, iya langsung pergi ke kamarnya dan mengurung dirinya sendiri.
Pada saat itu Clara menyesal telah menyakiti hati dan fisik anak semata wayangnya.
Sampai pada pagi hari sifat Tania berubah. Tidak ada lagi Tania yang kasar yang ada hanyalah Tania yang pendiam. Tidak ada lagi Tania yang pintar yang ada hanyalah Tania yang bodoh. Tidak ada lagi Tania yang ceria yang ada hanyalah Tania yang pemurung.
Semua sifat-sifat Tania membuat Clara merasa semakin bersalah. Ia berpikir kalau perubahan Tania dikarenakan olehnya. Bahkan seringkali Tania menjauhi Clara saat Clara mencoba mendekatinya.
Hingga terungkap, bahwa itu bukanlah Tania melainkan sosok jiwa tanpa raga.
"Kalau lo gak suka dibanding-bandingkan, artinya lo harus berubah. Nggak perlu buat cara yang gak masuk akal buat nyingkirin gue". Ujar Tania.
Tania mendekatkan bibirnya pada telinga Dina. Dengan senyum manis Tania berkata, "gue suka lihat lo menderita". Bisik Tania.
Setelah mengatakan itu Tania pergi menuju rumah Gina. Tania akan bersilaturahmi ke rumah ibunya Gina. Sudah pasti bahwa ibunya akan menyambutnya dengan hangat.
"Assalamualaikum tante". Tania memberi salam dan langsung dijawab oleh ibunya gini.
"Waalaikumsalam, Masya Allah anak tante udah balik ya?". Tanya Eka ibu Gina. Dengan segera Eka langsung memeluk erat tubuh kecil dan dibalas tak kalah erat juga oleh Tania.
"Udah dong tante. Cuma hari ini Tania akan balik ke pesantren lagi. Soalnya mama dan papa akan pergi ke luar kota".
"Kok nggak tinggal sama tante aja? Padahal tante bakalan senang kamu tinggal sama tante".
"Rencananya sih gitu, tapi kayaknya nggak bisa deh. Tadi juga udah ketemu sama Gina, tapi Gina kayak nggak suka lagi berteman sama Tania". Cerita Tania dengan raut wajah dibuat sedih.
Gina yang berdiri tidak jauh dari kedua insan itu hanya menatap kosong lantai marmer. Ia benci di saat seperti ini. Seharusnya dialah yang berada di pelukan mamanya karena ia adalah anaknya. Tapi sekarang, Tania yang notabenenya adalah anak tetangga diperlakukan seperti anak oleh ibunya sendiri.
"Gina itu sombong, kamu nggak usah aja berteman sama dia. Udah sombong terus bodoh lagi". Jawab Eka.
Gina yang mendengar cacian dari ibunya sendiri menarik nafasnya dalam sambil memejamkan mata. Ia tidak boleh lemah menampilkan air matanya di depan Tania.
Tania itu musuhnya dan selamanya akan menjadi musuhnya.
"Padahal tadi aku mau ngajak belajar bareng sama Gina. Terus Gina gak mau eh marah-marah sama aku". Bohong Tania sambil melirik kecil ke arah Gina yang ternyata sedang menggigit bibirnya menahan tangis.
Tania tahu perbuatannya salah, dan Tania tahu kalau dirinya sangatlah jahat. Tapi ini sudah prinsip Tania. Mereka yang mengganggu Tania akan mendapat balasan yang lebih.
Itu semua gara-gara Gina yang mencari masalah dengan Tania. Jadi, jangan salahkan Tania yang akan membalasnya lebih dari yang ia lakukan.
"Kalau dia marah-marah sama kamu nanti Tante bakal pukul dia. awas aja kamu Gina.. siap-siap akan saya kurung kamu di gudang". Ancam Eka membuat Gina menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhti Figuran (End)
Ngẫu nhiênEntah dosa apa yang Tania lakukan sampai-sampai dunia mencampakkan Tania sesuka hati ke dunia asing yang bahkan Tania tidak tahu tempatnya di mana. "Gue masuk novel" "Peran gue sebagai figuran?" Transmigrasi yang biasanya terjadi di persekolahan nam...